kemungkinan mah selalu ada (berdasarkan ilmu statistika) betul pan kang tyo?
2008/5/6 Sulistiono Kertawacana <[EMAIL PROTECTED]>: > Mungkinkah akan ada Hugo Chavez versi Indonesia di 2009? hehehe > > Kind regards, > Sulistiono Kertawacana > > > > Furqon Azis wrote: > > Apakah Pak Harto mengambil kebijakan-kebijakan yang sangat salah sehingga > "keberhasilan" pembangunan ekonomi yang didengung-dengungkan itu buat saya > (dan saya yakin juga buat sangat banyak orang lainnya) adalah semu atau > palsu ! > > Sebagai Presiden dengan sistem presidensiil, tanggung jawab terakhir > memang ada pada pundak Presiden. Tetapi secara substantif Pak Harto tidak > paham tentang ekonomi. Karena itu yang menjadi krusial adalah memilih > orang-orang yang tepat. Tepatkah pilihan Pak Harto yang jatuh pada para > ekonom dari kelompok Berkeley Mafia ? > > Menurut saya bukan hanya salah, inilah malapetaka yang paling besar. Sri > Sultan Hemengkubuwono IX dan Adam Malik yang mengawal mereka dalam pertemuan > pertama dengan kekuatan-kekuatan internasional, yaitu pertemuan di Jenewa di > bulan November tahun 1967 juga tidak bisa disalahkan sepenuhnya atas dasar > keawaman mereka dalam bidang ekonomi. > > *SEJARAH KEBIJAKAN EKONOMI OLEH BERKELEY MAFIA* > > Marilah sekarang kita telusuri bagaimana kronologi atau urut-urutan > kejadiannya? Yang saya kemukakan bukan temuan dan pendapat saya, tetapi > temuan dan pendapat orang-orang Inggris dan Amerika. Ceriteranya adalah > sebagai berikut. > > Izinkan saya sekarang mengutip observasi dari seorang wartawan terkemuka > berkewarganegaraan Australia yang bermukim di Inggris, yaitu John Pilger > yang membuat film dokumenter tentang Indonesia dan juga telah dibukukan > dengan judul : "The New Rulers of the World". Dua orang lainnya adalah Prof. > Jeffrey Winters, guru besar di North Western University, Chicago dan Dr. > Bradley Simpson yang meraih gelar Ph.D. dengan Prof. Jeffrey Winters sebagai > promotornya. Yang satu berkaitan dengan yang lainnya, karena beberapa bagian > penting dari buku John Pilger mengutip temuan-temuannya Jeffrey Winters dan > Brad Simpson. > > Sebelum mengutip hal-hal yang berkaitan dengan Indonesia, saya kutip > pendapatnya John Pilger tentang Kartel Internasional dalam penghisapannya > terhadap negara-negara miskin. > > Saya kutip : > *"Dalam dunia ini, yang tidak dilihat oleh bagian terbesar dari kami > yang hidup di belahan utara dunia, cara perampokan yang canggih telah > memaksa lebih dari sembilan puluh negara masuk ke dalam program penyesuaian > struktural sejak tahun delapan puluhan, yang membuat kesenjangan antara kaya > dan miskin semakin menjadi lebar. Ini terkenal dengan istilah "nation > building" dan "good governance" oleh "empat serangkai" yang mendominasi > World Trade Organisation (Amerika Serikat, Eropa, Canada dan Jepang), dan > triumvirat Washington (Bank Dunia, IMF dan Departemen Keuangan AS) yang > mengendalikan setiap aspek detil dari kebijakan pemerintah di negara-negara > berkembang. Kekuasaan mereka diperoleh dari utang yang belum terbayar, yang > memaksa negara-negara termiskin membayar $ 100 juta per hari kepada para > kreditur barat. Akibatnya adalah sebuah dunia, di mana elit yang lebih > sedikit dari satu milyar orang menguasai 80% dari kekayaan seluruh umat > manusia."* > Saya ulangi sekali lagi paragraf yang sangat relevan dan krusial, yaitu > yang berbunyi : > > *"Their power derives largely from an unrepayable debt that forces the > poorest countres...."