ya, kalo menurutku sih ga masalah tuh dgn postingan ini. Kita plg tidak jd tau 
sebagian harta tanah air kita yg di jarah. Kenapa sy katakan 'sebagian', coz 
masih banyak kasus2 korupsi yang belum tuntas dan cenderung dilupakan, kita 
perlu tau juga itu. 
  Namun, kalo bs bagi bung Sulis untuk menyertakan pula tulisan ttg upaya2 
hukum sebagai bentuk perdjoeangan menyelamatkan harta titipan anak cucu kita 
itu, dr kawan2 pengacara seperti bung Sulis.., sehingga beritanya ga berita 
buruk terus he he2..
   
  Wassalam
  Cak Mad - Uhasselt

Setio Pramono <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
            Sulis.....
mau ngejar Dana CEndana?
postingannya ttg cendana melulu...?
g bosen ?

   
Setia Pramana
Bioinformatics Research Group
Center for Statistics
Hasselt University
Agoralaan - building D
3590 Diepenbeek
Belgium 
Office: D56
Phone: +32-11-268288
Fax: +32-11-268299   
  http://hafidztio.multiply.com/
http://hafidztio.blogs.friendster.com/my_blog/  

  ----- Original Message ----
From: Sulistiono Kertawacana <[EMAIL PROTECTED]>
Sent: Monday, February 11, 2008 4:32:58 AM
Subject: [PPIBelgia] Sepenggal Harta Trah Cendana

    51/XXXVI/11 - 17 Februari 2008

http://www.tempoint eraktif.com/ hg/mbmtempo/ free/utama. html
                  Laporan Utama 
          Sepenggal Harta Trah CendanaSebagian daftar harta Bambang Trihatmodjo 
dan istrinya dibuka di sidang perceraian. Konfirmasi atas laporan berbagai 
lembaga tentang pundi-pundi keluarga Cendana. 
  
  DI ruang sidang Pengadilan Agama Jakarta Pusat, sebagian harta keluarga 
mantan presiden Soeharto mulai terbuka. Lama menjadi teka-teki publik, jawaban 
datang justru dari sidang perceraian Bambang Trihatmodjo, anak ketiga Soeharto, 
dengan Halimah Augustina Kamil.

  Awalnya adalah sidang perceraian biasa, walau menjadi buruan media hiburan. 
Bambang menggugat cerai Halimah, yang dinikahinya 27 tahun lalu, tapi sang 
istri menolak. Ia justru meminta Pengadilan Agama menyita harta keluarganya 
agar tidak bisa dialihkan kepemilikannya.

  ”Ini kasus pertama di Indonesia,” kata Nuheri, anggota majelis yang menangani 
permohonan sita harta. Di sinilah Halimah, melalui pengacaranya, pada 12 
November tahun lalu, menyodorkan segepok daftar harta keluarganya. Menurut 
daftar itu, harta keluarga Bambang terdiri dari beberapa kelompok: tanah, 
kapal, mobil, dan saham. 

  Tanah atas nama Bambang atau sejumlah perusahaannya tersebar di Jakarta, 
Bogor, Purwakarta, Pulau Seribu, Situbondo, dan Kuta, Bali. Total luasnya 1.000 
hektare lebih atau sekitar 10 kilometer persegi. Ini hampir seperlima wilayah 
Jakarta Pusat yang luasnya 55 kilometer persegi.

  Keluarga Bambang memiliki tujuh kapal dan 18 mobil, di antaranya adalah VW 
Touareg yang di pasar harganya Rp 1,5 miliar serta Porsche Cayenne yang pada 
2003 dijual Rp 1 miliar. Sebagian besar kendaraan itu atas nama Bambang dan 
sebagian lainnya Halimah.Bambang, 55 tahun, dan Halimah, 51 tahun, juga 
menguasai ratusan juta lembar saham baik langsung maupun tidak. Mereka memiliki 
175 juta lembar atau 99,99 persen saham Asriland, perusahaan yang beranak-pinak 
ke puluhan perusahaan lain.

  Melalui Asriland, Bambang, antara lain, memiliki 13,82 persen saham PT Global 
Mediacom Tbk. Ini adalah induk perusahaan yang menaungi, di antaranya, stasiun 
televisi RCTI, Mobile-8 Telecom (operator telepon Fren), dan Plaza Indonesia. 
Mereka juga menguasai separuh kepemilikan PT Cardig yang dua tahun lalu membeli 
maskapai penerbangan Mandala Air dari Yayasan Dharma Kostrad.

