Darwin wrote:
SBY adalah seorang ahli strategi yang sangat genius, 
sehingga bisa keluar sebagai pemenang Pilpres II 

kometar:
Mengenai strategi saya akui memang jendral ini hebat.
Tapi kejujuran dan kesatrian, saya ragu, bahkan ga' percaya.
Masih ingat peristiwa su99 yg gagal menghantarkan jendral
ke kursi wapres, ia dan tim 9-nya membentuk wadah dan
ketika ditanya apa akan menjadi partai, dijawab TIDAK
kenyataannya --> LSM berevolusi menjadi P Demokrat.

yang lebih hebat lagi berita tempo dibawah ini, he...he...
wajar saja jika Mega emoh datang ke pelantikan eks anak
buahnya, siapa sih yang ga' sakit klo dikhianati, Ahmad
Heriawan (calon ketua DPRD asal PKS) saja sangat kesal.

quoted:
Kini, giliran Mega bertanya ke SBY. Setahu saya dan saya mendengar,
kata Mega, Pak Susilo dicalonkan sebagai presiden oleh partai baru,
Partai Demokrat. Apa benar ? "Pak Susilo kaget, terkejut dan memerah
wajahnya dan menjawab TIDAK BENAR," ujar Megawati

komentar;
wajar saja MSP tidak menghadiri pelantikan presiden baru, krn
tentu sesuatu yang menyakitkan jika kita dikhianati oleh
rekan kita sendiri, terlebih itu adalah rekan/sahabat dekat
dan kepercayaan.
...tapi anehnya masih ada aja tuh yang mau dukung, ga' tanggung2
dukungannya ALL-OUT hingga ranting, ya mudah2-an aja ga' disalip
ditikungan

Saat ini pun SBY nampak sudah mulai mempermainkan para elite
partai yg semula mendukungnya, peringatan keras dari PBB dan
PKS mengindikasikan adanya ketimpangan itu. PBB menganggap
sby telah melanggar KOMITMEN krn masalah pembagian jatah
kursi, yg oleh Yusril PBB disebut sebagai Stake Holder yg
porsi kursinya lebih besar drpd pendatang baru.
Pak yusril jika anda dikhianati anggap saja itu karma dari
perbuatan anda kepada gogon dan sebelumnya kepd Soeharto, GD
dan MSP.

Ada bisik2 yg mengatakan bhw demo KAMMI di cikeas terkait
persaingan tsb.

Jend. Susilo ini seperti Rossi saja, pandai menyelip disetiap
tikungan, ... kira2 siapa dan kelompok mana lagi yang mau 
disalip ya? Kira2 selain dgn PBB dan terakhir PKS, kepada
pihak mana saja jend. Susilo membuat kesepakatan/komitmen?
Australi kemarin langsung menyambut dan menanggapi akan
membicarakan persoalan pakta pertahanan dan keamanan yang
diperluas dengan presiden baru (koran tempo, senin 18/10/04)

Selamat bekerja pak jendral, semoga keraguan dan ketidak
percayaan saya, bisa anda buktikan dengan kinerja yang memuaskan
baik masy. yg memilih anda maupun tidak.
Ada baiknya pak jendral, jika perkataan MSP itu benar anda
harus meminta maaf, inget loh, krn MPS juga anda terkenal.
Itu jika anda memang bertaji dan ksatria...


wassalam,
harman
Yang hanya mengikuti NURANI dan tidak butuh rekomendasi 
dlm menentukan sikap pada PILPRES II, krn tdk ada
yang mendekati kriteria spt duet AR-SIS

'Aku tak bisa pindah, pindah ke lain hati'
By KLA Project

lagu yang pantas dinyanyikan oleh MSP dan juga mungkin
pendukung presiden baru:
'tertipu...u...u.., ku tertipu ..u..uu'
by Nugie

***

Senin, 18 Oktober 2004 | 20:50 WIB 

TEMPO Interaktif, Jakarta: Langkah Ketua MPR Hidayat Nur Wahid dan
Ketua Mahkamah Konstitusi Jimly Asshiddiqie membujuk Presiden Megawati
Soekanoputri agar menghadiri pelantikan Susilo Bambang Yudhoyono
sebagai presiden pada 20 Oktober 2004, terantuk batu. Sampai Senin
(18/10) ini, sikap Megawati tetap kukuh, tidak akan hadir dalam acara
yang digelar di Gedung MPR/DPR itu.