* atau "Kekuatan negara-negara penghisap didasarkan > atas utang besar yang tidak mampu dibayar oleh negara-negara target > penghisapan." > > John Pilger mengutip temuan, pernyataan dan wawancara dengan Jeffrey > Winters maupun Brad Simpson. Jeffrey Winters dalam bukunya yang berjudul > "Power in Motion" dan Brad Simpson dalam disertasinya mempelajari > dokumen-dokumen tentang hubungan Indonesia dan dunia Barat yang baru saja > menjadi tidak rahasia, karena masa kerahasiaannya menjadi kadaluwarsa. > > Saya kutip halaman 37 yang mengatakan : > *"Dalam bulan November 1967, menyusul tertangkapnya 'hadiah terbesar', > hasil tangkapannya dibagi. The Time-Life Corporation mensponsori konferensi > istimewa di Jenewa yang dalam waktu tiga hari merancang pengambil-alihan > Indonesia. Para pesertanya meliputi para kapitalis yang paling berkuasa di > dunia, orang-orang seperti David Rockefeller. Semua raksasa korporasi Barat > diwakili : perusahaan-perusahaan minyak dan bank, General Motors, Imperial > Chemical Industries, British Leyland, British American Tobacco, American > Express, Siemens, Goodyear, The International Paper Corporation, US Steel. > Di seberang meja adalah orang-orangnya Soeharto yang oleh Rockefeller > disebut "ekonoom-ekonoom Indonesia yang top". > > "Di Jenewa, Tim Sultan terkenal dengan sebutan 'the Berkeley Mafia', > karena beberapa di antaranya pernah menikmati beasiswa dari pemerintah > Amerika Serikat untuk belajar di Universitas California di Berkeley. Mereka > datang sebagai peminta-minta yang menyuarakan hal-hal yang diinginkan oleh > para majikan yang hadir. Menyodorkan butir-butir yang dijual dari negara dan > bangsanya, Sultan menawarkan : …… buruh murah yang melimpah….cadangan besar > dari sumber daya alam ….. pasar yang besar."* > Di halaman 39 ditulis : *"Pada hari kedua, ekonomi Indonesia telah > dibagi, sektor demi sektor. 'Ini dilakukan dengan cara yang spektakuler' > kata Jeffrey Winters, guru besar pada Northwestern University, Chicago, yang > dengan mahasiwanya yang sedang bekerja untuk gelar doktornya, Brad Simpson > telah mempelajari dokumen-dokumen konperensi. 'Mereka membaginya ke dalam > lima seksi : pertambangan di satu kamar, jasa-jasa di kamar lain, industri > ringan di kamar lain, perbankan dan keuangan di kamar lain lagi; yang > dilakukan oleh Chase Manhattan duduk dengan sebuah delegasi yang mendiktekan > kebijakan-kebijakan yang dapat diterima oleh mereka dan para investor > lainnya. Kita saksikan para pemimpin korporasi besar ini berkeliling dari > satu meja ke meja yang lain, mengatakan : ini yang kami inginkan : ini, ini > dan ini, dan mereka pada dasarnya merancang infra struktur hukum untuk > berinvestasi di Indonesia. Saya tidak pernah mendengar situasi seperti itu > sebelumnya, di mana modal global duduk dengan para wakil dari negara yang > diasumsikan sebagai negara berdaulat dan merancang persyaratan buat masuknya > investasi mereka ke dalam negaranya sendiri. > > Freeport mendapatkan bukit (mountain) dengan tembaga di Papua Barat (Henry > Kissinger duduk dalam board). Sebuah konsorsium Eropa mendapat nikel Papua > Barat. Sang raksasa Alcoa mendapat bagian terbesar dari bauksit Indonesia. > Sekelompok perusahaan-perusahaan Amerika, Jepang dan Perancis mendapat > hutan-hutan tropis di Sumatra, Papua Barat dan Kalimantan. Sebuah > undang-undang tentang penanaman modal asing yang dengan buru-buru disodorkan > kepada Soeharto membuat perampokan ini bebas pajak untuk lima tahun lamanya. > Nyata dan secara rahasia, kendali dari ekonomi Indonesia pergi ke Inter > Governmental Group on Indonesia (IGGI), yang anggota-anggota intinya adalah > Amerika Serikat, Canada, Eropa, Australia dan, yang terpenting, Dana Moneter > Internasional dan Bank Dunia."* > *John Perkins* > > Benarkah sinyalemen John Pilger, Joseph Stiglits dan masih banyak ekonom > AS kenamaan lainnya bahwa utanglah yang dijadikan instrumen untuk > mencengkeram Indonesia ? > > Dalam rangka ini, izinkankanlah saya mengutip buku yang menggemparkan. > Buku ini ditulis oleh John Perkins dengan judul : "The Confessions of an > Economic Hitman", atau "Pengakuan Seorang Perusak Ekonomi". Buku ini > tercantum dalam New York Times bestseller list selama 7 minggu. Saya kutip > sambil menterjemahkannya ke dalam bahasa Indonesia sebagai berikut. > > Halaman 12 : *"Saya hanya mengetahui bahwa penugasan pertama saya di > Indonesia, dan saya salah seorang dari sebuah tim yang terdiri dari 11 orang > yang dikirim untuk menciptakan cetak biru rencana pembangunan pembangkit > listrik buat pulau Jawa."