  Menurut daftar yang sama, Bambang juga menguasai 99,74 persen saham PT 
Hyundai Indonesia Motor. Singkat kata, harta keluarga ini menjelajah berbagai 
sektor: dari stasiun televisi hingga operator telepon, dari pabrik kapsul 
hingga industri otomotif, dari pengelolaan hotel hingga kepemilikan pulau.

  Belum ada taksiran resmi nilai semua harta itu, namun Lelyana Santosa, 
pengacara Halimah, kepada media hiburan pernah mengakui nilainya berkisar Rp 14 
triliun. Kepada Tempo, ia menyatakan semua data itu valid. ”Paling tidak, dari 
keyakinan klien saya,” katanya. ”Itu semua aset murni, sudah dikurangi dengan 
utang.”

  Juan Felix Tampubolon, pengacara Bambang, menganggap daftar kekayaan itu 
ngawur. Banyak nama perusahaan dalam daftar yang, menurut dia, tidak akurat. 
”Pak Bambang malah bingung, tertawa sendiri. Banyak perusahaan, padahal dia 
nggak tahu,” ujarnya.

  Menurut Lelyana, data itu dikumpulkan segera setelah Halimah digugat cerai 
suaminya, pertengahan tahun lalu. Memang, tidak ada pembukuan khusus. Yang ada 
catatan-catatan lepas pada perusahaan tempat Halimah pernah menjadi komisaris. 
Ada sejumlah data yang masuk dari kantor pengacara Lelyana. ”Misalnya, yang ini 
sudah tidak lagi atau ini ada tambahan, dan klien kami membenarkan,” tuturnya.

  Yang tak masuk dalam daftar itu adalah aset Bambang di luar negeri, di 
antaranya apartemen di Beverly Hills, Los Angeles, tempat keluarga ini biasa 
tinggal saat berkunjung ke Amerika Serikat. ”Saya tidak tahu kenapa tidak 
dimasukkan,” kata Lelyana (lihat ”Yang Gelap di Seberang Samudra”).

  l l l
  BAMBANG Trihatmodjo dan Halimah Augustina Kamil menikah pada 24 Oktober 1981. 
Lima bulan sebelum menikah, Bambang mendirikan Bimantara Citra. Perusahaan ini 
tumbuh besar karena diselimuti praktek kolusi dan kroniisme ayahnya. Di masa 
jayanya, pernah dalam setahun Bimantara beranak hingga 100 perusahaan.

  Awalnya, Bimantara bergerak di bidang perdagangan. Hanya dalam sekejap, 
mereka merambah ke bidang perbankan, asuransi, rumah mewah, konstruksi, 
televisi, perhotelan, transportasi, perkebunan, perikanan, otomotif, makanan, 
kimia, dan pariwisata. Bimantaralah yang pertama kali memperoleh izin pendirian 
stasiun televisi swasta di Indonesia, RCTI.

  Pada 1991, Bambang menguasai tata niaga jeruk di Kalimantan. Para petani 
harus menjual hasil panen mereka ke PT Bima Citra Mandiri milik Bambang. 
Perusahaan ini menerima 10 persen dari harga jual. Mereka juga mengutip Rp 
1.500 per kilogram untuk sewa gudang plus ongkos bongkar-muat.

  Pada 1990-an, produksi jeruk di Kalimantan Barat sangat melimpah, sekitar 120 
ribu ton per tahun. Artinya, dari sewa gudang dan ongkos bongkar-muat saja, 
Bima Citra menangguk Rp 180 miliar per tahun. Alih-alih meningkatkan pendapatan 
petani, tata niaga menghancurkan kehidupan penanam jeruk. Pada 1993, tata niaga 
ini dihapus.

  Bersama ayahnya, Bambang mendirikan Yayasan Dana Sejahtera Mandiri 
(Damandiri) 15 Januari 1996. Soeharto menjadi ketua dan Bambang bendahara. 
Tujuan yayasan ini mulia: ”menjadi wadah masyarakat bergotong-royong untuk 
mewujudkan kesejahteraan keluarga prasejahtera dan sejahtera.”

