Assalamu'alaikum wr. wb.,
Salam kenal dari saya, anggota yang baru beberapa hari 
terdaftar,semoga para "senior" berkenan menerima, membimbing, dan 
menularkan ilmu serta pengetahuannya.

Pagi ini saya sarapan tiwul, makanan pemberian teman, yang 
mendapatkannya jauh lebih susah dari pada sekerat keju di alam kami.
Siang ini tak dinyana, khotbah jum'at justru diisi oleh khotib 
dadakan, yang justru seorang menteri baru hasil pergeseran. Mana yang 
tiwul mana yang keju ..? anda sendiri yang (cari) tahu..

Teman bilang ada SK yang diskriminatif. Saya kira, penerbit sk ingin 
bersikap akomodatif menaggapi permintaan personel dari unit lain. Unit 
lain bisa jadi beranggapan bahwa personel" yang diminta adalah keju. 
Kekurangannya, kita belum mempunyai "peta" SDM yang jelas, belum bisa 
menentukan secara tepat dimana kita bisa menyajikan keju dan dimana 
kita bisa menyajikan tiwul. Dengan waktu yang mendesak, saya kira nama 
yang di SK itulah yang muncul, penerbit sk percaya bahwa yang diminta 
bener" keju. Apalagi data base kepegawaian kita masih memerlukan 
pembenahan.. Tiwul atau keju, anda sendiri yang (cari) tahu..

MPN.. Saya kira kurang bijaksana apabila seorang sekretaris dikatakan 
berniat menghalangi berjalannya MPN di negeri ini.. Mungkin bisa kita 
tengok lebih dalam, siapa" yang berperan dalam proses pencairan dana 
kegiatan MPN? MPN muncul sekonyong" dalam alam kita. Dalam anggaran 
yang berbasis kinerja, saya kira kemunculanyya patut dipertanyakan.. 
apa karena penyerapan dana di unit yang mengelolanya terlalu rendah, 
sehinga diambil jalan untuk melahirkannya..?? Apakah karena unit 
pengelolanya belum dikenal, sehingga perlu ada upaya penampakan? Atau, 
memang sudah saatnya keju muncul menggantikan tiwul dalam mengelola 
penerimaan keuangan negara? Rasa Tiwul atau keju, anda sendiri yang 
(cari) tahu..

salam hormat..




Kirim email ke