Saya mengerti atas tulisan anda yang sederhana ini.

KT
-----Original Message-----
From: Andrew G Pattiwael <[EMAIL PROTECTED]>
To: [EMAIL PROTECTED] <[EMAIL PROTECTED]>
Date: Friday, April 23, 1999 3:09 AM
Subject: Suara Merdeka: Pemilu Bagi Kaum Pinggiran


>Perubahan apa yang bisa dijanjikan oleh Pemilu yang akan datang kepada
>mereka-mereka ini?
>
>Apakah Akbar Tanjung, Amien Rais, Megawati akan memperbaiki nasib-nasib
>mereka ini, ataukah mereka-mereka ini hanyalah suatu komoditi suara yang
>dipertimbangkan pada awal Pemilu demi memenangkan perolehan suara dan
>setelah pemilu selesai, kembali lagi mereka dicampakkan ke dunia mereka
>yang berbeda dengan kehidupan para elitis dan politis di Jakarta?
>
>Partai-partai yang Memperjuangkan nasib "Wong Cilik" adalah partai yang
>seharusnya diberi kesempatan untuk memimpin negara ini. Bukan hanya
>memperjuangkan di awal-awal pemilu demi menarik suara terbanyak, tetapi
>juga memperjuangkan selama partai ini berkuasa dan membawa perubahan yang
>berarti dan dapat mengangkat derajat hidup para kawula wong cilik ini.
>
>Yang jelas, Golkar sudah gagal, kesempatan telah diberikan sebanyak 7
>kali, namun tidak ada perubahan bahkan kemerosotan adalah jawaban selama
>Golkar berkuasa di Indonesia. Golkar tidak pantas lagi untuk diberikan
>pilihan suara.
>
>Dan untuk memberikan suatu alasan bahwa "Tidak sesuai dengan kebudayaan
>timur" pun terlihat sebagai kesan ingin melarikan diri dari suatu
>kenyataan. Berikanlah jawaban yang sejujurnya, mungkin kekurangan pribadi
>dalam menghadapi dialog-dialog seperti ini ataupun keberatan untuk
>dijadikan bulan-bulanan media dan pers.
>
>Semoga anda dapat memberikan suara anda kepada partai-partai yang memang
>berhak untuk memenangkan Pemilu ini dan dapat membawa perubahan untuk
>mengembalikan kejayaan Bangsa dan Negara Indonesia.
>
>Andrew Pattiwael
>
>Suara Merdeka
>*******************************************************************
>Pemilu bagi Kaum Pinggiran
>"Hasilnya Sama, Terserah Sajalah..."
>
>Pemilu tinggal 45 hari (dihitung dari tanggal 22 April-Red). Berbagai
>infrastruktur pemilihan, baik tingkat pusat maupun daerah, sibuk
>berbenah. Parpol bergegas menggalang massa. Organisasi pemantau pun
>menyiapkan berbagai perangkat demi pemilihan yang jurdil.  Namun,
>hiruk-pikuk itu konon kurang menggema di masyarakat pinggiran.  Mereka
>malah terkesan apatis dan masa bodoh. Wartawan Suara Merdeka Ganug
>Nugroho Adi dan H Ahmad Syamsul Huda melaporkannya.
>
>"SUDAH mendaftar Pemilu?
>Pertanyaan seperti itu belakangan ini
>agaknya sering terdengar. Di kantor, pasar, terminal, bus kota, dan di
>banyak tempat lain. Sebuah sapaan yang pada pemilu-pemilu sebelumnya
>hampir dipastikan jarang terlontar.
>
>Bisa dimaklumi. Sebab, sistem pendaftaran Pemilu kali ini menggunakan
>stelsel aktif.  Para calon pemilih datang ke tempat pendaftaran,
>menunjukkan tanda identitas-KTP, SIM, akta kelahiran-lalu mereka pun bisa
>disebut sebagai "warga negara yang baik karena mau menggunakan hak pilih.
>Tak ada mobilisasi, intimidasi seperti pada "pesta-pesta sebelumnya.
>Atau, paling tidak, ada upaya mempersempit peluang ke arah sana. Satu hal
>yang amat mustahil dilakukan pada rezim Orde Baru, diakui atau tidak
>diakui.
>
>Dan karena kebebasan yang selalu didengungkan itu lewat televisi, radio,
>atau koran para pemilih pun berdatangan ke tempat pendaftaran. Tapi
>sebagian terkesan ogah-ogahan, sebagian lagi malah memutuskan tidak
>mendaftar dengan berbagai alasan.
>"Kalau didatangi petugas, ya saya akan ndaftar. Soalnya kalau harus ke