  Untuk ”tujuan mulia” itu, Soeharto membuat aturan memotong 2 persen pajak 
penghasilan atas wajib pajak berpenghasilan di atas Rp 100 juta untuk disetor 
ke rekening Damandiri. Menurut perhitungan kejaksaan, terkumpul dana Rp 4,5 
triliun selama dua tahun. 

  Pada 1997, Rp 112,7 miliar duit itu ditanam sebagai deposito di Bank 
Andromeda milik Bambang. Dana itu raib karena Andromeda dibekukan pada 1 
November 1997. Dana Rp 330,3 miliar lalu disetor ke Bank Alfa, yang dibeli 
Bambang dua pekan setelah Andromeda ditutup. 

  Ternyata, dana itu pun tak bisa ditarik karena Bank Alfa dilikuidasi pada 13 
Maret 1999. ”Kerugian negara pada kasus Damandiri ini Rp 442,8 miliar,” 
demikian tertulis dalam berkas perkara pidana Soeharto, yang urung dibacakan 
karena sang Jenderal Besar dinyatakan sakit permanen pada 1999.

  Apakah daftar harta yang disodorkan Halimah ke Pengadilan Agama berkaitan 
dengan riwayat abu-abu bisnis keluarga itu? Lelyana mengaku tidak tahu. 
”Sebagai pengacara, saya tidak pernah bertanya asal-usul harta yang ada di 
daftar itu,” ujarnya.

  Juan Felix mengatakan, meski hartanya terkesan melimpah, utang Bambang juga 
sangat banyak. ”Kalau diperhitungkan semua utangnya, mungkin semua hartanya 
nggak cukup untuk membayar,” kata Felix tertawa. 

  Sementara itu, majalah Forbes punya perhitungan lain. Menurut majalah itu, 
edisi Desember 2007, Bambang Trihatmodjo adalah orang terkaya nomor 33 di 
Indonesia. Hartanya diperkirakan US$ 200 juta atau hampir Rp 2 triliun. 
Hitungannya berdasarkan harga saham dan kurs mata uang saat itu. 

  Bambang sendiri tak bisa dimintai konfirmasi. Tempo menunggu seharian, Jumat 
pekan lalu, di tempat tinggalnya, Simprug Golf, kawasan Patal Senayan, Jakarta 
Selatan. Rumah bercat cokelat muda itu tertutup pagar hampir dua meter. Dalam 
daftar Halimah, rumah ini tercantum atas nama suaminya.

  Di sini pula Bambang tinggal bersama Mayangsari. Di depan rumah didirikan pos 
darurat dari kayu beratap terpal biru. Di dalamnya dua polisi berteduh. ”Bapak 
nggak ada, kemarin juga nggak ada,” kata Rois, salah seorang polisi. Menjelang 
pukul 14.00, Toyota Alphard yang kerap dipakai Mayangsari melintas dari ujung 
gang. Hanya sopir yang terlihat di dalam mobil itu.

  Dua jam berselang, Alphard yang sama sudah terlihat parkir di Jalan 
Tasikmalaya 17, Menteng, Jakarta Pusat. Ini kediaman Bambang yang lain, dekat 
tempat tinggal keluarga besarnya. Polisi penjaga rumah pun berkukuh: ”Bapak 
tidak ada.” 

  Budi Setyarso, Arif A. Kuswardono, Wahyu Dhyatmika, Adek Media Rosa

  Gono-gini Itu…

  Menikah sejak 24 Oktober 1981, Bambang Trihatmodjo dan Halimah Agustina Kamil 
rajin mengumpulkan harta. Luas tanah mereka seribuan hektare, tersebar di 
Jakarta, Purwakarta, Pulau Seribu, hingga Bali. Butuh dua ratusan meter persegi 
untuk memarkir 18 mobil mereka. Saham mereka juga tertanam di pelbagai 
perusahaan.

