http://www.google.co.id/search?q=bumi+newmont&ie=utf-8&oe=utf-8&aq=t&rls=org.mozilla:en-US:official&client=firefox-a

http://www.majalahtrust.com/fokus/fokus/1188.php

Perburuan Emas Newmont Dimulai
Nurul Kolbi, Priyanto Sukandar, Saswitariski, dan Julianto

BUMI Resources memang penuh sensasi. Nyaris tak ada aksi korporasi dari
perusahaan yang terafiliasi dengan Grup Bakrie ini yang tak menciptakan
berita besar. Bumi pernah membeli PT Kaltim Prima Coal (KPC), PT Arutmin
Indonesia, dan PT Indocoal. Transaksi itu menjadikan Bumi sebagai raja batu
bara di Tanah Air. Kini perusahaan-perusahaan itu kembali mereka jual.
Padahal, ketiganya merupakan cash cow buat Bumi.
Sepertinya, Bumi sudah bosan dengan batu bara. Mereka sekarang melirik emas.
PT Newmont Nusa Tenggara (NNT) pun diincar. Betul, Bumi akan membeli saham
NNT. Toh, kontrak karya (KK) pemerintah dengan NNT memang membuka kesempatan
itu.
KK itu memang mewajibkan Newmont menjual kepemilikan sahamnya hingga 51%
kepada pihak nasional setelah 10 tahun berproduksi. Batu Hijau—tambang
Newmont di blok tersebut—sudah mulai berproduksi sejak tahun 2000 lalu.

Namun, Bumi juga tidak akan mudah membeli Newmont. Sebab, KK tadi menegaskan
adanya pemberian opsi pertama kepada pemerintah pusat—sebagai wakil "pihak
nasional"— jika ingin membeli saham Newmont. Opsi berikutnya diberikan
kepada pemerintah daerah. Perusahaan swasta ditempatkan sebagai pemegang
opsi ketiga.
Sejauh ini, pemerintah pusat sudah menyatakan tidak berminat. Pada 8
Februari silam, Menteri Keuangan Sri Mulyani menegaskan bahwa kondisi
keuangan negara sedang tidak memungkinkan untuk membeli saham Newmont.
Sebaliknya, pemerintah daerah justru kesengsem berat. Malah, ada tiga
pemerintah daerah di Nusa Tenggara Barat (NTB) yang bernafsu memiliki NTB.
Agustus tahun lalu, Kabupaten Sumbawa Barat (KSB) menyatakan minatnya.
Sebulan kemudian, Pemprov NTB menegaskan niat serupa. Begitu juga Kabupaten
Sumbawa. Namun, Mangantar S. Marpaung, Direktur Pembinaan Pengusahaan
Mineral dan Batu Bara, Departemen ESDM, menerangkan bahwa Sumbawa belum
mengirim surat pernyataan resmi.
Kalau pemerintah daerah sudah bernafsu begitu, maka peluang Bumi praktis
tertutup—kecuali kalau mereka punya cara lain. Nah, di sinilah perburuan itu
terjadi. Bumi lantas mencoba sebuah siasat. Mereka berusaha menggandeng
daerah-daerah itu untuk bekerja sama. Jadi, daerah yang mendapatkan opsi,
Bumi tinggal memodali.
Peluang untuk itu jelas terbuka lebar. Sebab, harga saham Newmont tidak
murah. Berdasar perhitungan yang dilakukan oleh pemerintah (BKPM, Departemen
ESDM, dan Departemen Keuangan) di tahun 2006, nilai perusahaan PT NNT
mencapai US$ 3,6 miliar.
Saat ini, sebanyak 80% saham NNT dikuasai oleh Nusa Tenggara Partnership.
Sisanya yang 20% dipegang PT Pukuafu Indah milik Jusuf Merukh. Kepemilikan
saham Nusa Tenggara Partnership itu juga terbagi antara Newmont Indonesia
Limited (56,25%) dan Nusa Tenggara Mining Corp (43,75%) yang dimiliki oleh
Sumitomo Jepang.
Saham NNT yang akan dijual itu adalah saham Nusa Tenggara Partnership.
Penjualannya dilakukan secara bertahap. Itu pun tidak 51% seperti yang
tertulis dalam KK. Sebab, sebanyak 20% saham NNT sudah dikuasai oleh PT
Pukuafu Indah—dan itu sudah dianggap sebagai bagian dari "pihak nasional".
Jadi, yang akan dilego tinggal 31% saja.
Tahun 2006 silam, seharusnya sudah terjual 3% saham. Lalu, akan dilego 7%
saham setiap tahun selama empat tahun ke muka. Penjualan yang 3% itu
terlambat. Baru sekarang hal itu akan dilakukan. Uniknya, belum ada jaminan
bahwa pembeli 3% saham akan mendapatkan opsi pertama untuk membeli sisa
saham berikutnya.
Syahdan, nilai jual 3% saham itu mencapai US$ 109 juta atau sekitar Rp 1
triliun. Asal tahu saja, pendapatan pemerintah KSB per tahunnya hanya
sekitar Rp 50 miliar. Pendapatan Pemprov NTB mungkin lebih besar. Tapi,
angkanya jelas jauh di bawah harga jual NNT.

