Ohh..gitu ya Pak...Masa depan ethanol kayaknya bagus juga Pak apalagi harga oil sangat tinggi...Jagung di Amrik naik kenceng karena jagung dijadikan ethanol juga kan?
Tadi udah masuk sih Selain BUDI n Medco, ada beberapa inpestor yg tanam modal di ethanol..Sayangnya perusahaan ini ga masuk BEI Kapan itu kita disuksi soal energi alternatip ya...Mungkin industri oil, coal, dan energi alternatip akan tahan diguncang high oil price...Ditunggu komen dari senior dunk, plizz http://finance.groups.yahoo.com/group/obrolan-bandar/message/81942 Bangun pabrik bioethanol di Situbondo BAU & Qatar tanam US$43 juta SURABAYA: PT Bangun Alam Utama (BAU) bersama investor dari Qatar akan berinvestasi US$43,24 juta (Rp410,82miliar) membangun pabrik bioethanol di Kabupaten Situbondo, Jawa Timur, sekaligus mengembangkan lahan untuk bahan bakunya seluas 30.000 hektare. Rencananya, pabrik bahan bakar nabati (BBN) itu dibangun di Kec. Arjasa, dimana sekitar 21 hektare lahannya telah dibebaskan guna kebutuhan instalasi, sedangkan target operasional pabrik diperkirakan pertengahan 2009. Komisaris BAU Sudarto menyatakan kapasitas terpasang pabrik ethanol yang berbahan baku singkong, jagung maupun ampas dan tetes tebu itu sebesar 250 kiloliter per hari bioethanol jenis full grade. Dia mengatakan pengembangan tahap I pabrik BBN itu akan menelan dana US$5 juta atau setara Rp47,5 miliar dari total investasi sebesar Rp410,82 miliar. "Tahap awal BAU telah bertemu dengan Pak Ismunarso [Bupati Situbondo] untuk mohon izin sekaligus meminta pertimbangan terkait lokasi pabrik, dan telah disetujui di daerah Arjasa," kata Sudarto di Surabaya, kemarin. Pengembangan pabrik di Situbondo itu, lanjut dia, berdasarkan hasil survei manajemen, dimana di wilayah sekitar tapal kuda yaitu Kab. Probolinggo, Kab. Situbondo, Kab. Bondowoso, Kab. Jember, Kab. Banyuwangi dan Kab. Lumajang memiliki potensi bahan baku berupa singkong maupun ampas dan tetes tebu. Untuk pengembangan lahan singkong, menurut dia, akan memakai sistem kontrak bagi petani di wilayah itu (tapal kuda). Dengan biaya produksi untuk 10 bulan sebesar Rp2 juta per hektare, maka akan menghasilkan Rp14,5 juta. "Di kawasan itu banyak terdapat pabrik gula [PG] sehingga bahan baku mudah diperoleh. Begitupula komoditas singkong [ketela pohon] yang banyak ditemukan di kawasan tapal kuda itu. Pokoknya pengembangan pabrik memerlukan lahan 30.000 hektare dengan tenaga kerja yang diserap sekitar 125.000 orang," ungkapnya. Sudarto menjelaskan produksi bioethanol dari instalasi produksinya sebagian besar akan diekspor. "Sekitar 75% hasil BBN untuk pasar internasional, khususnya Amerika Serikat. Pasar dalam negeri masih terbatas, sehingga bukan menjadi orientasi utama, apalagi harga ethanol di pasar internasional cukup tinggi." (k21) ([EMAIL PROTECTED]) BISNIS INDONESIA Kabu Nusi <[EMAIL PROTECTED]> wrote: FR Q1 2008 baru masuk kemaren di website BEJ, EPS QoQ 10 vs 4 ...... menurut saya PER nya bagus :) BUDI memanfaatkan limbah bio, untuk membangun PLT bio-gas dengan skema pembiayaan CDM (Clean Development Mechanism) atau sering disebut sebagai bagian dari Carbon Trading. Bagus atau tidak terlihat di LK Pak, saya ndak berani komen bagian kang ocoy nich :) Ethanol, banyak pemainnya Pak, MEDC (Bunyu, Lampung) dll ... kebutuhan dunia sangat tinggi untuk petrochem, consumer dll Salam, Andi Wahyudi <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Halo teman, BUDI Q1 naik 600% YoY. Apa ada yg punya info berapa PER BUDI? Mbah, apa bisa dibantu update data di website Embah? BUDI gerak juga di energi alternatip..Apa baiknya masuk ya? Coz oil masih tinggi, means pasar bio ethanol akan tersedia. Selain BUDI, ada juga industri lain yg masuk ethanol. Send instant messages to your online friends http://uk.messenger.yahoo.com Send instant messages to your online friends http://uk.messenger.yahoo.com