  Kapal

    
   Bimantara Merek mesin kapal: Mercruiser
  
   Citra Merek mesin kapal: Mercruiser
  
   Fountain Merek mesin kapal: Yamaha
  
   Lemuru Merek mesin kapal: Yamaha
  
   Madrim Merek mesin kapal: Detroit
  
   Sumbadra Merek mesin kapal: Yamaha
  
   Utik Merek mesin kapal: Yamaha

  Mobil

    
   Satu BMW Jeep
  
   Satu Porsche Cayenne
  
   Satu Volkswagen Toureg
  
   Satu Toyota Rush
  
   Satu Volkswagen Caravelle
  
   Satu Mercedes-Benz Jeep
  
   Satu Mercedes-Benz Sedan
  
   Satu BMW Sedan
  
   Satu Hyundai Trajet
  
   Satu Mercedes-Benz Jeep
  
   Satu Range Rover
  
   Satu Hyundai Santa Fe
  
   Lima Kijang
  
   Satu Pickup 

  Tanah

    
   Jalan Tanjung 24, 26, Jakarta Pusat: 1.259 meter persegi
  
   Jalan Raya Ciganjur, Pasar Minggu, Jakarta Selatan: 3.105 meter persegi
  
   Cisarua, Tugu Selatan, Bogor: 3.579 meter persegi
  
   Jalan Tanjung 23, Menteng, Jakarta Pusat: 1.985 meter persegi
  
   Jalan KH Wahid Hasyim 40, Kebon Sirih, Jakarta Pusat: 510 meter persegi
  
   Jalan Raya Ciganjur, Pasar Minggu, Jakarta Selatan: 3.000 meter persegi
  
   Megamendung, Bogor: 4.650 meter persegi
  
   Kampung Satu, Ciganjur, Jakarta Selatan: 867 meter persegi
  
   Jalan Simprug Garden II, Grogol Selatan, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan: 
2.534 meter persegi
  
   Jalan Simprug Blok G No. 19, Grogol Selatan, Kebayoran Lama, Jakarta 
Selatan: 492 meter persegi
  
   Jalan Simprug Garden II, Grogol Selatan, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan: 
4.114 meter persegi
  
   Jalan Moh. Kahfi I, Kamp. Setu, Ciganjur, Jakarta Selatan: 2.290 meter 
persegi
  
   Pondok Karya, Pondok Aren, Tangerang: 1.480 meter persegi
  
   Kuta, Jimbaran, Bali: 4.350 meter persegi
  
   Kuta, Jimbaran, Bali: 300 meter persegi
  
   Kuta, Jimbaran, Bali: 5.550 meter persegi
  
   Kuta, Jimbaran, Bali: 13.725 meter persegi
  
   Ciganjur RT 006/06, Jagakarsa, Jakarta Selatan: 200 meter persegi
  
   Ciganjur, Jagakarsa, Jakarta Selatan: 157 meter persegi
  
   Pulau Kelapa, Kepulauan Seribu: 44.765 meter persegi
  
   Jalan Simprug Garden II, Grogol Selatan: 2.705 meter persegi
  
   Jalan Casablanca, Jakarta Selatan: 21.250 meter persegi
  
   Jalan Wahid Hasyim 46-A, Kebon Sirih, Jakarta Pusat: 563 meter persegi
  
   Wanakerta, Campaka, Purwakarta: 319.360 meter persegi
  
   Cinangka, Campaka, Purwakarta, Jawa Barat: 219.500 meter persegi
  
   Cikopo, Campaka, Purwakarta, Jawa Barat: 3.678.140 meter persegi
  
   Situbondo, Jawa Timur: 479,6 hektare
  
   Tanah di Jalan Cempaka Putih Raya No. 1, Jakarta Timur
  
   Jalan Simprug Golf XVI No. 36, Jakarta Selatan.
  
   Jalan Tanjung 29, Jakarta Pusat: 1.130 meter persegi 
  
   Tarogong Kecil, Pondok Pinang, Jakarta Selatan: 1.118 meter persegi

  Rekening Bank

    
   Rekening di Bank of America Beverly Hills Main 460 N Beverly Drive, Beverly 
Hills, California
  
   Dua rekening giro bank di BNI Jakarta Pusat 

  Saham

  Kepemilikan 99,9 % saham Asriland

  Penyertaan melalui Asriland:

        
    PT Bumi Kusuma Prima: 55 %
PT Global Mediacom Tbk (PT Bimantara Citra): 13,82 %
  Penyertaan Bimantara

