Sungguh banyak (lk. 50) tanggapan -pros and cons- yang saya terima (lewat japri) atas e-mail “Pengahapusan ATHAN KBRI D.C.”, bahkan ada seorang yang mengaku sebagai “anak diplomat” sempat ngomel-ngomel dan menuduh saya “mempermainkan” pemerintah (Deplu, Red). Tapi setelah saya tanya apa kira-kira reaksi dia, jika pemerintah “mempermainkan” rakyat, e-mail saya sampai sekarang belum dibalas;-) Overall, thanks to everyone. Tapi ijinkanlah saya untuk merespond e-mail2 tsb melalui tulisan di bawah ini: Dalam sebuah buku tentang Quantum Electrodynamics (pengarangnya kalo nggak salah Richard Feynman) pernah saya dapatkan kalimat yang berbunyi sbb, “there are times in life where we can describe something but we can’t explain it, and that’s also true in science and quantum mechanics.” Well, let me try to apply this statement in a real life. Saya sendiri sadar e-mail tentang “penghapusan atase pertahanan K.B.R.I D.C dan atase Politik” memang sesuata yang mustahil, lagipula mana ada lagi namanya “Atase Politik’ di K.B.R.I., yang adakan Kepala Bidang Politik (KabidPol). E-mail tersebut adalah hanya sebagai alat to send my message across. Lalu bagaimana hubungannya Atase Pertahanan/KabidPol dan e-mail saya tsb? Ini karena saya sudah “muak” dengan komentar2 masalah Tim-Tim di koran2 Indonesia dan juga dimilis2 (e.g. Bincang, Imaam, Permias Syracuse). Komentator2 orang kebanyakan hanya menyalahkan orang Australia dan orang Tim2 yang pro-kemerdekaan, sangat jarang yang ingin melakukan introspeksi diri kita sendiri. Nah kalo masih bingung juga apa semua ini hubungannya dengan Atase Pertahanan dan KabidPol K.B.R.I Washington, D.C., to “describe” this, it’s the job of the rest of this e-mail. Descriptions of the past. First, sekitar dua tahun lalu-Spring Season (kalo nggak salah), pernah ada seminar tentang Tim-Tim yang diselanggarakan oleh PERMIAS D.C. Waktu itu pembicaranya adalah seorang student (pro-Indonesia) kelahiran asli Tim-Tim dan KabidPol, dan acaranya diadakan di K.B.R.I. D.C. yang dengar mayoritas mahasiswa Indonesia di D.C. area. Menurut sumber yang saya dapatkan, untuk uang kuliah di U.S., si student ini mendapat beasiswa langsung dari Regime Soeharto (Cendana, Red). Terus ada juga uncorfirmed reports dua tahu lalu tentang beberapa orang Tim-Tim yang pro Indonesia yang disekolahkan at the expensive-university, Georgetown, untuk hanya belajar bahasa Inggris bo’. The Bad Side: Forget about the unconfirm report, let’s focus our attention pada acara di KBRI tsb. Bukankah si student ini semestinya melobbi orang Amerika, kok target audience-nya malah mahasiswa Indonesia. Untuk apa? Untuk apa? Apakah dia lupa bahwa kita sudah didoctrine habis2-an di Indonesia untuk mengakui Tim-Tim sebagai province yang ke 27. I refused to attend that meeting, dan saya sempat mengajak beberapa teman2 untuk memboikot acara tersebut, tapi nggak ada yang gubris. Malah saya sempat bilang mulai dari sekarang (dua tahun lalu), Permias D.C. sudah harus memasukkan activitas politik dalam program2-nya. Maksudnya, jika lain kali ada orang Amerika yang kepingin belajar atau debat masalah politik di Indonesia, kita (mahasiswa) sudah siap dan kita bukannya hanya bisa menari atau hanya bisa pakai baju adat istiadat (pertunjukan kesenian, Red). Permias D.C. memang banyak mengalami peningkatan2 (terutama waktu Pak Ketuanya Okki), but those improvements were/are/and will not be enough. Akibatnya apa sekarang? Permias di Amerika, particularly in D.C., hanya mempunyai mental “Operator 911.” Kita cuman bisa merespond kalau sesuatu sudah terjadi, kita cuma bisa berteriak di internet (yang subscriber2-nya mayoritas orang melayu), and we cannot put “our words” into action. We’re not organized at all, dan inilah kelemahan kita. Saya dan seorang teman pernah bertanya kepada salah seorang bekas Duta Besar U.S. untuk Indonesia mengenai kesuksesan ETAN atau activists pro-kemerdekaan Tim-Tim melobbi rakyat Amerika. Jawaban beliau adalah karena activist2 tsb very organize dalam mempromosikan issue2 Tim-Tim in a simple and easy way to comprehend, dan orang-orang Amerika sudah capek bekerja seharian, jadi mereka take for granted