>kelurahan kan berarti meninggalkan pekerjaan. Artinya harus ada biaya
>angkutan, kata Ridwan (19), seorang pengamen bus kota.
>
>Mereka yang mendaftar pun memiliki alasan. "Saya harus menggunakan hak
>pilih.  Saya akan mencoblos gambar lain, agar Pemerintah menjadi lebih
>baik. Mumpung bebas, ujar Bandi (20), loper koran di Jl Pemuda.
>Toh Santosa (29) punya pandangan lain. Nelayan di Tambaklorok itu
>memutuskan tidak mendaftar karena menganggap Pemilu kali ini masih akan
>sama dengan pemilu-pemilu sebelumnya, meskipun jumlah partai banyak.
>
>"Saya masih belum punya pilihan. Lagipula hasilnya pasti sama seperti
>dulu. Terserah sajalah.
>Jarwo (24), seorang pedagang di Pasar Johar, malah menjawab singkat
>ketika ditanya tentang pendaftaran. "Malas !
>
>Jawaban Ilham (23) yang menggelar dagangan buku di sebelah kios Jarwo,
>barangkali bisa sedikit lebih jelas, juga apa adanya. "Paling saya hanya
>ikut kampanyenya. Pokoknya ikut rame-rame. Soal negara ini mau jadi apa
>kan terserah bapak-bapak yang di atas.
>
>Kalau saya manut saja. Presidennya mau Pak Amien, Bu Mega, atau Gus Dur,
>terserah. Yang penting rakyat kecil seperti saya ini tidak tambah
>sengsara, tuturnya.
>
>Lantas kenapa mereka terkesan masa bodoh terhadap Pemilu tahun ini?
>Belum Mengerti
>Dari pemantauan Suara Merdeka ke "kalangan bawah, ternyata banyak dari
>kelompok ini yang belum mengerti tentang pemilu. Paling tidak, Jupri
>(45), pemulung di kawasan LIK Kaligawe, menganggap pemilu sama halnya
>dengan penyuluhan kesehatan di Kantor Kelurahan.
>
>Dia bahkan punya pengalaman menarik dengan "pesta demokrasi ini.
>"Orang-orang dikumpulkan, diberi pengarahan, tapi saya tetap tidak
>mengerti apa maksudnya.  Sejak dulu begitu-begitu saja. Saya bersama
>teman-teman yang lain manut saja.
>Dan kalau ada yang beda (Jupri menyebutnya sebagai kelebihan-Red), tambah
>dia, barangkali karena ketika dikumpulkan tahun lalu (Pemilu 1997) mereka
>dapat kaos, uang Rp 5.000, dan sebungkus nasi. "Ketika itu kami disuruh
>nyoblos gambar yang di tengah. Itu lo, yang gambarnya seperti pohon besar.
>Pada Pemilu tahun ini? "Wah saya tidak tahu kalau akan ada pemilu.
>
>Biasanya kami dikumpulkan, dicatat-catat, tapi sekarang belum. Tidak tahu
>kalau besok ya, kata bapak empat anak yang sudah 11 tahun memulung itu.
>Tak hanya Jupri, sebagian warga di pinggiran Semarang seperti
>Mangunharjo, Kecamatan Tugu, Jatisari Mijen, Kalisegoro Gunungpati,
>ternyata juga tidak tahu-menahu bahwa Pemilu 1999 akan berlangsung 7 Juni
>mendatang. Sebab, mereka belum mendapatkan penyuluhan dari Deppen seperti
>periode-periode sebelumnya.
>
>Hal sama diungkapkan Masturi (35) dan Jayadi (40). Mereka mengatakan,
>rakyat di daerah pinggiran cenderung pasif. Bila Deppen, petugas terkait,
>dan partai-partai tidak aktif mengajak RT mengampanyekan Pemilu, rakyat
>kecil dipastikan tak mengetahui banyak tentang itu.
>Mendatangi Rakyat
>
>Ketua Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK) Ngaliyan Abdul Djalil
>menambahkan, setiap terjun ke kelurahan-kelurahan dia terus mengingatkan
>RT dan tokoh-tokoh masyarakat untuk aktif ngopyak-opyak warganya
>mendaftar Pemilu. Sebab, kesempatan itu hanya bisa didapatkan sekali
>dalam setiap lima tahun. "Khusus tahun ini memang beda, karena reformasi,
>katanya.
>
>Menurut dia, kepedulian rakyat pinggiran terhadap penyelanggaraan Pemilu
>1999 cukup tinggi. Terbukti sampai hari Rabu 21 April penduduk Kodya
>Semarang yang mendaftar Pemilu 753.196 orang, atau sekitar 88,39% dari
>jumlah perkiraan hak pilih 852.083 orang. (23t)

Kirim email ke