kemungkinan sementara pemerintah dan Senat di sana memakai perhitungan
Paulson utk besarnya dana bailout.
Memang seharusnya nanti waktu pelaksanaan, dana yg ditarik oleh
lembaga keuangan hrs disesuaikan dg sehat tidaknya aset.
Menurut saya kesulitan mortgage itu juga dipengaruhi oleh kenaikan
suku bunga beberapa waktu yg lalu, ditambah sekarang kontraksi
ekonomi, shg mungkin saja yg mengambil mortgage tsb kesulitan utk
cicilannya, justru bailout ini digunakan agar perekonomian tidak
berhenti mendadak krn minimnya likuiditas, dan diharapkan cicilan
mortgage pun masih dapat diharapkan terjadi.

salam

--- In obrolan-bandar@yahoogroups.com, "Gambler.BEJ" <[EMAIL PROTECTED]>
wrote:
>
> Saya masih kurang jelas nih, sebenaranya dari sub-prime mortgage itu 
> berapa persen sih yg default/tidak mampu bayar lagi dan berapa persen 
> sih yg masih terus membayar? Hanya karena harga rumah turun bukan 
> berarti semua orang akan berhenti membayar cicilan rumah toh, terutama 
> yg sudah mau selesai cicilannya - mau dijual dan beli yg lain utk 
> memulai mortgage baru juga sudah tidak ada gunanya. Bukankah seharusnya 
> yg harus dibantu adalah para pemegang mortgage agar mereka dapat terus 
> membayar cicilannya yg otomatis dapat meredam sebagian besar ketakutan 
> akan SPM (sub-prime mortgage), saya rasa banyak imigran yg termasuk 
> dalam kategori pemegang SPM, bukan karena mereka malas bekerja sehingga 
> tidak mau/mampu membayar cicilan tapi lebih karena anggapan bahwa
mereka 
> mempunyai rating kredit yg sub-prime (mungkin karena tidak punya
histori 
> kredit - gak punya kartu kredit, gak banyak ngutang dll). Saya lihat 
> sisi ini masih belum terekspos sama sekali.
> 
> Ataukah semua ini hanya akal2an konspirasi orang2 "elit" agar bisa
lebih 
> kaya lagi? Atau mungkin dalam proses mementung pihak2 tertentu? 
> Istilahnya mbah mungkin super bozz sedang beraksi, apa yg dapat kita 
> lakukan biar kita bisa numpang bisnya super bozz?
> 


Kirim email ke