The Fed Isyaratkan Pangkas Suku Bunga Lagi      
05/04/2008 17:08:37 WIB  
Oleh: Dian Agustina
 
WASHINGTON, Investor Daily
Federal Reserve (The Fed) mengisyaratkan rencana untuk kembali 
memangkas suku bunga mengingat situasi pasar keuangan yang masih 
gonjang-ganjing meski pertengahan Maret lalu sudah mengambil langkah 
pemangkasan agresif.

Dalam pernyataannya di hadapan para anggota parlemen, Gubernur The 
Fed Ben Bernanke, Kamis (3/4) waktu setempat, menyebutkan, bank 
sentral siap merespons semua situasi yang terjadi. Bernanke juga 
mengungkapan adanya tekanan besar di pasar.


Pernyataan Bernanke didukung Gubernur The Fed New York Timothy 
Geithner, yang mengatakan agar para pembuat kebijakan melanjutkan 
aksinya secara tegas.
Para trader di pasar Wall Street meramalkan, bank sentral AS itu 
bakal memangkas suku bunga hingga 50 basis poin menjadi 1,75% dalam 
pertemuan The Fed pada 29-30 April mendatang. 


Dua hari sebelumnya di hadapan Kongres AS, Bernanke mengakui 
kemungkinan jatuhnya ekonomi AS ke dalam resesi. Pengakuan itu 
mengindikasikan, para pembuat kebijakan khawatir bahwa penghentian 
kredit kepada debitor perumahan dan perusahaan akan menyebabkan 
kemerosotan ekonomi berkepanjangan.
Kondisi bakal lebih buruk menyusul statistik yang akan dirilis 
Departemen Tenaga Kerja AS tentang jumlah pengangguran selama kurun 
Maret.


"Bernanke telah membuat gambar yang sangat menyedihkan. Krisis kredit 
kali ini berbeda dan persoalan-persoalan akibat kredit ini sangat 
serius," tegas Peter Kretzmer, ekonom senior pada Bank of America 
Corp di New York, seperti dikutip Bloomberg.


Kretzmer juga memperkirakan, The Fed bakal memangkas suku bunga 50 
basis poin.


Sedangkan Gubernur The Fed San Francisco Janet Yellen mengatakan, 
para pembuat kebijakan harus siap beraksi pada saat tepat untuk 
mendukung pertumbuhan. Menurut dia, pertumbuhan AS akan melemah 
hingga pada akhirnya bakal mandek.
"Prospek ekonomi masih tidak menentu dan risiko penurunan 
pertumbuhannya signifikan," kata Yellen dalam pidatonya di Stanford 
University, California. 
 
Pasar Tenaga Kerja Lesu


Sementara itu, laporan seputar pasar tenaga kerja AS selama Maret 
diramalkan buram karena kelesuan ekonomi berimbas pada banyaknya 
pemutusan hubungan kerja (PHK).


"Kami kira ekonomi sudah terjerumus dalam jurang resesi, dan data 
akan konsisten dengan (kondisi) itu," kata Stuart Hoffman, kepala 
ekonom PNC Financial Services Group seperti dilansir MarketWatch.


Survei media tersebut terhadap para ekonom Wall Street menunjukkan, 
jumlah angkatan kerja di sektor non-pertanian terpangkas 60.000 orang 
selama Maret. Jumlah itu hampir sama dengan yang dilaporkan pada 
Februari.
Akibatnya, angka pengangguran AS diprediksi naik menjadi 5% pada 
Maret dari 4,8% pada Februari. Sektor manufaktur dan konstruksi 
memimpin dalam pelemahan tenaga kerja.


Sementara itu, jumlah klaim pengangguran AS selama sepekan hingga 29 
Maret meroket ke rekor tertinggi selama 2,5 tahun menjadi 38.000-
407.000 proposal. Data Departemen Tenaga Kerja yang dirilis Kamis 
(3/4) menunjukkan, klaim itu adalah yang tertinggi sejak 17 September 
2005. Jumlah klaim di atas 400.000 proposal termasuk salah satu 
kategori resesi.


"Laporan ini mendukung opini-opini bahwa pasar tenaga kerja memburuk 
karena terimbas kondisi resesi," kata TJ Marta, analis pendapatan 
tetap pada RBC Capital Markets seperti dikutip AP.


Hoffman dari PNC menyebutkan, survei terhadap sejumlah bisnis skala 
kecil menunjukkan bahwa mereka lebih pesimis dengan ekonomi ketimbang 
lima tahun silam. Menurut Hoffman, para wirausahawan adalah backbone 
pasar tenaga kerja AS.


Awal pekan ini, Laporan Tenaga Kerja Nasional ADP pada Maret 
menunjukkan, jumlah angkatan kerja di sektor swasta naik 8.000 orang. 
Namun, sejumlah ekonom skeptis menanggapi laporan ADP mengingat 
pertumbuhan tenaga kerja aktual sejak November yang sangat lemah.


Indikator ekonomi lainnya yang diukur oleh Institute for Supply 
Management (ISM) menunjukkan, sektor-sektor jasa nasional, termasuk 
ritel, hotel, perusahaan asuransi, dan lainnya, terkontraksi pada 
Maret meski tidak sebesar Februari. Indeks ISM pada Maret berada di 
poin 49,6 dibandingkan 49,3 pada Februari.
 


Kirim email ke