http://www.kompas.com/read/xml/2008/11/05/13520985/Harga.Timah.Merosot..TINS.Revisi.Target.Penjualan

Rabu, 5 November 2008 | 13:52 WIB
JAKARTA, RABU - Turunnya harga komoditas, seperti nikel dan timah,
saat ini membuat PT Timah Tbk (TINS) mawas diri. Rencananya, Timah
akan menurunkan target penjualannya hingga akhir tahun ini.

Abrun Abubakar, Sekretaris Perusahaan TINS mengatakan, hingga akhir
emiten berkode saham TINS ini hanya mengejar target penjualan yang
terikat kontrak, yaitu sebesar 42.000 metrik ton. "Ini karena harga
timah yang terus merosot. Harganya di bawah 14 ribu dollar AS per ton.
Selain itu, suplai tambang darat juga sulit karena produksinya jauh di
bawah normal," jelasnya kepada KONTAN.

Dengan adanya revisi itu, TINS pun harus menunda beberapa rencana
investasi dan ekspansinya untuk tahun depan. "Tapi untuk proyek yang
sedang berjalan, tetap akan diselesaikan secepatnya," kata Abrun.

Kepala Riset BNI Securities Norico Gaman berharap, pemerintah segera
merespons hal ini. Dia memprediksi, permintaan dari negara-negara
industri seperti Jepang, Taiwan, Korea dan China akan menurun tajam
terkait krisis global.

Untuk itu, kata Norico, pemerintah sebaiknya membatasi ekspor timah
yang tadinya 90.000 metrik ton menjadi sekitar 60.000 metrik ton. "Hal
ini untuk memperkuat harga timah kembali ke level 20 ribu dollar AS
per ton," katanya.

Norico menambahkan, selain dukungan pemerintah, TINS sebaiknya perlu
melakukan diversifikasi usaha untuk menopang kinerja perusahaan. "TINS
mungkin bisa mencoba masuk ke tambang batu bara dan mempertimbangkan
untuk eksplorasi ke pertambangan mikro," kata Norico. "Dengan
diversifikasi, TINS bisa memperkuat pendapatan dan laba bersihnya ke
depan," imbuhnya.

Sekadar catatan, hingga triwulan III tahun ini, TINS telah membukukan
laba bersih konsolidasi sebesar Rp 1,491 triliun. Jumlah ini naik 18
persen bila dibandingkan pada periode yang sama tahun lalu yang hanya
sebesar Rp 1,264 triliun.

Menurut Abrun, kenaikan ini didorong oleh tingginya harga rata-rata
komoditas timah yang diterima perseroan. Catatan saja, harga rata-rata
logam timah di LME (London Metal Exchange) meningkat dari 16.055
dollar AS per ton pada awal tahun menjadi 17.175 dollar AS per ton
pada bulan September 2008. "Pada periode yang sama tahun lalu, harga
rata-rata timah di LME mencapai 13.933 dollar AS per ton," kata Abrun.

Harga rata-rata timah yang diterima perseroan hingga triwulan III-2008
sebesar 20.186 dollar AS per ton, naik 44 persen dibanding periode
yang sama tahun lalu 13.974 dollar AS per ton. Sedangkan volume
penjualan timah perseroan sebanyak 34.045 metrik ton, 28 persen lebih
rendah dari periode yang sama tahun lalu sebanyak 47.270 metrik ton.

Meskipun volume produksi TINS menurun, namun kenaikan harga rata-rata
timah yang diterima perseroan mendorong perolehan pendapatan
konsolidasi perseroan. Pendapatan TINS? hingga triwulan III ini
mencapai Rp 6,894 triliun atau naik 5 persen bila dibandingkan periode
yang sama tahun lalu sebesar Rp 6,583 triliun. Pendapatan itu berasal
dari logam timah sebesar Rp 6,355 triliun, batubara sejumlah Rp 519,9
miliar, jasa eksplorasi mencapai Rp 11,3 miliar, dan dari jasa
galangan kapal sebesar Rp 8,2 miliar.


Andri Indradie

Kirim email ke