BUMI Jadi Milik JP Morgan?
 Ahmad Munjin

(*inilah.com/Bayu Suta*)

*INILAH.COM, Jakarta - Persoalan yang menimpa saham kelompok Bakrie berawal
dari repo atau gadai saham. Karena kasus ini pula Bakrie berpotensi
kehilangan BUMI dan sahamnya bisa jatuh ke tangan JP Morgan. Benarkah? *

Pengamat pasar modal Yanuar Rizky, mengatakan nasib saham Bakrie sangat
tergantung kepada kontrak repo yang dilakukannya. Karenanya jika saja tiga
saham grup Bakrie yakni BUMI, BBNR dan ENRG harganya jatuh dan kemudian
dilakukan pembelian saham kembali (*buyback*) maka tidak secara otomatis
menguntungkan perseroan.

"Keuntungan itu sangat tergantung kepada kontrak repo yang sudah dilakukan.
Apakah *put repo* atau jenis *call repo*. Jika *call repo*, ketika harga
saham BUMI jatuh maka JP Morgan yang mengambil untung," papar Yanuar, kepada
*INILAH. COM*, di Jakarta semalam.

Ia menduga, melihat peristiwa gagal bayar yang terjadi di Danatama maka
kontrak repo yang telah dilakukan Bakrie & Brothers (BNBR) dan JP Morgan
adalah jenis *call repo* Akibatnya, jika harga saham BUMI jatuh maka JP
Morgan yang untung.

Pasalnya, BNBR harus selalu setor di harga saham saat kontrak dan terpaksa
menambal selisihnya. Sedangkan jika posisinya adalah *put repo*, adalah
sebaliknya ketika harga turun akan menguntungkan Bakrie.

Karakteristik repo memang tidak akan menjadi masalah sepanjang
*lender*(pemberi utang) dan
*borrower* (peminjam) masih kompak. Yang terjadi sekarang ini, sedang
terjadi ketidakkompakan antara keduanya. Apalagi BNBR sedang membutuhkan
uang tunai. "Tampaknya Bakrie harus siap-siap kehilangan bisnisnya (BUMI),"
jelasnya.

Sebelumnya diberitakan, otoritas bursa terpaksa mensuspensi perdagangan di
Bursa Efek Indonesia (BEI) setelah indeks saham anjloknya hingga 10,38%
dalam satu sesi perdagangan. Salah satu penyebabnya adalah terpuruknya saham
Grup Bakrie yang disinyalir karena kasus gagal bayar yang dilakukan
perusahaan sekuritas PT Danatama Makmur.

Danatama dikabarkan gagal melakukan pembayaran transaksi pembelian sejumlah
saham milik kelompok Bakrie pada 26 September 2008 hingga batas waktu
pembayarannya, Senin (6/10). Alhasil, BEI pun memutuskan untuk mensuspensi
kegiatan Danatama sebagai anggota bursa.

Sementara itu Senior Vice President Investor Relations PT Bumi Resources
Dileep Srivastava belum bisa dikonfirmasi tentang kemungkinan terlepasnya
saham BNBR di BUMI. Termasuk jenis repo yang dilakukan induk perusahaannya
dengan JP Morgan.

Ketika dihubungi, menurut salah seorang stafnya, Dileep sedang berada di
luar kota.

Yanuar juga memaparkan, bagi BNBR apa yang terjadi saat ini sudah ada dalam
perhitungan. "Sebaiknya Bakrie menyelesaikan sendiri persoalannya dan jangan
mengajak pihak-pihak yang tidak terlibat. Ya paling apes bagi Bakrie adalah
bisnisnya hilang," tandasnya.

Di lain pihak, Bapepam LK harus ikut bertanggung jawab terhadap persoalan
ini. Pasalnya, jika repo ingin disesuaikan dengan aturan pasar, tentu harus
diregistrasi ke rekening *landing* and *borrowing*. "Kenapa ketika berita
repo itu mulai muncul pada Agustus lalu, Bapepam tidak segera melakukan
investigasi sebelum posisi terlalu jauh seperti ini," katanya.

Bapepam, menurutnya, sebenarnya harus sudah tahu berapa persen sebenarnya
saham yang direpo, di tangan Bakrie Brothers, dan berapa persen saham yang
benar-benar *floating* (saham yang tersebar di publik).

"Floating itu yang betul-betul tidak terkait afiliasi urusan ini. Termasuk
tidak terkait afiliasi arisan maupun saham keluarga. Atau jangan-jangan
sudah tidak ada lagi saham *floating*."

Sementara itu manajemen BNBR menyatakan akan menuntaskan negosiasi rencana
penjualan saham BUMI pada 28 Oktober. Rencananya dana yang diperoleh dari
transaksi itu akan digunakan untuk membayar utang.

BNBR sedang melakukan pembicaraan dengan beberapa investor dari India,
Australia, Philipina, Malaysia, BUMN dan swasta lokal. Perseroan berencana
untuk menyelesaikan diskusi dengan para calon pembeli dalam waktu 7-10 hari.


BNBR berencana untuk membayar utang sebanyak US$ 1,2 miliar di mana
saham-saham anak perusahaan menjadi jaminan untuk utang. Minggu lalu, BNBR
memperoleh US$ 56 juta dari penjualan saham Bakrieland Development (ELTY)
dan Bakrie Sumatra Plantation (UNSP).

Harga jual rata-rata batu bara BUMI tahun ini diperkirakan mencapai US$ 77
per ton. Menurut Presiden Direktur BNBR Nalinkant A Rathod, grup saat ini
sedang melakukan pembicaraan dengan lima calon pembeli termasuk partner
anak-anak perusahaan BUMI.

Pada harga perdagangan terakhir, nilai 35% saham BUMI yang akan dilepas BNBR
mencapai US$ 1,5 miliar. Melihat aset-aset batubara seperti KPC dan Arutmin
yang memiliki total cadangan di atas 1 miliar ton dan proyek-proyek tambang
tembaga, emas, dan Herald Resources, BUMI berpotensi meraih harga premium.
[E1]

Kirim email ke