03/11/2008 13:45 INDF Hadapi Ancaman di Kuartal IV Asteria (*Inilah.com/Wirasatria*)
*INILAH.COM, Jakarta – Kinerja PT Indofood Sukses Makmur (INDF) selama ini makin membaik. Sebagai emiten kategori tahan banting, Indofood terus mencetak laba. Namun, ada ancaman pemburukan kinerja perseroan pada kuartal empat 2008 ini. * Kinerja agribisnis dan Bogasari dari Indofood di penghujung tahun ini akan mengalami penurunan. Hal ini terjadi akibat merosotnya harga minyak kelapa sawit (CPO) dan gandum seiring perlambatan ekonomi berlanjut pada turunnya permintaan. "Saat ini Indofood ditransaksikan pada P/E (price earning) 2009 sebesar 10 kali. Kami rekomendasi *hold* dulu untuk saham Indofood," papar *analyst meeting notes* Samuel Sekuritas, di Jakarta, Senin (3/11). Pada perdagangan Senin (3/11) sesi siang, saham berkode bursa INDF ini ditransaksikan naik 180 poin ke level 1.270 per lembarnya. Adapun INDF sempat anjlok pada 29 Oktober ke level Rp 960 kemudian kembali rebound dipicu laporan keuangan kuartal tiga 2008 yang positif. Hingga September 2008, INDF berhasil membukukan kenaikan laba bersih Rp 1.136,2 miliar, atau naik 66,28% dari periode sama tahun lalu sebesar Rp 683,3 miliar. Selain itu, Indofood juga berhasil meningkatkan penjualan bersih konsolidasinya sebesar 52% dari Rp 19,67 triliun pada 2007, menjadi Rp 29,90 triliun tahun ini. Kenaikan penjualan terdongkrak konsolidasi dari PT PP London Sumatera Indonesia (LSIP) dan kenaikan harga jual rata-rata yang lebih tinggi. Sedangkan penjualan *consumer brand product* (CBP) kuartal ketiga tercatat tumbuh 29,9%, Bogasari tumbuh 39,2%, distribusi 33,3%, dan agribisnis melonjak 120,9%. EBIT (earning before interest and tax ) dari CBP naik 53,9% mayoritas disumbangkan dari mi instan, yang EBIT-nya naik 99,5%. Demikian pula EBIT margin naik jadi 3,2% (dari 2,7%). Namun, divisi mie instan mencatat penurunan volume penjualan 9,3% karena anjloknya mie sakura sekitar 75%. Adanya pertumbuhan disebabkan kenaikan harga jual mie. Sementara itu, EBIT Bogasari naik 39,3%, namun EBIT margin stabil di 9%. Adapun divisi agribisnis mencatat pertumbuhan EBIT 195,8%, namun marginnya hanya naik 20,3% (dari 15,1%) karena kontribusi margin yang lebih rendah dari LSIP yaitu 39,5% (dari 50,5%). Sedangkan EBIT divisi distribusi turun menjadi 28,3%, dengan EBIT margin turun menjadi 1,4% karena tingginya biaya transportasi. Capex 2008 dianggarkan Rp 2,9 triliun, namun hingga September 2008 baru terealisasi sekitar Rp 1,6 triliun. Sedangkan capex untuk 2009 masih dalam tahap pembahasan. Di sisi lain, analis Edwin Sebayang mengatakan, saham INDF masih menarik untuk dikoleksi. Selain termasuk emiten defensif yang tahan terhadap goncangan krisis dan volatilitas harga komoditas, kinerja perseroan bisa dikatakan cukup memuaskan. Dengan *dividen payout ratio* atau rasio pembagian dividen sebesar 33-39%, maka Edwin memberi rekomendasi positif untuk INDF. "Investor bisa akumulasi INDF di level Rp 1.800 per lembarnya," ujarnya. Demikian pula Ciptadana Securities yang menilai harga komoditas yang telah menjadi lebih rendah saat ini seharusnya menguntungkan grup CBP. Namun, hal ini pun akan dipengaruhi situasi ekonomi dalam negeri yang terimbas kondisi ekonomi global. "Kami merekomendasikan beli INDF pada harga transaksi di pasar bursa,"katanya. INDF saat ini sedang mempersiapkan untuk segera merampungkan proses akuisisi secara tidak langsung atas produsen susu PT Indolakto pada akhir tahun ini. Dana untuk akuisisi itu akan menggunakan cash dan pinjaman dalam bentuk dolar ataupun kombinasi dolar dan rupiah, namun besarannya belum ditentukan. Rencananya detail informasi terkait pembelian Indolakto akan dirilis pekan ini. Lewat akuisisi ini, Indofood bisa melakukan diversifikasi industri makanan dan memperkuat posisi grup produk konsumen bermerek. Analis BNI Securities Akhmad Nurchayadi mengatakan, INDF punya misi agar seluruh produk di meja makan itu adalah buatan mereka, mulai dari kecap, tepung, mie, gula. Ini merupakan langkah konsolidasi usaha Indofood dengan mengumpulkan kembali aset-aset Keluarga Salim. Namun, langkah akuisisi ini menurut Akhmad perlu ditinjau lebih dalam, apakah sekadar membeli merek Indolakto atau berikut seluruh aset-aset perusahaan itu. "Kalau hanya mendapatkan mereknya, itu tidak akan terlalu berpengaruh," ujarnya. [E1] 2008/11/3, JOsh WaiKIKI <[EMAIL PROTECTED]>: > > mohon pencerahan/pendapat senior2 ... > kira2 ada apa ya dgn INDF ... > > thx > > >