Tolong dibaca aturan pada footer dibawah
----------------------------------------



Kamis pagi, langit Makkah bergemuruh. Selepas shalat Subuh, kami 
menyaksikan gelombang jamaah menuju Mina. Pergerakannya seperti arus 
sungai yang tak terbendung. Kami yang menyaksikan terbawa haru.
 
Mereka berbeda ras, bangsa, warna kulit, dan bahasa. Hitam, putih, 
coklat dan kuning kulit mereka. Pakaiannya sama, putih. Juga 
teriakannya. Labbaaik Allaahumma Labbaik. Kami sambut panggilan-Mu ya 
Allah. Suara mereka terdengar amat lantang, menembus langit. Dari Wisma 
Haji di Aziziyah, kami hanya bisa terpaku. Jalan di depan Wisma Haji 
adalah jalan yang menghubungkan Makkah dan Mina. Jalan khusus pejalan 
kaki itu seperti sungai dengan air bah.
 
Demikian berita Republika, Jumat, 29 Desember 2006, seperti dilaporkan 
wartawannya langsung dari kota suci Makkah pada hari Tarwiyah, yaitu 
pada saat seluruh jemaah haji dari berbagai penjuru dunia sudah 
terkosentrasi di Makkah Al-Muqarramah dan mulai bergerak ke Arafah yang 
terletak 25 km di sebelah Timur kota suci tersebut, sebuah lembah seluas 
1.500 m2 yang dikellingi oleh ngarai dan bukit berbatu yang membentuk 
busur di bagian Timurnya, guna melaksanakan Wukuf pada keesokan harinya.
 
Gelombang jemaah tersebut seluruhnya mengenakan pakaiaan 
ihram---disunahkan berwarna putih---yang bagi jemaah laki-laki terdiri 
dari dua potong kain tanpa jahitan yang satu dijadikan sarung, yang lain 
dijadikan selendang untuk menutupi bagian atas badan, tanpa lapisan 
apapun di dalamnya, sementara bagi jemaah  perempuan berupa busana 
muslim biasa dengan wajah dan telapak tangan yang harus  (wajib] terlihat.
 
Di antara jemaah tersebut, yaitu yang memilih haji ifrad dan haji qiran 
[1] sudah mengenakan pakaian ihram sejak mereka memasuki kota suci 
Makkah di miqat-miqat yang ditetapkan syariah. Sedangkan yang memilih 
haji tamattu sudah bertahallul, melepasnya setelah selesai melaksanakan 
umrah pada hari pertama mereka tiba, dan hari itu mengenakannya kembali 
setelah melafzkan niat haji.
 
Sebagian jemaah ada yang memilih bermabit (bermalam) di Mina yang  
terletak di daerah berbukit-bukit di sebelah timur Makkah antara kota 
suci tersebut dengan Muzdalifah pada jalan menuju Arafah, dan sehabis 
subuh baru bergerak menuju Arafah.
 
Jemaah haji Muasaah Asia Tenggara, termasuk Indonesia [2] seperti 
kafilah kami ketika saya dan isteri melaksanakan ibadah haji dalam tahun 
2003, langsung dan bermabit di Arafah, berangkat dengan bus sehabis Isya 
melalui jalan by pass khusus yang ketika itu baru selesai dibangan 
Pemerintah Kerajaan Saudi Arabia (KSA).
 
Para jemaah yang datang lebih awal, lazimnya mengunjungi kota suci 
Madinah terlebih dahulu guna berziarah dan melakukan arbain---salat 
wajib 40 waktu berturut turut serta berziarah ke makam Nabi Muhammad 
s.a.w---di Masjid Nabawi di Madinah al Munawarah, kegiatan yang 
sebenarnya bukan rukun atau wajib haji, tetapi sangat jarang dilewatkan 
oleh para jemaah haji, Sedangkan yang datang lebih belakangan  
melakukannya setelah melaksanakan seluruh amalan haji di kota suci 
Makkah dan sekitarnya.
 
Sebelum lohor seluruh jemaah sudah berkumpul di Padang Arafah guna 
melaksanakan wukuf pada saat matahari mulai tergelincir ke Barat.
 
“Al-hajju Arafah” (puncak peribadatan Haji itu di Arafah) sabda 
Rasulullah SAW yang sangat masyhur.
 
Dalam Catatan Perjalanan saya, saya menulis:
 
“Arafah di saat-saat berwukuf adalah salah satu tempat, di mana Allah 
Yang Maha Pengasih, Penyayang dan Pengampun, membuka hijab,  tempat di 
mana do’a lebih diijabah, munajah lebih didengar dan pengampunan lebih 
disegerakan. Arafah adalah saat-saat yang paling ditunggu oleh para 
hamba yang datang dari tempat yang jauh, ikhlas karena Allah semata,  
dan melafazkan talbiyah, tidak jarang sembari bercucuran air mata: 
“Labbaykallah humma labbayk, labbaykala syarikalaka labbayk. Innal 
hamda, wani’mata, laka walmulk. Lasyarikalak (Aku datang Ya Allah, 
memenuhi panggilan-Mu.  Aku datang Ya Allah, tiada yang setara 
dengan-Mu. Segala puji dan nikmat hanyalah milik-Mu, segala kekuasaan 
jua milik-Mu. Tiada yang setara dengan-Mu).”
 
