Bang Indi,

Memang betul bhw. tujuan tidak digambarkan Rasulullah dalam betuk visual
adalah supaya tidak ada usaha penyekutuan Beliau dg karakter fisik bangsa
tertentu.
Saya berpandangan sama dalam hal ini.

Tapi ini bukan hanya masalah itu saja. Ini adalah masalah krn akibat dari
kurang informasi, kurang mawas diri, kurang 'considerate', kurang hati2
dalam bertindak & mungkin bisa dianggap kurang menghormati. Jadi kasus ini
mirip dengan kasus yg pernah terjadi di Indonesia. Yaitu ada seorang aparat
keamanan yg sedang berdinas, masuk ke sebuah mesjid untuk menegur pengelola
mesjid, tapi dengan masih mengenakan sepatu botnya. Lalu orang2 di mesjid
itu kaget & balik menegur si prajurit untuk copot sepatu dulu krn. dituduh
mengotori mesjid. Buntutnya ngotot-ngototan, malah akhirnya berantem (ini
kalau nggak salah inget lho & harap dikoreksi kalau salah).

Terlepas dari apa agama yg dianut atau profesi orang tsb. (walaupun dia
muslim, prajurit, atau seniman, atau kiai sekalipun) tetap saja ini bisa
dianggap meremehkan. Sebab topik agama adalah topik yg luar biasa
sensitifnya, bisa-bisa malah perang dunia. Saya juga bisa sih, nyuekin aja
sepatu bot dan gambar yg di Lycos itu, dg. alasan gambar itu bukan gambar
Muhammad SAW, atau sepatu bot itu nggak kotor alias masih baru & bersih,
untuk menghindari ngotot2an, perkelahian & sekedar memaafkan & melupakan
begitu saja. Yang telah saya lakukan hanya menegur & menghimbau si webmaster
saja dg. sopan. Sebab, ini adalah tugas kita untuk
menjelaskan/menginformasikan kepada mereka kenapa Islam melarang
penggambaran tsb. Lagipula, saya juga nggak mau marah lalu ngamuk,
menghujat, mengutuk & meng-'hacking' website tsb. Orang berbuat keliru
akibat ketidak-tahuan kok dimarahi atau dipukuli? Kalau nggak tahu, ya nggak
tahu. Makanya, kita sebagai yg tahu sebaiknya memberitahu mereka, biar
kejadian itu tidak terulang lagi, sekaligus menghindari pertikaian dlm skala
kecil.

Saya nggak setuju, kalau "imajinasi" bisa dipakai sebagai legitimasi.
Bagaimana dg. sifat bawaan manusia yg lain, bahwa manusia bersifat rasional?
Masa' diabaikan begitu saja? Terus rasio tidak dipakai untuk menimbang mana
yg baik & buruk, tepat & tidak tepat untuk dikerjakan? Mana yg menyinggung
hati orang lain & mana yg tidak?
Nggak imbang rasanya.

Sebagai contoh, bayangkan kalo diri anda yg jadi "artist" dan anda
menggambarkan Bhatara Indra (dewa agama Hindhu) nggak menunggang sapi suci,
tapi malah makan daging sapi dg. lahapnya. Tanpa berniat menghina, tapi
"just for the sake of fun or humor" misalnya. Apa langsung oke-oke saja?
Atau contoh lain, misalnya ada seseorang di jalanan bilang pada anda "Bapak
lu anak haram!" tanpa maksud buruk, tapi sekedar "for the sake of saying it"
krn. freedom of speech (ma'af, cuma contoh).
Apa orang yg memaki-maki itu nggak bisa dibilang kurang mawas diri & kurang
sensitif terhadap perasaan dan akibat negatif yg dapat muncul krn.
perkataannya?
Jelas nggak kan? Suatu hak nggak sepantasnya dipakai untuk merusak hak orang
lain.
Selama itu tidak dianggap melanggar batas oleh pihak lain, ya nggak apa2.
Tapi kalau dianggap melanggar batas & berpotensi menyebabkan sakit hati, ya
jangan dong!
Misalnya si seniman keep his painting/drawing of such kind to himself, jelas
nggak ada masalah dan nggak akan ada konflik & nggak perlu dibahas.

Repotnya kalo ada orang lain yg percaya pada perkataan si orang pertama
bhw., "Bapake Mas Indi anak haram", bisa-bisa jadi berentet, nyebar kemana2
dan orang seluruh kampung percaya & yakin bahwa berita itu benar. Terus
hansip nangkap & mengurung Eyang anda & karena dituduh nggak punya surat
nikah.

Atau ada orang yg baru jadi penganut agama Islam, masuk ke websitenya Lycos,
lalu lihat gambar kontroversial itu, dan karena tidak tahu bahwa gambar itu
sebenarnya kontroversial & tidak tepat, lalu dia percaya & jatuh cinta pada
gambar itu, dan memakai gambar tsb. untuk dipajang & dipakai untuk berdakwah
kecil2an secara "amatiran" diantara kawan2nya yg beragama lain. Dan
seterusnya, dan seterusnya...
Nah lho, jadi mbulet kan masalahnya?
Makanya lebih baik ini "dicegah & ditangkal" sebelum jadi bola salju yang
gedenya amit2 jabang bayi (minjem istilahnya imigrasi endonesa).

