Sekedar menambahkan saja,

Gunung Toba meletus dahsyat bukan pada 3 ribu tahun silam, melainkan pada 74 
ribu tahun silam sehingga membentuk tiga perempat daripada luasan Danau Toba 
sekarang. Kajian tentang asal usul Danau Toba sebagai akibat dari letusan 
dahsyat sebuah gunung berapi diawali oleh geolog legendaris zaman Hindia 
Belanda, RH van Bemmelen, yang mencurigai kelimpahan deposit batuan beku yang 
sangat kaya dengan silikat (alias sangat asam) yang dikenal sebagai ignimbrit 
dan merupakan penanda telah terjadinya letusan dahsyat di masa silam. Kajian 
ini dimuat Bemmelen di opus magnumnya, The Geology of Indonesia, yang 
diterbitkan di Den Haag pada 1949.

Letusan Gunung Toba 74 ribu tahun silam menyemburkan sedikitnya 2.400 km kubik 
material vulkanik setara batuan padat (DRE : dense rock equivalent), dengan 
massa 7,2 trilyun ton (jika digunakan densitas DRE sebesar 3 ton per meter 
kubik). Jika diambil asumsi suhu material vulkanik tersebut (yang adalah debu 
dan batu-batuan, tanpa melibatkan magma) sebesar 1.000 derajat Celcius, maka 
energi yang dilepaskan Toba mencapai 480 ribu megaton TNT. Energi letusan ini 
demikian besar sehingga hampir seluruh tubuh gunung terpenggal dan 
dihancurleburkan sebelum kemudian dilemparkan secara massif ke atmosfer dan 
hanya menyisakan kaldera raksasa di lokasi tempat semula Gunung Toba berdiri. 

Energi letusan ini jauh lebih tinggi dibanding ambang batas seribu megaton TNT, 
yakni ambang batas energi yang diperlukan untuk menghasilkan dampak lingkungan 
secara global di permukaan Bumi. Sehingga letusan Toba dipastikan menciptakan 
dampak global dalam wujud penurunan suhu ekstrim akibat dispersi debu-debu 
vulkanik di lapisan stratosfer Bumi sehingga menghalangi pancaran cahaya 
Matahari yang jatuh ke permukaan Bumi. Jika dianggap debu-debu tersebut 
terdispersi secara homogen di atmosfer dan bertahan hingga 10 tahun sebelum 
terdeposisi kembali, maka selama 10 tahun itu intensitas sinar Matahari yang 
tiba di permukaan Bumi hanya 1 % dari intensitas yang seharusnya. Implikasinya 
terjadi penurunan suhu dalam rentang 5 - 15 derajat Celcius yang menggiring 
Bumi ke salah satu episode zaman es kecil. Akibat zaman es ini, terjadi 
bottlenecking pada populasi makhluk hidup di Bumi sehingga terjadi pemusnahan 
dalam skala besar. Populasi homo sapiens awal
 misalnya, tumpas hingga 90 %.

Letusan Toba 74 ribu tahun silam merupakan contoh aktual dari letusan 
supervulkan, istilah trivial untuk letusan-letusan dengan skala VEI 8 yang 
secara statistik terjadi setiap 50 ribu tahun sekali di Bumi. Pasca letusan 
Toba, letusan supervulkan terakhir terjadi di Taupo, Selandia Baru, pada 26,5 
ribu tahun silam. 

Dolok Pusuk Buhit muncul jauh hari setelah letusan dahsyat Toba. Kerucut 
vulkanis ini terbentuk sebagai bagian dari proses erupsi efusif (leleran) yang 
mencoba membangun kembali Toba pasca erupsi eksplosif yang menghancurkan hampir 
seluruh tubuh gunung utama. Dari sisi ini, logis saja masyarakat Batak 
menempatkan Pusuk Buhit sebagai lokasi yangs angat penting, yang dalam pendapat 
saya, sebagai bagian dari loci genius (kearifan lokal) masyarakat Batak untuk 
menghormati gunung dan sekaligus sebagai rekam jejak tak tertulis akan kenangan 
letusan dahsyat tersebut di masa silam.

Pusuk Buhit, meski tergolong aktif, tak memiliki catatan letusan yang menonjol. 
Aktivitas Toba pasca letusan 74 ribu tahun silam nampaknya lebih difokuskan 
pada aktivitas bradyseismic. Ini ciri khas aktivitas di kaldera dimana terjadi 
pengisian kembali dan konsolidasi dapur magma (refiling), yang salah satunya 
ditandai dengan terangkatnya Pulau Samosir di tengah2 Danau Toba secara 
perlahan-lahan hingga mencapai ketinggian 400 meter dari semula. Namun 
aktivitas Bradyseismic bukanlah penanda bahwa Gunung Toba hendak kembali 
meletus apalagi secara dahsyat. Kajian empirik menunjukkan aktivitas 
bradyseismic bisa berlangsung selama beribu-ribu tahun tanpa henti namun tidak 
diakhiri dengan letusan. Sebagai contoh, aktivitas kaldera Campania yang berada 
di bawah kota Pozzolana (Puteoli) di Italia, telah berlangsung sejak masa 
Romawi, yang membuat kota ini mengalami proses kenaikan dan penurunan secara 
berganti-ganti dan pada satu masa pernah kota ini berada
 lebih redah dari permukaan laut, meski kini telah kembali muncul di atas 
permukaan laut. Namun Campania tak menunjukkan tanda-tanda akan meletus.

