Nakan Arfian,

Berbeda pendapat itu bukan saja baik, tetapi juga perlu, karena dari sanalah kita bisa saling belajar. Usia tua tidak menjamin bahwa pendapat seseorang selalu benar. Saya tentu tidak terkecuali.

Saya setuju bahwa kita perlu menjaga dan mempertahankan aqidah, baik bagi diri kita, keluarga kita dan saudara-saudara kita sesame muslim. Namun itu harus sesuai dengan pesan Al-Quran: “dengan cara yang baik”, yang menurut hemat saya sering ditinggalkan umat, termasuk---maaf---para ulama, sehingga hasilnya sering kebalikan dari yang diharapkan. Hal itu terlihat sekali misalnya dalam kasus Inul, JIL, dan Dewi Artika yang justru membuat mereka tambah popular dan mendapat dukungan dari kelompok netral sembari memperburuk citra Islam di dalam negeri dan dunia internasional sehingga menjauhkan mereka dari kebenaran Islam.

Saya kebetulan ikut Milis JIL atas undangan moderatornya, padahal saya bukan pendukung JIL. Malahan saya pernah menulis agak keras tentang JIL di milis Wanita Muslimah. Pak HMNA tahu itu. Saya lihat mereka cukup terbuka terhadap pendapat-pendapat yang berbeda yang adakalanya cukup keras, malah tidak jarang membuat mereka terpojok, karena JIL memang sebenarnya mempunyai banyak kelemahan. Mengapa bukan ini yang dilakukan, ketimbang menuduh mereka kafir atau murtad. Siapa yang memberikan kita hak untuk itu. Nabi sendiri tidak seenteng itu menuduh orang yang sudah bersyahadat murtad, seperti sikap yang beliau perlihatkan kepada Abdulah bin Ubay. Perlu juga diperhatiakan, bahwa para pendukung JIL kan juga terbatas kepada kelompok sekuler dan para “santri” yang mengalami “gegar budaya”, mengidap indlanderisme/sikap inferior terhadap barat, yang kebetulan agak banyak di UIN/IAIN/STAIN. Jadi kalau JIL kelihatannya “berkibar” sebenarnya lebih dikarenakan karena kesalahan strategi dalam menghadapi meraka yang notabene anak-anak dan adik-adik kita sendiri.

Dan Inul sendiri yang sempat “mempermalukan” Oma Irama dan MUI, akhirnya popularitasnya tokh surut sendiri. Dan siapa yang bisa menyangka seorang penyanyi dangdut berjilbab bisa menjuarai festival yang sangat bergensi seperti KDI II yang juga dikemas dengan moralitas yang baik dalam arti tanpa pameran “pusar”, “sek-wil-da” dan “bu-pa-ti”. Dan kita tahu, KDI hampir selalu menjadi acara TV yang memperoleh rating tertinggi di level nasional. Dengan kata lain mayoritas ummat---tanpa fatwa-fatwaan---pada dasarnya bisa memilih mana yang baik dan mana yang tidak. Yang penting imannya selalu dibina dengan baik seperti yang dilakukan AA Gym, Arifin Ilham dan lain-lain.

Sikap kita terhadap penganut agama lain, utamanya Kristen, saya pikir juga jangan terlalu berlebihan. Saya kebetulan aktif di milis Apakabar yang mayoritas netter aktifnya penganut Kristen. Saya perhatikan serangan-serangan dan keluhan mereka terhadap Islam dan kaum muslimin. Banyak terdistorsi memang, tetapi juga banyak yang menagndung kebenaran, dan cara paling baik melihat kekurangan kita dari kacamata orang lain. Keluhan mereka tentang suara hiruk pikuk melalui pengeras dari masjid di sekitar waktu subuh sangat perlu kita perhatikan dan kita tindaklanjuti. Bagi yang pernah berumrah dan berhaji tentunya tahu, bahwa suara yang keluar dari Masjidil Haram dan Masjid Nabawi dengan pengeras suara hanyalah suara azan, iqamat dan bacaan Imam, yang Subhanallah indah dan merdunya tidak terlukiskan. Hambatan dan gangguan yang mereka alami dalam beribadah juga harus kita lihat dengan sikap emapati. Sikap kita yang cenderung mau menang sendiri pasti akan berbalas serupa: gencarnya kristenisasi dengan berbagai cara. Lagi pula kenapa takut amat sih orang Kristen membangun Gereja? Toh seperti yang terjadi di negara-negara industri maju dewasa ini, utamanya di Eropah, akhirnya banyak yang berubah menjadi Masjid (!). Yang penting kata bentengi diri kita, keluarga dan kerabat kita dengan baik. Jangan biarkan mereka lemah dan miskin. Coba kita lihat di Aceh. Kita ribut dan curiga terhadap kehadiran NGO dari negara-negara non-muslim karena khawatir menjadi selubung terhadap kegiatan kristenisasi. Tetapi mana NGO dari negara-negara Islam sendiri? Dulu ada dari Malaysia tetapi sudah menarik diri yang sepertinya berhubungan dengan sikap kita yang sangat berlebihan dalam kasus Ambalat.

Kita perlu juga perlu menghargai dan membuang rasa curiga terhadap upaya yang dilakukan oleh Robert dkk di di lingkungan Kristen Advent tersebut yang berujung kepada penagkuan akan kebenaran Al-Quran dan kenabian Muhammad SAW secara “berjamaah”, walaupun mereka belum sepenuhnya menerima syariat Islam. Menurut saya ini mempunyai dampak psikologis yang besar, baik di kalangan kaum muslimin dan umat Kristen, terutama jika dikaitkan dengan gencarnya upaya-upaya untuk menghancurkan kredibilitas Al-Quran---seperti yang terakhir dilakukan oleh Christopher Luxemberg---dan pembunuhan karakter kepada Nabi Muhammad SAW. Dan siapa tahu dengan hidayah Allah SWT meraka akahirnya menerima Islam dengan utuh dan menjadi mubaligh-mubalikh yang hebat di kalangan mereka sendiri. Kita doakan saja.

Sekian tanggapan saya.

Wabillahi taufiq wal hidayah

Wassalam, St Bandaro Kayo (62-)

--- In [EMAIL PROTECTED], "Muhammad Arfian" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

Mamak Darwin Bahar,

Saya memiliki pandangan yang berbeda dengan yang Mamak miliki. Dalam pandangan saya, kekuatan suatu berdasarkan pada konsep 'aqidah
(konsep dasar keimanan) yang dimiliki oleh agama tersebut. Sedikit
tentang 'aqidah ini, �eaqidah menurut bahasa berasal dari kata al-
�eAqdu yang berarti ikatan, at-Tautsiqu yang berarti kepercayaan
atau keyakinan yang kuat, al-Ihkamu artinya mengokohkan/ menetapkan,
dan ar-rabthu biquwwah yang berarti mengikat dengan kuat. Jadi
kepercayaan yang kuat kepada Tuhan yang diimani dalam suatu agama
merupakan fondasi dari berdirinya agama tersebut.

dipotong

--- In [EMAIL PROTECTED], Darwin Bahar <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
Ketika menanggapi postingan seorang netter penganut Katolik yang
simpatik mengenai azan, saya mengutip pendapat Dr Nurcholis Majid



_____________________________________________________
Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: http://rantaunet.org/palanta-setting
------------------------------------------------------------
Tata Tertib Palanta RantauNet:
http://rantaunet.org/palanta-tatatertib
____________________________________________________

Kirim email ke