issue2 tsb tanpa perlu mengadakan cross check. Nah yang itu untuk public, bagaimana kalo untuk pemerintah U.S.? Jawabannya bisa kita dapatkan dalam article “The New Double Standard” by Aryeh Neier di Foreign Policy # 105 (winter 1996). Neier ini mengatakan sbb, “ The movement [human right movement for foreign policy] was required to improve its information gathering, its reporting, and overall professionalism of its work….Eventually the human rights movement won: By and large, it prevailed in its debates in the adminstration.” Waktu kemarin2, pers Amerika mulai menjelekkan the 210-million rakyat Indonesia atas kasus2 di Tim-Tim, hati saya pun mulai terbetik untuk membela rakyat Indonesia. Caranya sih hampir sama dengan Mbak Ida of Illinois. Saya mulai meyakinkan dan menjelaskan ke teman2 Amerika tentang kebohogan pers Amerika dan ETAN. Kalo tambah satu huruf “S” jadi SETAN tuh;-) The Bad Side: Setelah saya meminta info2/fakta2 (about Tim-Tim) dari K.B.R.I. DC untuk saya jadikan bahan to convince the Americans, yang saya dapat dari KBRI cuman article yang dari majalah Inggris itu. Coba bayangkan, setiap saya masuk kelas yang dihadiri sekitar seratus mahasiswa, professor saya selalu memulai kelas dengan “hening cipta” untuk mengingat korban “massacre” di Tim-Tim, lalu menyamakan massacre di Kosovo dan Tim-Tim. Coba hitung sendiri probability of my success in convincing my professor and classmates with ONLY one newspaper article. It’s a big ZERO!!! Malah lebih jeleknya lagi, ada orang Indonesia, assisant professor di salah satu universitas Hawaii, yang menulis article-di The Wall Street Journal- yang menjelek2-an the 210-million Indonesians. Adalagi banyak mahasiswa yang me-worhsip ETAN sebagai Dewa Human Rights. For those traitors (pengkianat bangsa) out there, you can disagree with me, tapi bukankan those NGOs bagi Amerika adalah alat untuk menginjak-injak kedaulatan dan martabat negara kita? It is a way to go around/manipulate the International law that upholds state sovereignty. Coba bayangkan bagaimana Amerika mendikte orang Indonesia masalah human rights, padahal Amerika sendiri adalah sebuah negara yang dibangun atas dasar human rights Abuses. Look back at their history: how many Native Americans were killed and their lands were confiscated, how many African Americans that had suffered from the slavery? Wake up!!!!!!!!!!! Still Descriptions of the Past: Waktu Permias dulu demo soeharto di depan KBRI, menurut informasi, Atase Pertahanan KBRI DC mengutus seseorang untuk mencatat nama2 orang yang ikut demo. Kalo memang sang pencatat teliti dan menyusun nama2 tsb dalam alphabetical order (A-Z), mungkin nama saya (Ali) urutan atas kali yah?;-) How about this, mumpung nama2 itu masih ada, gimana kalo Athan ajak pendemo2 itu demo kedubes Australia di Wasihington, D.C.? Atau paling tidak Permias D.C. bisa mengadakan Candle Light Vigil untuk mengingat Polisi kita yang ketembak mati dalam mempertahankan kedaulatan negara kita. If the Interfet kills one Indonesian, the Interfet kills all Indonesians. Descirption of the future: - Bagaimana caranya kita supaya lebih terorganisir to use any means (including Propaganda) to protect the 210-million Indonesians. - Bagaimana kalau kita adakan demo di depan Kedubes Australia dan kapan? Saya dan empat orang teman saya bersedia ikut asalkan saja acaranya hari Jumat because we can’t skip class. - Bagaimana kalo Permias adakan acara Candle Light Vigil sekaligus pengumpulan dana untuk keluarga anggota Brimob yang jadi korban kebiadaban Interfet. Mungkin kita bisa kumpul sedikit dana, but perhatian kita is priceless. Kalo yang meninggal si Wiranto sih, I don’t give a damn!!! Finally, in this e-mail I was able to “describe” a few things, yet without or negligible explanations;-) You wanna know the difference between a description and an explanation? A description answers the how-type question, and an explanation answers the why-type question, and I tried to avoid words such as “why” and “because.”;-) Peace Ali Simplido ===== __________________________________________________ Do You Yahoo!? Bid and sell for free at http://auctions.yahoo.com