http://www.kompas.com/read/xml/2008/10/31/07260433/Awas..Babak.Kedua.Krisis.Global



Kompas.com, Jumat, 31 Oktober 2008 | 07:26 WIB
Ekonomi global sudah akan pulih 2009? Jangan terlalu yakin dulu!
Sejumlah ekonom dunia, termasuk peraih Hadiah Nobel Ekonomi Paul
Krugman yang awalnya optimistis ekonomi Amerika Serikat tak akan
sampai mengalami resesi pun, tak menutup kemungkinan kondisi masih
akan memburuk.
Hal ini terutama dikaitkan dengan perkembangan terakhir di negara
berkembang, di mana dampak krisis global telah menyeret perekonomian
dalam krisis nilai tukar yang berpotensi berkembang menjadi krisis
mata uang terbesar yang pernah ada (istilah Krugman the mother of all
currency crisis).

Di Eropa Timur, dampak krisis global mengakibatkan resesi di sejumlah
negara. Rontoknya nilai tukar akibat penarikan dana oleh investor,
yang dibarengi dengan anjloknya penerimaan ekspor dan tingginya
inflasi, memunculkan risiko kebangkrutan seluruh ekonomi Eropa Timur.

Sejauh ini, sudah enam negara di Eropa Timur yang meminta uluran
tangan Dana Moneter Internasional, yakni Hongaria, Eslandia, Rusia,
Ukraina, Turki, dan Belarus. Nasib sama dialami emerging market di
Amerika Latin, dengan Argentina berpotensi terpuruk dalam krisis utang
lagi. Di Asia, baru Pakistan yang mengajukan permintaan dana darurat
dari IMF.

Krugman dan analis valas di Morgan Stanley, Stephen Jen, mencemaskan
akan terjadinya kejatuhan tajam (hard landing) nilai aset-aset dan
perekonomian emerging markets dan ini berpotensi menjadi pemicu
(episentrum) krisis global baru (setelah krisis finansial AS) dalam
beberapa bulan mendatang. Dampak krisis ini juga akan sangat memukul
negara maju dan perekonomian global.

"Ini ibarat pemerintah bertempur dalam peperangan yang tak mungkin
mereka menangi. Pengambil kebijakan di kawasan (Eropa Timur)
dihadapkan pada situasi seperti Asia tahun 1997 dan Nordik tahun 1997,
usaha gagah berani, tetapi hampir tak ada efeknya," ujar spesialis
emerging market Danske Bank, Lars Christensen, mengenai langkah yang
ditempuh pemerintah untuk menyelamatkan rupiah, perbankan, dan
ekonomi.

PHK massal

Di AS sendiri, dampak krisis mulai menyebar ke seluruh penjuru
ekonomi. Pemutusan hubungan kerja (PHK) massal mulai terjadi, baik di
perusahaan swasta maupun pemerintah.

Seperti sudah diantisipasi, AS sekarang ini memasuki resesi terburuk
sejak Depresi Besar tahun 1930. Ekonom JP Morgan Chase memperkirakan
produk domestik bruto (PDB) AS hanya akan tumbuh 0,5 persen pada
triwulan ketiga tahun ini dan mengalami penurunan 4 persen pada
triwulan terakhir 2008 (penurunan tertajam sejak resesi 1981-1982).

Angka pengangguran diprediksi sebesar 8-8,5 persen pada akhir tahun.
Lima sektor dengan angka PHK terbesar adalah sektor finansial,
otomotif, pemerintahan/organisasi nirlaba, transportasi, dan ritel.
Separuh lebih industri peleburan baja sudah tutup karena anjloknya
permintaan. Belanja konsumen juga terus terpuruk.

Pemulihan ekonomi AS dan negara maju lain diperkirakan belum akan
terjadi dalam waktu dekat. Kendati Fed (diikuti bank-bank sentral
negara lain) kemarin kembali menurunkan suku bunga antarbank ke titik
terendah sejak krisis dot.com tahun 2003 (1 persen), perbankan masih
enggan menyalurkan kredit ke sektor riil dan masyarakat.

Ekonomi AS saat ini, menurut ekonom terkemuka Joseph Stiglitz,
dihadapkan pada krisis likuiditas, krisis solvensi, dan problem
makroekonomi sekaligus. Kemerosotan ekonomi sekarang ini ibaratnya
baru fase pertama penurunan ekonomi secara tajam (downward spiral)
yang harus dilalui AS dalam proses penyesuaian yang tak terelakkan
sampai harga rumah kembali ke level ekuilibrium dan utang eksesif yang
menopang ekonomi AS selama ini teratasi.

Rekapitalisasi perbankan yang akan ditempuh pemerintah sekarang ini
juga baru satu tahap dari lima tahap yang harus ditempuh untuk keluar
dari krisis finansial. Langkah lainnya, meredam gelombang kebangkrutan
dan penyitaan rumah. Selain itu, kebijakan stimulus untuk menggerakkan
ekonomi termasuk dengan meningkatkan tunjangan pengangguran serta
investasi di infrastruktur dan teknologi.

Langkah lainnya adalah memulihkan kepercayaan pasar melalui perbaikan
regulasi pasar finansial serta membentuk badan multilateral yang
efektif untuk mengawasi jalannya sistem finansial global.

Sejauh ini, langkah stimulus yang ditempuh pemerintah baru menyangkut
sektor industri. Pemerintahan Bush mengungkapkan, kemungkinan
memperluas jangkauan bail out ke sektor asuransi, dengan nilai total
dana talangan lebih dari 2 triliun dollar AS. Namun, tak sekali pun
mereka menyebut kemungkinan dikeluarkannya paket penyelamatan bagi
jutaan warga yang terancam kehilangan pekerjaan, rumah, dan tabungan.
Artinya, masih banyak yang harus dilakukan sebelum ekonomi AS
benar-benar pulih.

Bagi perekonomian global dan negara berkembang, ini tentu kabar buruk
sekaligus pesan untuk menjaga stamina menghadapi kemungkinan resesi
berkepanjangan. Sebelumnya, IMF memprediksikan akan terjadi
perlambatan ekonomi global beberapa triwulan ke depan. Pemulihan
ekonomi baru akan terjadi tahun 2010 dengan pertumbuhan ekonomi global
menciut dari 5 persen (2007) menjadi 3,9 persen tahun 2008 dan 3
persen tahun 2009. Di AS sendiri, ekonomi diperkirakan hanya tumbuh
0,1 persen tahun 2009.


TAT
Sumber : Kompas Cetak

Kirim email ke