Kubu PDI Perjuangan terus berargumentasi bahwa tidak ada aturan
konstitusional yang mewajibkan presiden sebelumnya menghadiri
pelantikan presiden yang baru. Lagi pula, kata Ketua DPP PDIP Roy BB
Janis, pada hari TNI 5 Oktober lalu Megawati sudah memberikan ucapan
selamat secara formal kepada Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Apakah
argumentasi legal formal itu bisa diterima ?

Dalam kultur politik Indonesia, apa yang tersurat belum tentu
mencerminkan yang tersirat. Secara formal Megawati memang sudah
mengakui kekalahannya. Hal itu terlihat dari pidatonya pada HUT TNI di
Halim Perdana Kusuma dan penerimaannya terhadap keputusan Komisi
Pemilihan Umum (KPU) tentang hasil pemilihan presiden putaran kedua.
Lantas apa alasan yang tersirat dibalik sikap Megawati yang menolak
hadir di acara pelantikan Yudhoyono sebagai presiden RI ke 6 ?

Untuk mengetahui soal itu, sumber Tempo pekan lalu mendengar
kegundahan Megawati di kediamannya yang asri di Kebagusan, Jakarta
Selatan. Ibunda Puan Maharani ini bercerita soal rapat menteri sekitar
Januari-Februari 2004 lalu di Istana, yang dipimpinnya. Hadir dalam
rapat yang membahas jadwal kampanye pemilu adalah Wakil Presiden
Hamzah Haz, Menteri Koordinator Politik dan Keamanan Susilo Bambang
Yudhoyono dan Menteri Kehakiman dan HAM Yusril Ihza Mahendra.

Di awal rapat, Mega menjelaskan posisi dirinya sebagai Ketua Umum PDIP
yang diusulkan menjadi calon presiden mendatang. Untuk itu dia
bertanya ke pejabat yang hadir yang kabarnya diusulkan partainya
masing-masing menjadi calon presiden atau wakil presiden. Hamzah Haz
menjawab dirinya dicalonkan partainya, jadi nantinya akan ikut
kampanye. Yusril menjawab sebaliknya, bahwa Partai Bulan Bintang tidak
mencalonkannya.

Kini, giliran Mega bertanya ke SBY. Setahu saya dan saya mendengar,
kata Mega, Pak Susilo dicalonkan sebagai presiden oleh partai baru,
Partai Demokrat. Apa benar ? "Pak Susilo kaget, terkejut dan memerah
wajahnya dan menjawab tidak benar," ujar Megawati kepada sumber Tempo
dan dua orang lainnya yang hadir di ruang makan rumahnya di Kebagusan,
pekan lalu. Megawati masih ingat jawaban SBY: "Tidak Bu. Itu rekaan
rekan wartawan. Itu bisa-bisanya wartawan saja. Yang jelas saya tidak
akan berkampanye," ujar Menko Polkam Susilo Yudhoyono. Presiden
Megawati yang dipanggil Ibu oleh SBY, lantas berkata, "Oh ya sudah
kalau begitu, sudah clear, Bapak-bapak sudah tahu semua jadinya."

Menurut Megawati, dia beruntung jawaban Susilo itu disampaikan dalam
sebuah rapat sehingga ada saksi yang mendengarkan. Mereka bisa
mempertanyakan bagaimana sikap SBY seperti itu. "Padahal dia seorang
militer yang seharusnya tunduk pada komandan. Akhirnya saya
mempertanyakan kredibilitasnya," kata Megawati sambil menghela nafas.