    
   PT Media Nusantara Citra Tbk: 70 %
  
   PT Mobile-8 Telecom Tbk: 60,76 % 
  
   PT Indonesia Air Transport Tbk: 79,81 %
  
   PT Plaza Indonesia Realty Tbk: 18,29 %
  
   PT Rajawali Citra Televisi Indonesia: 69,82 %
  
   PT Elektrindo Nusantara: 51 %
  
   PT Trans Javagas Pipeline: 49 %
  
   PT Trihasra Bimanusa Tunggal: 35 %
  
   PT Cardig Air: 50 %
  
   PT Bima Kimia Citra: 30 %
  
   PT Multi Nirotama Kimia: 40 %
  
   PT Nusadua Graha International: 36,56 %
  
   PT Duta Nusabina Lestari: 30 %
  
   PT Usaha Gedung Bimantara: 100 %
  
   PT. Citra International Finance & Investment Corporation: 55 % 
  
   PT Citra International Under-writers: 55 %
  
   PT Jasa Angkasa Semesta: 25,50 %
  
   PT Plaza Nusantara Realty: 13,5 %
  
   PT Serasi Tunggal Karya: 7 %
  
   PT Polychem Undo: 60 %

  PT Bukit Sentul Tbk.

    
   PT Gemini Sinar Perkasa: 65 %
  
   PT Javalas Artha Asri: 99,99 %
  
   PT Andromeda Sekuritas: 33,33 %
  
   PT Asri Pelangi Nusa: 96 %
  
   PT Bhakti Investama Tbk.: 0,59 %
  
   PT Tugure: 20 %
  
   PT Asia Pacific Petroleum Refinery Indonesia: 2.500 saham
  
   PT Kapsulindo Nusantara: 63 %
  
   PT Binajasa Hantarindo: 70 %
  
   PT Herwindo Rintis: 35 % 
  
   PT Bina Cakra Niaga: 45 %

  Penyertaan Bina Cakra:

    
   PT Hyundai Indonesia: 99,74 %
  
   PT Kawasaki Motor Indonesia: 7,5 %
  
   PT Citrakarya Pranata: 70 %
  
   PT Senantiasa Makmur: 10 %

  Saham melalui pihak ketiga:

    
   PT Panji Rama Otomotif: 1.050 saham melalui Djoko Leksono Sugiarto
  
   PT Bina Cakra Niaga: 45 % melalui Abraxas Capital Limited II
  
   PT Asri Wahana Intinusa melalui Junanda Puce Syarfuan dan Aziz Mochtar
  
   PT Kekar Plastindo melalui Anas Bahfen
  
   PT Dinamika Bahari Sejahtera melalui Bimmy Indrawan Tjahja dan Sugeng 
Tunggono
  
   PT Binajasa Hantarindo melalui Bob Hippy
  
   PT Javalas Artha Asri melalui Bambang Wibowo
  
   PT Grandauto Dinamika melalui Djoko Leksono Sugiarto
  
   Brinkley Associates Ltd
  
   PT Karang Agung Asri: 70 %
  
   PT Cilegon Saran Industria: 25 %
  
   PT Cilegon Centra Petrokemin: 25 %
  
   PT Pacific Tribina Petrokimia: 25 %
  
   PT Asri Safari Bali: 100 %
  
   PT Asri Sentra Citraindo: 100 %
  
   PT Zaman Bangun Perwita: 100 %
  
   PT Cipta Bintani Megah: 50 %
  
   PT Mutiara Citra Jayasanti: 60 %

  Penyertaan lainnya: 

    
   PT Dutarendra Mulia Sejahtera: 20 %
  
   PT Karunia Alam Abadi: 43 %
  
   PT Kresna Sarana Media: 60 %
  
   Berita Yudha Press: 51 %
  
   PT Kapsulindo Nusantara: 62,75 %
  
   PT Lamicitra Nusantara
  
   PT Laksana Citra Nusantara
  
   PT Graha Tama Wisesa: 50 %
  
   PT Adipuri Inti Satya: 10 %
  
   PT Panen Lestari Internusa
  
   PT ITCIKU
  
   PT Tugu Reasuransi Indonesia: 20 %
  
   PT Citra Marga Nusaphala Persada Tbk
  
   PT Bhuwanatala Indah Permai Tbk
  
   PT Cardig Lep Internasional: 45 % melalui Cardig Air
  
   PT Batamindo Investment Cakrawala (BIC): 50 % melalui Herwindo
  
   PT Batamindo Executive Village: 60 % melalui BIC
  
   Private Holding Ltd

-- 
Kind regards,
Sulistiono Kertawacana








  
---------------------------------
  Never miss a thing. Make Yahoo your homepage.   

                         

       
---------------------------------
Looking for last minute shopping deals?  Find them fast with Yahoo! Search.

Kirim email ke