DAERAH SUDAH DIGERILYA
Jadi, terbukalah peluang Bumi untuk menjadi mitra daerah dalam menguasai
NNT. Bumi pun mulai bergerilya. Pada 12 Maret silam, di Hotel Mulia Jakarta,
Bumi mengadakan pertemuan. Semua tamu penting hadir. Lalu Serinata (Gubernur
NTB), Jamaluddin Malik (Bupati Sumbawa), dan Zulkifli Muhadli (Bupati KSB),
terlihat di sana. "Pak Gubernur menjadi koordinator acara itu," ujar
Zulkifli Muhadli. Pihak Bumi diwakili oleh Nirwan Bakrie dan Ari Saptari
Hudaya (Presiden Direktur Bumi Resources).
Menurut Zulkifli, pertemuan itu diwarnai acara penandatanganan surat
kesepakatan antara pejabat daerah dan Bumi. Tapi, Zulkifli tak ikut neken.
"KSB akan jalan sendiri karena sudah menyatakan minat lebih dulu," ujarnya.
Menurut sang Bupati, KSB sudah punya mitra sendiri untuk menguasai NNT.
"Tidak elok jika tiba-tiba saya tinggalkan kawan seiring di tengah jalan,"
katanya lagi.
Sayang, Zulkifli tidak mau membuka identitas calon investornya itu. Ia hanya
mendeskripsikan: perusahaan lokal yang sudah go international. "Jika
diibaratkan, kami ini sudah tukar cincin. Jadi, tinggal akad nikah saja,"
katanya sambil tertawa.
Siapa calon mitra KSB ini? Menurut seorang praktisi tambang, Newmont sendiri
yang berada di balik KSB. Targetnya jelas: untuk mengganjal peluang Bumi
menjadi mayoritas. "Di bisnis tambang, tiga tahun itu singkat," ujarnya.
Jadi, jika pada tahun 2010 Bumi sukses menelan semua saham yang didivestasi,
mereka tinggal menawar 20% milik Jusuf Merukh. "51% saham pun ada dalam
genggaman mereka," ujarnya menambahkan. Skenario inilah yang dihindari
Newmont.
Abdul Malik, Asisten II Sekda NTB, kepada Lomboknews, juga menegaskan bahwa
KSB sudah dipinang lebih dulu oleh NNT—meskipun sampai saat ini memang belum
ada kelanjutan apa-apa dari pinangan tersebut.
Namun Zulkifli membantah spekulasi tersebut. "Bukan begitu polanya. Kami
punya mitra sendiri dan itu bukan Newmont," ujarnya. Hanya saja, Mangantar
Marpaung terkesan ragu dengan cerita itu. Ia bilang, dalam pertemuan
terakhir dengan Bupati KSB, tidak pernah tercetus adanya calon mitra.
"Mereka hanya bilang akan jalan sendiri," ujar Mangantar.
Yang pasti, kata Mangantar, divestasi saat ini akan diikuti oleh pemerintah
daerah. Dan itu perlu segera tuntas. Sebab, jika kembali tertunda, nilai
investasinya akan jauh lebih besar. "Kalau 3% saja senilai US$ 109 juta, 31%
tentu bisa mencapai Rp 10 triliun. Kalau naik lagi, bagaimana?" katanya.
Betul juga, sih. o

