Kalau tidak salah, nenek dari Presiden ke-4 kita, KH Abdulrahman Wahid,
mempunyai darah keturunan (Keturunan Tionghoa). Mohon dibetulkan bila salah. 

Mardhika Wisesa

From: "Pemberitaan Indonesian Chinese" <[EMAIL PROTECTED]>
Subject: CNN Info : Forward : Komunitas China Miniatur Indonesia
Date: Wed, 20 Oct 1999 02:00:10 PDT

An opinion from TDH

======================================================================

KOMUNITAS CHINA MINIATUR INDONESIA

Komunitas China pada berbagai sisi justru terlihat lebih mendekati miniatur
Indonesia dibanding komunitas lainnya.

Dari sudut kultur/bahasa misalnya, kita akan menemui komunitas China yang
berbahasa Jawa (bahkan berbudaya Jawa) di kawasan Pulau Jawa, sebagaimana
bisa kita lihat pada sosok Liem Swie King (pebulutangkis) yang medok, juga
Jaya Suprana, pengusaha Jamu yang tidak bisa menggunakan sumpit dan fasih
berbahasa Jawa halus.

Dari Sumatera ada Anton Medan, mantan preman yang kini jadi juru dakwah
agama Islam, ada juga Sofyan Wanandi kelahiran Sumatera Barat, yang masih
kental logat Sumbar-nya meski bertahun-tahun tinggal di Jakarta.

Bahkan hampir di tiap daerah kita bisa menemukan etnis China dengan kultur
dan bahasa setempat. Bahkan dengan nama setempat.

Dari sudut profesi juga demikian. Memang yang menonjol dari komunitas China
ini adalah pedagang, namun pada kenyataannya, komunitas ini bergerak di
berbagai bidang keprofesian, meski tidak terlalu menonjol namun cukup
signifikan untuk menyatakan adanya pluralitas dalam profesi mereka.

Sebagaimana pernah diungkapkan oleh TEMPO edisi 22 Februari 1999, komunitas
China tidak hanya memiliki tokoh-tokoh seperti Liem Sioe Liong dan
sebagainya, juga ada tokoh-tokoh idealis seperti Christianto Wibisono,
Arief Budiman dan Soe Hok Gie. Bahkan pada generasi yang lebih mudanya
bisa ditemui Esther Indahyani Yusuf, dan Enin Supriyanto.

Dari sudut agama juga demikian. Hampir semua agama formal yang berlaku di
Indonesia ini memiliki penganut dari etnis China. Meskipun sebagian besar
beragama non-Islam. Namun demikian tokoh keturunan China yang beragama
Islam cukup mendapat tempat yang terhormat, seperti Prof. Hembing, dan
Syafi'i Antonio yang sangat memahami seluk-beluk perbankan Islam.

Dari beberapa sudut pandang ini, bisa dikatakan komunitas China merupakan
miniatur dari bangsa Indonesia yang majemuk. Dari segi jumlah, komunitas
China tidak kalah potensialnya, karena mencapai sekitar 9 juta Jiwa,
bandingkan dengan komunitas Timtim yang cuma 750.000 jiwa dan lebih homogen
dalam hal agama (Katholik).

Keberagaman yang menjadi bagian dari komunitas China di Indonesia,
sayangnya tidak tersosialisasikan secara baik. Entah siapa yang melakukan
disinformasi tentang ini. Dan entah apa maksudnya. Yang jelas, komunitas
China diidentikkan dengan atribut-atribut seperti:

1. Pedagang
2. Kaya
3. Non Islam (khususnya Kristen/Katholik)
4. Eksklusif

Sebaliknya, komunitas China juga mendapat pasokan informasi yang keliru
tentang pribumi, yang selalu diidentikkan dengan sifat-sifat pemalas, tidak
jujur, Islam, kampungan dan sebagainya.

Kesalah-pahaman itu tentu saja kalau terus dibiarkan akan menciptakan
suasana yang kurang nyaman, bahkan lebih jauh dari itu. Oleh karena itu
perlu adanya sebuah forum terbuka yang mengklarifikasikan hal ini.

Komunitas China sudah berada di kawasan Nusantara ini sejak ratusan tahun
silam, jauh sebelum kawasan Nusantara ini dijajah Belanda. Berarti
komunitas China punya hak yang sama dengan komunitas lainnya, yang ketika
itu sama-sama bukan warga negara Indonesia, karena negara Republik
Indonesia belum terbentuk. Dari sudut pandang ini, maka bisa dikatakan
bahwa kita semua adalah nonpri, karena nenek moyang kita bukan warga negara
Indonesia, sebab Negara RI baru ada sejak 17 Agustus 1945.

Nilai-nilai Islam menegaskan bahwa bumi ini ciptaan Tuhan, dan siapa saja
berhak menarik manfaat darinya. Nabi Muhammad adalah penduduk Mekkah yang
kemudian berpindah (hijrah) ke Madinah. Di Madinah, Nabi Muhammad adalah
nonpri, yang pada akhirnya bisa menjadi pemimpin umat (semacam kepala
negara) di sana, karena memang rakyat banyak memilihnya (bukan hanya
kerabat-teman yang ikut hijrah bersamanya).

Jadi, masalah komunitas China di Indonesia lebih banyak bertumpu kepada
adanya kesalah-pahaman diantara kedua-belah pihak. Sayangnya, kondisi
salah-paham seperti itu justru dipelihara oleh sebuah kepentingan, sehingga
komunitas China cenderung manjadi sasaran pelampiasan kekecewaan masyarakat
(pribumi) terhadap kondisi sosial-politik yang terjadi.

Oleh karena itu kesalah-pahaman inilah yang harus dikikis. Perlu adanya
forum terbuka seperti CNN, perlu adanya sebuah parpol yang agenda utamanya
menangani masalah ini, perlu ada media cetak yang juga concern terhadap
masalah ini.

Salam,

TDH

_____________________________________________________________
Chinese News Network
e-mail : [EMAIL PROTECTED]
homepage : http://www.angelfire.com/id/chinesenn/
forum : http://www3.bravenet.com/forum/show.asp?userid=yi109153

____________________________________________________________________
Get free email and a permanent address at http://www.netaddress.com/?N=1

Kirim email ke