Tolong dibaca aturan di footer dibawah --------------------------------------
Wah, ndak tahunyo, salamo mambaco tulisan nan hebat ko, ati ambo padiah minta pulang ka kampuang, pai jalan jalan model JSers nyo Angku Bondan Rajo Makan ;-). Salut ka liau ko. Ruponyo, masyarakaik di kampuang lai "melek" wisata ruponyo. Heri Darwin Bahar <[EMAIL PROTECTED]> a écrit : Tolong dibaca aturan di footer dibawah -------------------------------------- Sebuah tulisan yang menarik, Wasalam, Bandaro Kayo -------- Original Message -------- Subject: Tulisan Bondan Winarno ...... makanan enak ! Date: Sun, 10 Dec 2006 12:27:11 +0700 From: JASP To: [EMAIL PROTECTED] SUARA PEMBARUAN DAILY ------------------------------------------------------------------------ Jalansutra Pulang Basamo Angku Bondan Bondan Winarno Pulang. Pulanglah, Nak. Kapan saja kau rasa sepi. Puisi di atas saya kutip dari buku berjudul Pulang tulisan Happy Salma yang baru saja terbit. Sungguh menyentuh! Tetapi, bukan karena rasa sepi bila saya kemudian melakukan perjalanan ke Padang dan Bukittinggi akhir pekan lalu. Saya sungguh me- rindukan ranah Minang nan elok - tempat saya pernah dibesarkan puluhan tahun yang silam. Perjalanan kali ini "ditemani" 23 warga Jalansutra yang memang ingin jalan-jalan dan makan-makan ke berbagai kota di Sumatera Barat. Dikomandani oleh Andrew Mulianto dan Irvan Kartawiria, serta dibantu oleh Christine Bawole, perjalanan yang memakai "sandi operasi" Pulang Basamo Angku Bondan ini berlangsung selama empat hari. Beberapa "veteran" JS-ers yang pernah mengikuti berbagai wisata kuliner sebelumnya, tampak ikut lagi dalam perjalanan kali ini, seperti: Wibowo serta anaknya Pandito, Lorentia, Sienny yang kali ini malah memboyong ibu dan dua saudaranya, serta Siska yang khusus datang dari Medan untuk bergabung. Keterlambatan penerbangan menuju ke Padang rupanya malah membuat peserta seperti "kesetanan". Maklum, kami baru makan siang menjelang pukul lima sore di Rumah Makan "Pagi Sore" yang legendaris itu. "Pagi Sore" adalah masakan Padang yang khas, karena rumah makan itu sendiri dimiliki oleh seorang warga keturunan Tionghoa yang sudah turun-temurun menjalani usaha ini. (Catatan: "Pagi Sore" Padang tidak ada kaitannya dengan "Pagi Sore" Palembang yang kini sudah buka cabang di Jakarta). Andrew yang jadi jurubayar sontak kaget ketika melihat bon yang menunjukkan bahwa 75 potong ayam goreng telah ludes diganyang oleh 24 orang. "Ini doyan apa lapar?" pikirnya. Ayam kampung goreng "Pagi Sore" memang luar biasa. "Kelihatannya mah polos-polos ajah, tetapi ternyata rasanya betul-betul mantap dan gurih, dengan rasa asin yang seimbang. Saking seudeupnyah, saya sampai membayangkan nonton film di gedung bioskop sambil ngemil ayam goreng ini," kata Irvan. "Pagi Sore" juga terkenal dengan "sambal orang miskin" yang khas. Disebut demikian karena semua bahannya belum masak di pohon. Cabenya masih hijau, tomatnya masih hijau, tekokaknya masih muda, bahkan jengkol yang dipakai pun khusus yang masih kecil-kecil. Semuanya diaduk ke dalam minyak panas tumisan teri. Wuiiih . . . Dalam perjalanan ini, panitia memang ingin membuktikan bahwa not all nasi padang are created equal. "Pagi Sore" dipilih karena dia mewakili gagrak masakan padang yang diolah dengan sentuhan Tionghoa. Sajian "Pagi Sore" sangat mirip dengan rumah makan serupa di Jakarta, bernama "Pondok Jaya". Ada sentuhan ke-Tionghoa-an yang membuat masakan mereka bernuansa lain. Secara visual