Kepada sumber Tempo yang tidak bersedia disebut namanya, Mega mengaku
dibujuk-bujuk Taufik Kiemas untuk mengucapkan selamat kepada Susilo.
"Lho gimana itu. Harusnya dia datang ke saya untuk minta maaf karena
sudah berbuat seperti itu," ujarnya. Menurut Mega, jika yang menang
dalam pemilu presiden adalah Amien Rais atau Wiranto, dia akan ikhlas
dan legowo. "Saya akan datangi beliau dan ucapkan selamat. Tapi saya
kalah dengan orang yang selama ini ikut saya, gimana ini ...." Sumber
Tempo menyela apa orang itu bisa dikategorikan Brutus ? "Mboh lah.
Saya pertanyakan kredibilitasnya sebagai seorang perwira," jawabnya
tegas.

Sikap Megawati untuk tidak hadir pada pelantikan presiden terpilih SBY
disampaikan juga pada rapat DPP PDIP di kantor Jalan Lenteng Agung,
Jakarta Selatan, pada Sabtu (16/10) petang. "Ibu Megawati menyatakan
bahwa tanggal 20 Oktober mendatang adalah acara pelantikan presiden
terpilih, bukan acara serah terima jabatan," ujar Roy Janis usai
rapat. Partai, ujarnya, sebenarnya menghendaki kehadiran Megawati di
acara pelantikan Yudhoyono. "Partai sudah beri masukan tapi ini bukan
urusan partai, ini urusan presiden, jadi berpulang pada yang
bersangkutan," katanya.

Sumber Tempo lainnya yang menolak disebut namanya, yang juga hadir
pada acara di ruang makan rumah Megawati di Kebagusan, pekan lalu,
juga membenarkan kegundahan presiden. "Ibu Mega memang kecewa, kok Pak
Bambang (SBY) tidak jujur," ujar sumber Tempo, yang tokoh masyarakat
etnis tertentu ini. Menurutnya, memang Megawati kala itu mengungkapkan
kembali jalannya rapat menteri di Istana yang dihadiri Hamzah Haz,
Susilo Yudhoyono dan Yusril Ihza.

Agus Haz, putera Wakil Presiden Hamzah Haz, mengaku mendengar soal
kekecewaan yang amat sangat dari Megawati kepada SBY. "Saya mendengar
dari orang-orang dalam (maksudnya Istana, red)," ujarnya kepada Tempo,
Senin (18/10) pagi.

Laode M Kamaludin, sekretaris Wakil Presiden Hamzah Haz, menjelaskan
Hamzah akan hadir pada acara pelantikan Yudhoyono, 20 Oktober di
Gedung MPR/DPR. Bahkan Selasa (19/10) ini, Hamzah mengundang Jusuf
Kalla ke Istana Wakil Presiden di Jalan Medan Merdeka Selatan.
"Langkah ini untuk membangun citra atau tradisi baru pergantian
kepemimpinan nasional," katanya.

Juru bicara Yudhoyono, Andi Malarangeng mengaku tidak mengetahui soal
rapat menteri terbatas yang dihadiri Hamzah, Yusril dan Yudhoyono.
"Saya tidak hadir di situ, jadi saya tidak mau berkomentar," katanya.
Menurutnya, keputusan hadir atau tidaknya Megawati dalam pelantikan
presiden 20 Oktober, tergantung pada dirinya. Pihaknya akan
menghormati sikap Megawati. "Namun alangkah cantiknya jika usai
berkompetisi pemimpin bangsa bersatu kembali. Kemenangan dalam pemilu
kemarin adalah kemenangan bagi semuanya," ujarnya.


____________________________________________________

Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: 
http://rantaunet.org/palanta-setting
------------------------------------------------------------
Tata Tertib Palanta RantauNet:
http://rantaunet.org/palanta-tatatertib
____________________________________________________

Kirim email ke