>Rekan-rekan permias@ yth.,
>
>Sudah lama saya tergelitik dengan pemikiran seperti judul posting ini, yaitu:
>
>Indonesia: negara hukum vs. negara sayur?
>
>Maksudnya, adalah sama sekali salah kalau banyak pejabat, pakar, dan
>sebagian banyak orang selalu menyebut bahwa Indonesia adalah negara
>'hukum'. Mereka menyebut itu dengan bangganya, dengan gagahnya, dan bahkan,
>dengan arogannya.

Yw: Bukan arogan... Emang udah bawaan dari kecil, kali? ;-)

>Apa buktinya kalau Indonesia adalah negara 'hukum'?

Yw: Menurut saya, sih: Indonesia itu negara hukum. Absolutely.

    Tapi hukum rimba! (Ini mengutip komentar Pak Hartoyo Wignyo.).
    Beberapa ciri-ciri ;-) hukum rimba.
    - Yg kuat menang. (Ini udah pada tahu kali, ya?)
    - Si raja rimba can change the rule of the game in the
      middle of the game. Ibarat olah raga, nih misalnya: pertandingan
      basket, tim satu, katakanlah tim B (atau supaya agak panjang tim
      BBD), main lawan tim si raja rimba. Nah,... setelah ketinggalan
      100-0, si raja rimba langsung aja merubah peraturan: yg 100
      buat gue, yg 0 lu ambil, deh...; dan
    - Si raja rimba can change the game itself! Tadinya pertandingan
      basket, diubah jadi pertandingan pantomim! Kalo basket kan
      itungannya bola masuk ke jala. Yg paling banyak masukin, menang.
      Jadi si BBD udah dapet 100, dia yg calon menang; tapi begitu
      diubah jadi pertandingan pantomim... Kan nggak itungan masukin
      bola berapa kali. Yg menang ya siapa yg paling lucu gerakannya...
      Dan di dunia ini, siapa sih yg gerakannya lebih lucu dari
      si raja rimba? Lu ta'u deh, yg koruptor malah dilindungi...
      si pelapor korupsi malah diuber-uber sampe ke liang kubur,
      sambil dikatain pula: manusia apa monyet... Kalopun ada yg
      lebih lucu dari itu, ya paling kroninya yg begituan juga. ;-)

   Jadi: kalo dibilang bukan negara hukum, kayaknya kurang tepat. ;-)

>Apakah banyaknya penegak hukum doyan sogokan itu benar di negara 'hukum'?

Yw: Negara hukum rimba, ya oke aja. Apa aja oke, asal kuat. ;-)

    Eh, tapi selain negara hukum rimba, Indonesia ini juga negara
    hukum karma! Jadi ya, nggak usah kuatir... cepat atau lambat,
    yg macem-macem ada balesannya juga. ;-)

>Apakah permainan uang di pengadilan itu benar di negara 'hukum'?

Yw: Jangankan main uang, main gundu pun jadi... ;-)

>Apakah KKN yang tidak pernah ditindak itu benar di negara 'hukum'?

Yw: Lho, siapa bilang tidak pernah ditindak? KKN itu selalu
    ditindak, lho? Cuma masalahnya, seringkali yg menindak itu
    lebih KKN dari yg ditindak... Jadi looping. ;-)

>Apakah menembak mati mahasiswa demonstrasi dibenarkan di negara 'hukum'?

Yw: Nah, kalo ini nggak bener!

    Yg bener itu bukan dibenarkan, tapi dibenar-benarkan. ;-)

>Apakah banyaknya orang yang belum tentu salah di penjara itu benar di
>negara 'hukum'?

Yw: Ya, daripada nggak ada kerjaan (sipir penjaranya) barangkali? ;-)

>Dan masih banyak apakah...... apakah..... yang lainnya.

Yw: Jangan banyak-banyak deh... Capek nulisnya. ;-)

>Lalu, kenapa kita begitu ngotot dan bangganya mengatakan bahwa negara kita
>adalah negara 'hukum' kalau ternyata sebagian besar urusan 'hukum' dicemari
>oleh rekayasa, manipulasi, penyelewengan, pelanggaran, dan sebangsanya yang
>buntut-buntutnya adalah 'ketidak adilan'?

Yw: Lah, ini baru kena ke pokok permasalahan! Kalo ada yg bilang
    Indonesia negara hukum, itu tidak sangkalable (tidak bisa
    disangkal). Pertanyaannya sekarang kita ubah: apakah Indonesia ini
    negara adil?

    Kalo negara hukum sih bisa aja negara hukum (hukum rimba dan
    hukum karma). Tapi apakah negara adil?

    Hukum dan keadilan itu, seperti anda mungkin sudah tahu persis,
    dua hal yg berbeda banget.

    Jadi fokusnya (kalo mau bener): tegakkan keadilan!
    Bukan tegakkan hukum.

    You know, kalo semua orang koar-koar:
    tegakkan hukum, tegakkan hukum,... padahal kita tahu persis
    hukum yg berlaku adalah hukum rimba... apa nggak cilaka kita.

>Apakah segala atribut 'negatif' tsb cukup layak untuk disandang oleh negara
>'hukum'? Menurut saya, sama sekali tidak. Karena upaya untuk mencegah dan
>menanggulangi segala hal 'negatif' tsb tidak pernah serius dipikirkan,
>apalagi dilakukan.

Yw: Keadilan maksudnya? Nah, kalo bicara keadilan, di dunia ini nggak
    bisa 100%. Penuntasannya (sampe 100%) mungkin nanti setelah hari
    kiamat. Tapi ya, setidaknya bisa mendekati ke arah sana, lah...

    Kalo soal hukum, ya, percuma juga diomongin, kalo emang
    keadilannya nggak kena.

>Saya cenderung untuk merubah saja negara Indonesia dari negara 'hukum'
>menjadi negara 'sayur'.

Yw: Wah, jangan dong. Ini sangat menyinggung perasaan.
    Khususnya perasaan tukang sayur. ;-)

>Kenapa? Lihat saja, Indonesia kaya dengan segala
>sayuran yang bisa dimanfaatkan tidak saja untuk pelengkap makanan setiap
>harinya, namun juga bisa dipakai untuk obat-obatan (tradisional maupun
>modern). Kalau kita punya semangat dan motivasi menjadikan negara ini
>adalah negara 'sayur' di era globalisasi ini, kesempatannya adalah sangat
>menantang. Kita punya daerah subur, punya banyak sekolah dan universitas
>pertanian, mestinya kita bisa membudidayakan sayuran sedemikian rupa
>sehingga bisa menjadikannya berkualitas ekspor dan menembus pasar global.

Yw: Oh, maksudnya itu. Ya, bisa aja, sih. ;-)

Kirim email ke