-------------------------------------------------------------
Do'a Bersama untuk Keselamatan Negeri, di Masjid istiglal pada hari Minggu 8 
April 2007. RI 1 akan memimpin istigfar nasional. Marilah diikuti beramairamai.
-------------------------------------------------------------



Oleh : Ahmad Syafii Maarif

Republika, Selasa, 20 Maret 2007

http://www.republika.co.id/kolom_detail.asp?id=286794&kat_id=19

Seorang jenderal polisi (Katolik) mengatakan via telepon kepada saya 
pada 16 Februari 2007 bahwa, “Segala bentuk terorisme yang ada sekarang 
ini, penyebabnya adalah Amerika.” Tentu tidak seluruhnya benar 
pernyataan ini, karena teror yang merenggut nyawa Indira Gandhi dan 
anaknya, Rajeef, misalnya, tak ada hubungannya dengan Amerika.

Tetapi, teror yang marak belakangan ini di kalangan kelompok kecil 
Muslim garis keras di berbagai bagian dunia, memang tidak dapat 
dilepaskan dari politik luar negeri Amerika yang imperialistik, seperti 
sudah lebih dari sekali saya tulis di Republika.

Sejak Tragedi 11 September 2001, gelombang Islamofobia (takut dan benci 
Islam), di belahan dunia Barat khususnya, seperti tidak bisa dibendung. 
“Either with us, or, against us” adalah bentuk kemarahan dan arogansi 
Bush dalam menjawab tragedi di atas yang didalangi oleh Muslim garis 
keras yang dulu pernah menjadi sahabat Amerika di era Perang Dingin.

Rabbi Abraham Cooper yang mengunjungi saya di Apartemen Rasuna, Selasa 
malam 12 Maret 2007, mengatakan bahwa “Amerika harus membayar bill 
(ongkos) untuk menghadapi terorisme global. Bukankah dulu CIA yang 
membantu Taliban di Afghanistan untuk melawan Uni Soviet?”

Sekarang Amerika juga kewalahan berurusan dengan pasukan Taliban yang 
menggunakan siasat perang gerilya untuk melawan musuh. Bahwa, Taliban 
ingin membentuk rezim teokratik primitif di sana, tidak akan saya 
komentari di sini. Yang jelas pasukan berjubah ini masih mendapat 
dukungan justru karena hadirnya pasukan asing di Afghanistan yang 
dinilai rakyat sebagai penjajah. Dapat dipastikan bahwa Amerika dan 
sekutunya tidak akan pernah menang baik di Afghanistan maupun di Irak.

Opini publik dan nurani dunia semakin tidak berpihak kepada segala 
bentuk intervensi asing terhadap sebuah negara berdaulat. Tetapi, dasar 
keras kepala yang amoral, Amerika tidak pernah belajar dari kegagalan 
imperialistiknya di Vietnam tahun 1954 sampai dengan 1975.

Tuduhan teror terhadap umat Islam telah semakin menyuburkan sikap 
Islamofobia di dunia Barat khususnya, sekalipun ada saja penulis Barat 
yang agak paham Islam telah membantahnya dengan fakta historis. Karen 
Armstrong (penulis perempuan Inggris) dan John Esposito dari Amerika 
adalah di antara penulis Barat yang menangkis tuduhan semena-mena yang 
menyamakan Islam dengan terorisme.

Tetapi, mencitrakan Islam sebagai agama teror tetap saja dilakukan oleh 
pendukung gagasan Islamofobia, sekalipun perkembangan Islam di Barat 
sebagai agama perdamaian seperti tidak bisa dibendung pula. Inilah di 
antara paradoks dunia modern yang sedang mencari alternatif format 
peradaban yang lebih adil dan ramah.

Pencarian peradaban alternatif ini memang masih diganggu oleh praktik 
bom bunuh diri yang sangat menakutkan pihak Barat dan merusak citra 
Islam di depan publik, sekalipun perbuatan nekat itu dilakukan oleh rasa 
frustrasi dan terhina yang sangat dalam. Ada teori yang mengatakan bahwa 
penyebab utama dari frustrasi ini adalah karena kegagalan umat Islam 
berurusan dengan gelombang modernitas sekuler-ateistik yang memang 
sangat menyakitkan.

Pertanyaannya adalah: Apakah dengan budaya bom bunuh diri, posisi umat 
Islam akan terangkat dari buritan peradaban? Akal sehat tentu mengatakan 
bahwa cara-cara kekerasan untuk mencapai tujuan hanyalah akan menuai 
reaksi antipati, bukan simpati. Padahal, Islam ingin menciptakan sebuah 
dunia yang adil, ramah, beradab, dan toleran. Islam dengan wajah kejam 
dan bengis bukanlah Islam yang ada dalam hati dan otak nabi akhir zaman, 
Muhammad SAW.

Bahwa Islamofobia menyakitkan hati umat Islam adalah suatu yang wajar 
dan masuk akal. Tetapi, menjawabnya dengan cara-cara reaktif yang 
emosional tak terkendali hanyalah akan semakin menjauhkan kita dari 
cita-cita “kemanusiaan yang adil dan beradab.

“ Oleh sebab itu, untuk membendung gelombang Islamofobia yang masih 
gentayangan di muka bumi, umat Islam menurut hemat saya jangan sampai 
melupakan prinsip ini: “Dan tidaklah Kami mengutus engkau [Muhammad], 
kecuali sebagai rahmat bagi alam semesta.” (Lihat QS Sl-Anbiya: 107). 
Dalam ungkapan lain, betapapun perih dan parahnya beban sejarah yang 
menghimpit umat Islam, diktum Alquran ini jangan sampai dibenamkan ke 
dalam debu sejarah.


============================================================
Sukseskan Pulang Basamo se Dunia, Juni 2008.
------------------------------------------------------------
Website: http://www.rantaunet.org
============================================================
UNTUK SELALU DIPERHATIKAN:
- Hapus footer dan bagian yang tidak perlu, jika melakukan reply.
- Email dengan attachment tidak dianjurkan, sebaiknya melalui jalur pribadi.
- Posting email, DITOLAK atau DIMODERASI oleh system, jika:
1. Email ukuran besar dari >300KB.
2. Email dikirim untuk banyak penerima.
--------------------------------------------------------------
* Berhenti (unsubscribe), berhenti sementara (nomail) dan konfigurasi 
keanggotaan, silahkan ke: http://rantaunet.org/palanta-config
* Membaca dan Posting email lewat web, bisa melalui mirror mailing list di:
http://groups.yahoo.com/group/RantauNet/messages
http://groups.google.com/group/RantauNet?gvc=2
dengan mendaftarkan juga email anda disini dan kedua mirror diatas.
============================================================

Kirim email ke