http://www.kompas.com/read/xml/2008/10/09/09385897/kiat.memilih.investasi.di.kala.pasar.modal.tak.menentu

Kompas.com, Kamis, 9 Oktober 2008 | 09:38 WIB
JAKARTA, KAMIS - Ambrolnya pasar modal saat ini membuat para pelaku
pasar panik. Alhasil, banyak investor yang melakukan aksi jual dalam
bursa. Padahal, langkah itu justru membuat pasar bursa jadi tambah
tertekan. Nah, pastinya, banyak investor yang bertanya-tanya,
instrumen investasi apa yang layak dipilih dalam kondisi bursa yang
tidak menentu seperti sekarang ini.

Menurut para perencana keuangan, pengamat investasi serta ekonom,
jenis investasi yang paling tepat dilakukan adalah menanamkan modal di
pasar saham. Tentunya dengan catatan, investasi ini memiliki jangka
waktu yang panjang. "Harga saham yang anjlok sekarang bisa naik hingga
tujuh kali lipat dalam lima sampai tujuh tahun ke depan," jelas Roy
Sembel, Chief Research Officer Capital Price (Capital Market,
Portfolio Investment, Corporate Finance, and Economics). Roy
merekomendasikan, saat ini merupakan waktu yang paling tepat bagi
investor jangka panjang dan menengah untuk menyerbu saham-saham
fundamental bagus yang harganya sedang diobral.

Bagaimana dengan investor jangka pendek? Menurut Roy, investor jangka
pendek sebaiknya memilih instrumen yang memberikan pendapatan tetap
dalam jangka pendek. Misalnya deposito perbankan. "Tapi yang pasti,
harus ada keseimbangan antara jangka pendek menengah dan panjang
karena kebutuhan kita tidak semuanya jangka pendek," jelasnya.

Normalnya, jelas Roy lagi, investasi di pasar saham harus sejalan
dengan pertumbuhan ekonomi dan inflasi. Jika pertumbuhan ekonomi
rata-rata 5 persen sampai 8 persen per tahun ditambah dengan tingkat
inflasi antara 5 persen sampai 10 persen per tahun, maka pertumbuhan
indeks pasar yang normal itu berada pada posisi 15 persen sampai 20
persen per tahun. "Kalau dilihat jangka panjang, meski naik turun tapi
keuntungannya ya sekitar 15 sampai 20 persen itu," jelas Roy.

Emas bisa jadi pilihan menarik

Senada dengan Roy, ekonom BNI Tony Prasentiantono menilai, penempatan
instrumen investasi harus disesuaikan dengan kebutuhan investor itu
sendiri. Bagi investor jangka panjang, Tony sepakat bahwa pasar saham
merupakan pilihan yang baik. Selanjutnya deposito, emas, properti,
valas, obligasi, dan reksadana bisa menjadi pertimbangan selanjutnya.

"Emas bisa dilirik karena dapat menjadi alat lindung nilai dari
ketidakjelasan kondisi perekonomian saat ini," ungkap Tony. Sementara,
pasar properti juga bisa dipilih karena merupakan salah satu sektor
fundamental yang paling bagus.

Nah, meski demikian, menurut perencana keuangan Prime Planner M
Ichsan, penempatan portofolio investasi yang aman tetap saja harus
disesuaikan dengan kebutuhan, jangka waktu investasi, serta berapa
total investasinya.

Ichsan bilang, bagi investor jangka panjang, nilai investasi di
reksadana saham dan pasar saham bisa mencapai 70 persen. Sedangkan
sisanya dapat ditaruh dalam  deposito, pasar uang dan emas.

Sementara bagi investor jangka pendek, 40 persen dananya bisa
ditempatkan di deposito, dan 30 persen-nya lagi di obligasi jangka
pendek. "Sisanya baru di reksadana saham dan saham," kata Ichsan.
(Diade Riva Nugrahani)



Sumber : KONTAN

Kirim email ke