saja sudah tampak bedanya, yaitu memakai sendok bebek untuk mengambil lauk. Malam pertama di Padang dilewatkan dengan makan malam di RM "Tanpa Nama" dan "Martabak Kubang Hayuda". Yang disebut terakhir membuat mata kami semua terbelalak. Begitu banyaknya pesanan martabak telur, sehingga sekaligus menggoreng belasan martabak di wajan datar yang super besar. Martabak gurih berkulit renyah ini didampingi teh talua alias teh telur. Teh telur di "Martabak Kubang Hayuda" agak berbeda dengan yang disajikan secara tradisional. Di MBK, telur ayam kampung dikocok dengan blender sampai mengembang. Dengan cara ini, ketika dituang teh panas, semua partikel telur yang sudah mengembang itu terpapar dengan air mendidih yang membuatnya matang. Untuk menyingkirkan aroma amis, disediakan juga seiris limau atau jeruk nipis. Di warung-warung tradisional, teh telur disajikan dengan cara yang lebih garang - mirip Uji Nyali. Telurnya cuma dikocok sebentar dengan sendok, lalu dituangi teh panas. Ketika disajikan, bentuk dan bau telurnya masih teramat jelas, sehingga yang tidak terbiasa makan telur mentah pasti akan berpikir tujuh kali sebelum menyeruputnya. Keesokan paginya, kami memilih untuk tidak sarapan di hotel, melainkan pergi ke kedai kopi di Jalan Niaga. Di kawasan Pecinan ini suasananya memang mirip Glodok di awal abad ke-20. Kedai kopi yang menjadi sasaran adalah "Nanyo". Tetapi, apo dayo, ternyata kedai itu tutup berhubung renovasi. Kami harus puas dengan the second best yang ada di ruas jalan itu. Jangan buruk sangka! Sekalipun di kawasan Pecinan, tetapi pengunjung kedai-kedai kopi di sini kebanyakan memang warga pribumi. Kopi hitam manis di sini juga disebut sebagai "kopi o" - seperti tradisi di Malaysia. Kebanyakan penduduk asli lebih suka minum kopi susu. Maklum, di masa lalu kopi susu adalah satu kemewahan di negeri ini. Selain cakwe, bubur kacang, dan berbagai minuman lain, setiap kedai kopi juga berkolaborasi dengan berbagai penjual makanan yang mangkal di depan. Ada penjual pical (pecel), mi rebus, kwetiau goreng, dan ketupat sayur. Sayangnya, saya tidak menemukan penjual ketan - menu sarapan khas yang saya ingat di masa kecil. Dulu, ketan kukus bertabur parutan kelapa dibungkus daun merupakan sarapan yang paling populer. Lauknya adalah pisang goreng tepung atau talas goreng tepung. Mantap! Setelah sarapan, kami meneruskan perjalanan dengan bus wisata menuju Danau Maninjau. Melintasi Teluk Bayur yang indah sambil mendendangkan lagu Teluk Bayur yang dulu dipopulerkan oleh Ernie Djohan, kami terus melaju ke Nagari Kinari, sebuah desa kecil di dekat Padangpanjang. Kunjungan ke Kinari (artinya: kini hari, sekarang) ini sungguh merupakan salah satu "puncak atraksi" dalam perjalanan kami. Kinari adalah sebuah desa yang mungkin berpopulasi rumah gadang paling banyak di ranah Minang. Rumah-rumah tradisional nan bagonjong itu semuanya tampak terawat rapi. Kami disambut oleh warga kampung untuk naik ke salah satu rumah, dan makan siang bersama. Asli home cooking yang dimasak oleh ibu-ibu kampung. Menunya: rendang, ikan asam padeh, biliah (ikan bilis) goreng, ayam goreng, pical, dan lain-lain. Bilis adalah ikan kecil-kecil yang endemik di Danau Singkarak, tak jauh dari Kinari. Di Danau Maninjau juga ada ikan bilis, tetapi sedikit berbeda dari yang di Singkarak. Di Danau Maninjau ada ikan kecil halus yang disebut rinuak, mirip dengan ikan nike di Danau Tondano, Sulawesi Utara. Ikan asam padeh-nya sangat