MEMBACA GERAK BUMI

KEMILAU emas di bumi Nusa Tenggara Barat (NTB) membuat Bumi bergerak cepat.
Empat hari setelah pertemuan di Hotel Mulia, 12 Maret silam, pertemuan
berikutnya digelar PT Bumi Resources di ruang rapat utama kantor Gubernur
NTB di Mataram. Agendanya tunggal: penandatanganan nota kesepahaman dan nota
kesepakatan.
Nota kesepahaman itu diteken. Lalu Serinata (Gubernur NTB), Jamaluddin Malik
(Bupati Sumbawa) dan Ari Saptari Hudaya (Presiden Direktur Bumi Resources).
Sedangkan nota kesepakatan dilakukan oleh Direktur Perusahaan Daerah
(Perusda) PT Gerbang Emas milik Pemprov NTB, dan Perusda Sumbawa milik
Kabupaten Sumbawa. Mereka hendak membentuk satu perusahaan patungan. Bagi
Bumi, satu tahap berhasil terlewati.
Jadi, Bumi akan membayari seluruh biaya transaksi. Sebagai kompensasinya,
Bumi mendapat jatah kepemilikan saham hingga 85%, sementara sisanya dibagi
ke daerah.
Akhir pekan yang menyenangkan itu kemudian berimbas ke bursa. Pada pembukaan
perdagangan pekan lalu, harga saham emiten ini menguat ke level Rp 1.240.
Sepanjang pekan lalu, fluktuasi harga saham ini pun stabil di kisaran Rp
1.220-1.250. Padahal, pada pekan sebelum kesepakatan itu tercapai, harga
saham ini hanya anteng di harga Rp 1.800.
Analis tambang Norico Gaman menilai positif rencana Bumi di NTB. Perusahaan
itu dianggap telah melakukan diversifikasi usaha dan memiliki sumber
pemasukan lain. Tapi, Norico mengingatkan, selama hanya menjadi wacana,
semua itu tidak akan memberi dampak yang signifikan terhadap saham Bumi.
Maklum, investor sudah mengerti bahwa Bumi acap mengambil langkah zigzag.
"Jadi, selama rencana itu belum terwujud, investor akan menahan diri,"
katanya.
Keraguan ini bukannya tanpa alasan. Seorang analis migas mengatakan, jika
Bumi serius berinvestasi di tambang emas, mereka bisa produktifkan konsesi
di Citra Palu, Sulawesi Tengah. Nyatanya, tambang di Palu itu tetap saja
dibiarkan merana.
Selain itu, Bumi juga bukan satu-satunya perusahaan swasta yang berminat
terhadap NNT. Saat ini, terdengar kabar bahwa Trakindo, Recapital Asia,
Austindo milik George Tahija, dan Rajawali Corp milik Peter Sondakh
dikabarkan turut memburu emas Newmont. Namun, yang benar-benar serius
kabarnya adalah Trakindo.
Darjoto Setyawan, Direktur Rajawali Corporation, sudah membantah kabar
tersebut. Recapital justru disebut-sebut akan menjadi advisor Bumi—seperti
pada transaksi di KPC dan Arutmin.
Seorang wakil manajer investasi mengatakan, Trakindo sudah menggandeng JP
Morgan, Farallon Capital, dan Texas Pacific Group untuk mendapatkan saham
Newmont. "Saya juga mendengar, Daewoo Securities dari Korea siap berebut
saham NNT," ujar sumber tersebut.
Yang juga perlu diperhitungkan adalah Jusuf Merukh, dengan Pukuafu-nya.
Sekadar mengingatkan, Jusuf adalah politisi kawakan zaman PDI (tanpa
Perjuangan) yang juga pemain lama dalam bisnis tambang. Sebagai pemilik 20%
saham NNT, Pukuafu merasa layak mendapatkan 31% saham NNT yang lain. Mereka
merujuk undang-undang perseroan terbatas. Di sana memang ada right of
refusal atau hak untuk menjadi pembeli pertama atas tawaran pemegang saham
lain. "Tawarkan dulu kepada kami, begitu aturannya," ujar Ruddy Merukh,
putra sang veteran. Wuih, ramai bener sih…. o

Kirim email ke