Salam,


Ma'rufin



________________________________
From: Dharma Hutauruk <dharma.hutau...@gmail.com>
To: kota-bo...@yahoogroups.com; forum-pembaca-kom...@yahoogroups.com; 
klubguruindone...@yahoogroups.com; ratman_w...@yahoo.com
Cc: menulis_bo...@yahoogroups.com; komunitascoretan 
<komunitascore...@yahoogroups.com>; damas_bo...@yahoogroups.com; Majalah 
Balebat <majalah.bale...@gmail.com>
Sent: Wed, January 13, 2010 8:55:20 AM
Subject: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Re: 126 Tahun Terkubur,  Dokumen Letusan 
Krakatau Diterbitkan

  
Sambil makan siang di kantor dan menyaksikan siaran CNN yang
menginformasikan Bencana Alam di beberapa negara, kami juga berdiskusi
tentang Gempa Bumi di Negeri kita, termasuk "Menjadi pilihan Rakyat tapi
ditolak oleh Bumi"nya Nusantara Center.
Kebetulan, beberapa orang dari kami adalah dari "hitaan" alias Mbatak tulen
dan sampailah topiknya kepada asal mula Danau Toba.
Menjadi menarik, karena dalam kepercayaan mula-mula, orang Batak hakul yakin
bahwa mereka (Raja Batak)  adalah titisan atau ciptaan langsung Mulajadi Na
Bolon (Allah Maha Besar). Dan Taman edennya adalah Dolok Pusuk Buhit (Gunung
Pusuk Buhit yang terletak di sisi Danau Toba dan memiliki panorama yang
sangat indah)
Padahal menurut ceritera Pak Dominggus, teman saya dari Bajawa-Flores, Danau
Toba terbentuk akibat Letusan Gunung Toba yang maha dahsyat 3.000 tahun
lalu, yang puluhan kali lebih hebat dari Letusan Krakatau maupun Rinjani.
Ketika saya bersekolah di kampung (Toba), tidak sekalipun mendapat
penjelasan dari Guru atau Orangtua tentang Letusan Gunung Toba tersebut.
Apakah supaya tetap mempercayai cerita "Asal mula orang batak" atau ada
sebab lain????
Kalau informasi letusan Gunung Krakatau maupun Rinjani menjadi pelajaran
tetap bahkan diajarkan sejak kelas 4 SD.
Sangat bagus kalau ada forum diskusi khusus tentang Bencana-bencana ini.

Salam

Dharma

2010/1/13 Sjamsuddin Odex <sja...@gmail. com>

> FYI dan silahkan kalau ada yang mau mengurangi or menambah informasinya. ..
> Salam,
>
> ---------- Forwarded message ----------
> From: Sjamsuddin Odex <sja...@gmail. com>
> Date: 2010/1/13
> Subject: Re: [HISTORIA-INDONESIA ] Re: 126 Tahun Terkubur, Dokumen Letusan
> Krakatau Diterbitkan
> To: komunitashistoria@ yahoogroups. com
>
>
> Terimakasih atas tambahan informasi/komentarn ya Pak Donny....
>
> Tanpa mengecilkan arti bencana di tempat lain, saya pikir setelah membaca
> buku lama itu (lupa judul) dan juga catatan/sumber internet yg ada dijaman
> kini......letusan Krakatau *melebihi tsunami Aceh lebih pada "fenomena alam
> luar biasa, penyerta yang mengikutinya" *, seperti misalnya :
>
> -- gelombang air yang setinggi 40 meter mengancurkan desa desa pesisir ...
> -- limpahan gelombang air bah / tsunami yang mencapai 15 km ke pedalaman
> sebagian daratan Banten
> -- kurang lebih 290 an desa sepanjang pantai Barat Banten serta Sumatera
> Selatan hancur
> -- koban manusia dikisaran 36 ribuan,,,
> -- tsunami yang terjadi bukan hanya akibat letusan saja tetapi juga karena
> adanya longsoran bawah laut
> -- rambatan gelombang tsunami konon merambat sampai Semenanjung Arab,
> berjarak kurang lebih 7000 km
>
> -- Letusan terjadi pada 27 Agustus 1883, semburan debu vulkanik mencapai 80
> km.
> -- Esok hari serta beberapa hari kemudian...langit gelap menutupi langit
> Sumatera Selatan dan Jawa Barat bagian barat. Beberapa hari penduduk
> Jakarta
> tidak bisa melihat matahari.
> -- Suara Letusan Krakatau sampai terdengar ribuan km (Alice Spring
> Australia, dan P. Rodrigues di Afrika)
> -- Pecahan batu batuan, benda keras, dan abu vulkanik dgn volume 18 km
> kubik
> terlempar dan jatuh di daratan Jawa & Sumatera bahkan ada yang lebih jauh,
> sampai ke Srilanka - India - Pakistan - Australia - dan Selandia Baru...
>
> Barangkali rangkaian kejadian ini dapat memberi bayangan besarnya bencana,
> dan suasana luar biasa yang ada terkait dengan letusan Krakatau itu.
> Kurang dan lebihnya monggo kalau ada yang berkenan menambahkan. ...
>
> Salam,

 


      

Kirim email ke