segar, dengan "tendangan" yang sedikit mirip dengan kuah sarden dalam kaleng. Tetapi, hidangan yang unik siang itu adalah justru dessert yang berupa pisang pangek, dimakan dengan ketan kukus. Pisang kepok dimasak dengan bumbu pangek yang mem- buatnya sangat gurih. Saya malah menyantapnya sebagai appetizer, agar lidah belum tercemar dengan pedasnya sambal dan gurihnya rendang. Sebelum makan siang, beberapa di antara kami sempat melaksanakan ibadah shalat Jumat di masjid kampung bersama warga. Setelah makan siang, kami disambut dengan upacara adat. Kami berbaris menuju tanah lapang, diiringi alunan musik talempong yang dimainkan empat orang warga. Di depan kami, rombongan warga kampung mengarak seorang anak daro (pengantin putri) yang membawa carano berisi sirih pinang bagi kami. Setelah berbalas pantun, sebagai Kepala Suku saya wajib menerima sirih pinang yang disajikan. Ah, seumur hidup baru sekali itu saya mengunyah sirih pinang. Untung saja yang menawarkan gadis cantik, sehingga saya berhasil lulus ujian Fear Factor itu. Di bawah terpal yang digelar, kami duduk menyaksikan berbagai atraksi yang dipersembahkan warga Nagari Kinari. Ada silat, ada tari piring. Semuanya tersaji alamiah dengan setting yang alamiah pula. Ah, bukan saja saya dipersandingkan dengan seorang anak daro di Kinari, para peserta muhibah ini juga memberi gelar kehormatan kepada saya. Tentu saja tidak sah, karena kami tidak sempat menyembelih sapi. Mau tahu apa gelar baru yang diberikan warga Jalansutra kepada Kepala Suku mereka? Angku Bondan Rajo Makan bagala Datuak Nan Tau Raso (Tuanku Bondan Si Raja Makan bergelar Datuk yang Paham Selera). Onde mande, ado-ado sajo! * ------------------------------------------------------------------------ Last modified: 8/12/06 -------------------------------------------------------------- Website: http://www.rantaunet.org ========================================================= * Berhenti (unsubscribe), berhenti sementara (nomail) dan konfigurasi keanggotaan, silahkan ke: http://rantaunet.org/palanta-setting * Posting dan membaca email lewat web di http://groups.yahoo.com/group/RantauNet/messages dengan tetap harus terdaftar di sini. -------------------------------------------------------------- UNTUK SELALU DIPERHATIKAN: - Hapus footer dan bagian yang tidak perlu, jika melakukan reply. - Posting email, DITOLAK atau DIMODERASI oleh system, jika: 1. Email ukuran besar dari >100KB. 2. Email dengan attachment. 3. Email dikirim untuk banyak penerima. ================================================ --------------------------------- Yahoo! Mail réinvente le mail ! Découvrez le nouveau Yahoo! Mail et son interface révolutionnaire. -------------------------------------------------------------- Website: http://www.rantaunet.org ========================================================= * Berhenti (unsubscribe), berhenti sementara (nomail) dan konfigurasi keanggotaan, silahkan ke: http://rantaunet.org/palanta-setting * Posting dan membaca email lewat web di http://groups.yahoo.com/group/RantauNet/messages dengan tetap harus terdaftar di sini. -------------------------------------------------------------- UNTUK SELALU DIPERHATIKAN: - Hapus footer dan bagian yang tidak perlu, jika melakukan reply. - Posting email, DITOLAK atau DIMODERASI oleh system, jika: 1. Email ukuran besar dari >100KB. 2. Email dengan attachment. 3. Email dikirim untuk banyak penerima. ================================================