Dari saat menjelang magrib sampai larut malam, para jemaah mulai secara 
bergelombang bergerak untuk mabit di padang terbuka di Muzdalifah, 
sebuah pengalaman yang bagi saya terasa sangat eksotik, walaupun ketika 
saya menjalaninya dalam keadaan sakit. Di tempat ini pula jemaah 
mengumpulkan kerikil untuk melakukan pelemparan jamarat keesokan harinya 
di Mina.
 
Bakda Subuh sebagian besar jemaah meneruskan perjalanan mereka ke Mina 
untuk melakukan pelemparan jamarat, amalan haji yang bukan merupakan 
rukun, tetapi hanya wajib haji, tetapi yang paling sering menimbulkan 
korban jiwa apabila dilaksankan dengan kurang berdisiplin [2].
 
Yang memilih nafar awal akan berada dan melakukan pelemparan jamarat di 
Mina selama dua hari berturut-turut, sementara yang memilih nafar akhir 
selama tiga hari Sehabis melakukan pelemparan hari pertama mereka sudah 
boleh melepas pakaian ihram dan menggantinya dengan pakaiaan biasa. 
Setelah selesai melempar jamarat jemaah kembali ke kota suci Makkah guna 
melakukan rukun haji yang terakhir: Tawaf Ifadah. Sebagian kecil jemaah 
ada yang meneruskannya ke Makkah guna  melaksanakan salat Idul Adha di 
Masjidil Haram, melakukan Tawaf Ifadah, melepas pakaian ihram, dan 
setelah itu kembali ke Mina untuk melempar jamarat. Pada hari itu pula 
disunahkan bagi para jemaah untuk melakukan pemotongan hewan kurban yang 
dagingnya dibagikan kepada para mustahik, yang pada waktu ini umumnya 
berada di luar Saudi Arabia dan didistribuskan kepada mereka setelah 
daging-daging kurban tersebut dikalengkan.
 
Besok atau lusanya, jemaah haji yang datang paling awal, akan melakukan 
Tawaf Wada, atau tawaf perpisahan, tawaf yang paling basah dengan air 
mata, untuk kemudian kembali ke tanah airnya masing-masing, yang diikuti 
secara bertahap oleh kelompok yang datang di waktu-waktu awal lainnya. 
Sementara yang datang lebih belakangan,  secara bergelombang berangkat 
untuk berziarah ke Madinah, dan dari sana kembali ke tanah airnya 
masing-masing tanpa mampir lagi ke kota suci Makkah, termasuk mereka 
yang kembali dengan menggunakan pesawat terbang melalui Bandara King 
Abdul Azis, Jeddah.
 
“Ketika pintu pesawat dibuka dan penumpang sudah diperbolehkan 
meninggalkan pesawat, perasaan aneh kembali merasuki perasaan saya, 
seakan-akan saya baru kembali dari sebuah tempat yang tidak ada di dalam 
peta,” tulis saya pada salah satu alinea pada bagian akhir catatan 
perjalanan saya.
 
(bersambung)
 
Wassalam, Bandaro Kayo


[1] Haji Qiran dan Haji Tamattu, adalah tatacara di mana pelaksanaan 
haji dan umrah dilakukan pada satu musim. Pada haji Qiran niat haji dan 
umrah dan ihramnya dijadikan satu sedangkan pada haji tamattu niat haji 
dan umrah dan ihramnya dipisah.
 
[2] Rukun haji   adalah amalan yang harus dilakukan sendiri oleh para 
jemaah, yang kalau tidak dilakukan dengan tertib dan sesuai dengan 
syariat, hajinya tidak sah dan harus diulangi, sedangkan wajib haji  
merupakan amalan fardu haji yang jika ditinggalkan tidak membatalkan 
ibadah haji, hanya saja ia berdosa. dan harus membayar dam atau denda 
utamanya dengan menyembelih hewan kurban yang dagingnya harus diberikan 
kepada fakir miskin.
 
[3] Muasasah merupakan lembaga swasta setempat yang melakukan koordinasi 
terhadap Maktab-Maktab yang dilompokkan berdasarkan negara. Maktab yang 
secara harafiah berarti “kantor”, sebelumnya dikenal sebagai 
“Sech”---dalam pengertian jemaah dirancukan sebagai tempat 
pemondokan---adalah “kantor” yang mengatur  kegiatan jemaah selama di 
Makkah seperti pembagian kapling di Arafah, Muzdalifah dan Mina, 
termasuk makan dan minumnya. Satu maktab mengurus 5 sampai 7 kloter atau 
2.000 – 3.000 jemaah. Indonesia termasuk Muasasah Asia Tenggara.



Sukseskan Pulang Basamo Urang Awak se dunia, Juni 2008.
-----------------------------------------------------------------
Website: http://www.rantaunet.org
============================================================
UNTUK SELALU DIPERHATIKAN:
- Hapus footer dan bagian yang tidak perlu, jika melakukan reply.
- Posting email, DITOLAK atau DIMODERASI oleh system, jika:
1. Email ukuran besar dari >100KB.
2. Email dengan attachment.
3. Email dikirim untuk banyak penerima.
--------------------------------------------------------------
* Berhenti (unsubscribe), berhenti sementara (nomail) dan konfigurasi 
keanggotaan, silahkan ke: http://rantaunet.org/palanta-setting
* Membaca dan Posting email lewat web, bisa melalui mirror mailing list di:
http://groups.yahoo.com/group/RantauNet/messages
http://groups.google.com/group/RantauNet?gvc=2
dengan mendaftarkan juga email anda disini dan kedua mirror diatas.
============================================================

Kirim email ke