boes writes:
Semuanya mendakwakan diri mereka Islam, mempunyai Alquran dan Hadits. Lalu mengapa ada orang mengatakan bahwa yg satu bukan Islam kecuali dia saja?
Pantas dan wajarkah orang yg demikian mengatakan dirinya Islam sedangkan
kelompok lain bukan? wallahu 'alam

Bismillahirrahmaanirrahiim,
Assalaamu 'alaikum warahmatullahi wabarakaatuh, Saya merasa sedih kalau melihat orang Islam sendiri membiarkan agamanya menjadi "warna-warni". Apakah benar agama kita ini begitu nisbi sehingga tidak jelas antara yang haq dan yang bathil? Apakah memang seperti itu yang dicontohkan Rasulullah dan para shahabat beliau? Apakah ada beraneka ragam Islam pada masa mereka? Setahu saya, Rasulullah diutus membawa satu syari'at yang telah disempurnakan oleh Allah. Syari'at itu pun telah diamalkan oleh para shahabat. Dengan demikian Rasulullah dan para shahabat beliau berada dalam agama yang satu sehingga generasi beliau menjadi generasi terbaik. Bukankah sepatutnya kita mengikuti langkah mereka yang bersatu? Generasi terbaik umat Islam terdiri dari berbagai suku dan bangsa namun mereka semua berada di atas jalan yang satu. Jika memang agama kita ini begitu nisbi, apakah yang tersisa dari keyakinan kita? Ketika kita meyakini tidak ada nabi setelah Rasulullah, ada banyak kelompok yang pemimpinnya mengaku sebagai nabi. Ketika kita meyakini Ketika kita meyakini adanya takdir, ada kelompok yang mengingkari takdir. Ketika kita meyakini wajibnya shalat, ada orang yang meyakini tidak perlunya shalat. Ketika kita meyakini keutamaan Abu Bakar dan Umar bin al-Khaththab, ada golongan yang mengkafirkan mereka. Dan seterusnya. Bahkan ketika kita yakin bahwa Allah bersemayam di atas Arsy-Nya, ada yang mengatakan Allah ada di dalam dirinya. Apa yang tersisa dalam agama kita? Jika dikatakan "peganglah keyakinanmu sendiri dan janganlah mengatakan yang lain sesat", tidakkah kita cemburu akan agama ini sehingga kita diam saja melihat penyimpangan? Akankah kita diam saja jika ternyata yang kita pegang ternyata menyimpang dari jalan Rasulullah dan para shahabat beliau? Akankah kita mendiamkan orang-orang yang melubangi kapal yang kita tumpangi? Apakah kita akan membiarkan agama ini berpecah belah? Bukankah Allah dan Rasul-Nya telah memerintahkan kita untuk berpegang teguh pada Kitabullah dan Sunnah Rasulullah? Bagaimana mungkin kita bersatu padahal kita membiarkan perpecahan? Jika kita menerapkan prinsip "membiarkan" itu, kenapa kita menyalahkan orang yang merusak atas nama agama? Bisa jadi mereka punya pemahaman sendiri. Kenapa kita menyalahkan aliran yang menghalalkan seks bebas di antara mereka? Mungkin mereka punya takwil sendiri. Kenapa kita membeda-bedakan dalam penerapan prinsip itu? Bukankah berarti kita menjadikan pendapat pribadi kita sebagai ukuran? Sungguh buruk prinsip ini. Jika dikatakan "diamlah & kapan kita akan bisa menyaingi orang kafir"; apakah yang dilakukan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam kepada umatnya? Meningkatkan ekonomi umat walaupun aqidah berantakan? Justru Rasulullah telah menerangkan bahwa umat ini akan dihinakan ketika sibuk dengan urusan duniawi. Bukankah Rasulullah dan para shahabat beliau mengutamakan aqidah lalu kemenangan dan perbendaharaan dunia pun diberikan kepada mereka? Sungguh saya yakin bahwa Rasulullah membawa syari'at yang satu dan sempurna yang telah diamalkan oleh generasi terbaik umat ini. Kebenaran bukanlah diukur dengan pendapat saya atau pun manusia mana pun selain Rasulullah. Kebenaran hanyalah diukur dengan kesesuaian terhadap jalan yang ditempuh generasi terbaik. Allah subhanahu wa ta'ala berfirman (yang artinya): "Dan barang siapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasinya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahanam, dan Jahanam itu seburuk-buruk tempat kembali." (QS. an-Nisaa' 4:115) Tentunya satunya jalan yang lurus ini bukan berarti boleh melakukan pengrusakan seenaknya. Saya yakin bahwa cara pengrusakan tersebut tidak benar karena cara-cara seperti itu adalah hak penguasa. Namun saya juga yakin akan sesatnya setiap aliran yang menyimpang dari jalan yang ditempuh Rasulullah dan para shahabat beliau. Keduanya adalah masalah yang berbeda. Allahu Ta'ala a'lam. Lalu golongan yang mana? Setiap golongan mengklaim berdasarkan Al-Qur'an dan As-Sunnah. Sungguh kita bukanlah orang bodoh yang tidak bisa belajar. Kenalilah kebenaran yakni Al-Qur'an dan As-Sunnah ash-Shahihah dengan pemahaman para shahabat maka kita akan dapat mengenali orang. Sungguh telah nyata contoh-contoh dari Rasulullah dan para para shahabat beliau. Perhatikanlah bagaimana Rasulullah mencela Khawarij dan bagaimana Ali memerangi mereka. Ali juga memerangi Saba'iyah. Abu Bakar memerangi kaum yang mengingkari kewajiban zakat. Ibnu Umar memusuhi Qadariyah. Dan banyak lagi teladan dari para imam. Imam Malik mengingkari orang yang mempertanyakan kaifiat istiwa-nya Allah. Imam asy-Syafi'i mengingkari para zindiq yang beribadah dengan nyanyian. Imam Ahmad mengingkari Mu'tazilah. Ibnu Taimiyyah mengingkari para sufi. Semoga Allah menunjuki kita ke jalan yang Ia ridhai. Wassalaamu 'alaikum warahmatullahi wabarakaatuh,
---
Ahmad Ridha ibn Zainal Arifin ibn Muhammad Hamim
(l. 1980 M/1400 H)

Website http://www.rantaunet.org
_____________________________________________________
Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: http://rantaunet.org/palanta-setting
____________________________________________________

Kirim email ke