Sekian saja, deh. Mudah2an ente mengerti maksut ane.
Kalau ade sale-sale kate maapin aye, Bang.

permisi,
Yodhi Soemardjan


-------------------------------------------------------------------------
>From: Indi Soemardjan <[EMAIL PROTECTED]>
>To: [EMAIL PROTECTED]
>Subject: Re: [ITB] Gambar Muhammad di Lycos
>Date: Wed, Dec 30, 1998, 10:26 AM
>

>Ramadhan Pohan wrote:
>
>> Saya menyesalkan komentar Anda di atas. Anda mesti sensitif terhadap
>> isu agama
>> dan  sosial. Imajinasi, apa bedanya itu dengan salman Rushdie? Anda
>> boleh
>> menyamakan diri Anda dengan Muhammad SAW, tapi jangan SEKALI-KALI
>> secara
>> serampangan menggunakan istilah "manusia biasa seperti kita semua".
>
>Menurut kaca mata saya, tulisan saya memang betul.Muhammad SAW adalah
>seorang manusia biasa yang dipilih Tuhan untuk menyebarkan agama
>Islam.Dia adalah manusia biasa yang menghirup udara di bumi ini.
>Pekerjaan dia adalah berdagang yang juga merupakan pekerjaan normal
>dalam ekonomi di bumi ini.
>
>Setuju?
>
>Itulah sifat khusus agama Islam yang tidak pernah mendewakan nabinya
>sendiri.
>Dan, tanpa merendahkan agama lain, Islam menjadi lebih manusiawi dalam
>penerapan akhlaknya.
>Sifat manusiawi tsb. betul2 memudahkan proses pengajaran nilai agama.
>
>Setuju?
>
>Apa tambah kecewa?
>
>> Anda menyamakan diri Anda dengan Muhammad, yang Rasulullah. Masya
>> Allah. Anda
>> siapa?
>>
>
>Di dunia filosofis bumi ini, Anda masih juga mengambil kesimpulan
>semudah itu?
>
>Saya manusia biasa berumur 23 tahun yang bernapas udara jenis yang sama
>seperti nabi muhammad dan Ramadhan Pohan.
>Muhammad itu sama juga seperti Anda dan saya dalam beberapa hal. Dia
>mempunyai rasa takut seperti Anda; ingat cerita waktu dia diminta untuk
>"Iqra" oleh Malaikat di gua tsb.? Ingat waktu dia betul ketakutan pada
>saat pertama kali melihat malaikat?
>
>Hanya Tuhan yang tahu kelebihan Nabi Muhammad dari manusia lainnya dan
>karena itu kita harus bersyukur bahwa Tuhan telah memilih manusia biasa
>sebagai penerima utusannya.
>
>Why?
>
>Because it would be easier for us to relate the "akhlak" aspect of
>Muhammad.
>That is how Allah SWT is able to teach human the truth at that time. We
>are supposed to emulate the goodness of Muhammad's heart and therefore
>if we think of him as a normal human we could always be willing to
>emulate his goodness. Do you see what I am getting at?
>
>If you start to open your heart a little bit more and understand this
>you will be very thankful.
>
>I am not angry at your conviction. I am glad that you brought yourself
>to this level; To challenge me to speak for myself and not for all
>Muslims.
>Love and Fear and Anger and Passion...that is what makes you and I so
>human.
>
>Do you now agree with me?
>
>The reason why we could not create any images of Allah SWT nor Mouhammad
>SAW was because the Islam religion is meant for all humans and creatures
>in the Universe. It is a rule that is intended to prevent anybody from
>making either one of them look more like Asians, or more like Europeans.
>By preventing the imagery of such entities by a certain group, the
>Universal goal of Islam will hopefully be achieved.
>
>Again, if one made a mistake by creating an image of either one of the
>entities, that would probably due to the image creator's unawareness
>about the Universal goal of Islam.
>
>Let us be NOT so narrow minded when learning about this fantastic
>religion.
>It all depends on the willingness to "see our with our hearts" (and not
>just merely with the eyes).
>
>> Marilah kita jaga kerukunan antar ummat beragama. Tidak perlu lewat
>> upaya
>> keras yang tengah diakrabi bung Pattiwael, bung Leo, bung Mohamad
>> Rosadi dll.
>> Yang perlu Anda lakukan, cukup tidak bersikap "menyepelekan".
>>
>
>Kerukunan bukan hanya diciptakan dengan kata2, namun juga dengan
>perasaan di hati.
>
>> dari saya,
>> ramadhan pohan
>
>dari saya,
>
>INDI
>

Kirim email ke