* Halaman 13 : *"Saya tahu bahwa saya harus > menghasilkan model ekonomterik untuk Indonesia dan Jawa. Saya mengetahui > bahwa statistik dapat dimanipulasi untuk menghasilkan banyak kesimpulan, > termasuk apa yang dikehendaki oleh analis atas dasar statistik yang > dibuatnya."* Halaman 15 : *"Pertama-tama saya harus memberikan > pembenaran (justification) untuk memberikan utang yang sangat besar > jumlahnya yang akan disalurkan kembali ke MAIN (perusahaan konsutan di mana > John Perkins bekerja) dan perusahan-perusahaan Amerika lainnya (seperti > Bechtel, Halliburton, Stone & Webster, dan Brown & Root) melalui penjualan > proyek-proyek raksasa dalam bidang rekayasa dan konstruksi. Kedua, saya > harus membangkrutkan negara yang menerima pinjaman tersebut (tentunya > setelah MAIN dan kontraktor Amerika lainnya telah dibayar), agar negara > target itu untuk selamanya tercengkeram oleh kreditornya, sehingga negara > pengutang (baca : Indonesia) menjadi target yang empuk kalau kami > membutuhkan favours, termasuk basis-basis militer, suara di PBB, atau akses > pada minyak dan sumber daya alam lainnya."* Halaman 15-16 : *"Aspek yang > harus disembunyikan dari semua proyek tersebut ialah membuat laba sangat > besar buat para kontraktor, dan membuat bahagia beberapa gelintir keluarga > dari negara-negara penerima utang yang sudah kaya dan berpengaruh di > negaranya masing-masing. Dengan demikian ketergantungan keuangan negara > penerima utang menjadi permanen sebagai instrumen untuk memperoleh kesetiaan > dari pemerintah-pemerintah penerima utang. Maka semakin besar jumlah utang > semakin baik. Kenyataan bahwa beban utang yang sangat besar menyengsarakan > bagian termiskin dari bangsanya dalam bidang kesehatan, pendidikan dan > jasa-jasa sosial lainnya selama berpuluh-puluh tahun tidak perlu masuk dalam > pertimbangan."* Halaman 15 : *"Faktor yang paling menentukan adalah > Pendapatan Domestik Bruto (PDB). Proyek yang memberi kontribusi terbesar > terhadap pertumbuhan PDB harus dimenangkan. Walaupun hanya satu proyek yang > harus dimenangkan, saya harus menunjukkan bahwa membangun proyek yang > bersangkutan akan membawa manfaat yang unggul pada pertumbuhan PDB."* Halaman > 16 : *"Claudia dan saya mendiskusikan karakteristik dari PDB yang > menyesatkan. Misalnya pertumbuhan PDB bisa terjadi walaupun hanya > menguntungkan satu orang saja, yaitu yang memiliki perusahaan jasa publik, > dengan membebani utang yang sangat berat buat rakyatnya. Yang kaya menjadi > semakin kaya dan yang miskin menjadi semakin miskin. Statistik akan > mencatatnya sebagai kemajuan ekonomi."* Halaman 19 : *"Sangat > menguntungkan buat para penyusun strategi karena di tahun-tahun enam puluhan > terjadi revolusi lainnya, yaitu pemberdayaan perusahaan-perusahaan > internasional dan organisasi-organisasi multinasional seperti Bank Dunia dan > IMF."* > Bab tiga khusus tentang Indonesia dengan judul : "Indonesia, pelajaran > buat Penghancur Ekonomi". > > Halaman 21 : *"Prioritas dari kebijakan luar negeri Amerika Serikat ialah > supaya Suharto melayani Washington seperti yang dilakukan oleh Shah Iran. AS > juga mengharapkan bahwa Indonesia akan menjadi model buat negara-negara di > sekitarnya. Washington mendasarkan sebagian dari strateginya pada asumsi > bahwa manfaat yang diperoleh dari Indonesia akan mempunyai dampak positif > pada seluruh dunia Islam, terutama di Timur Tengah yang eksplosif. Dan kalau > itu tidak cukup, Indonesia mempunyai minyak. Tidak seorangpun yang > mengetahui dengan pasti tentang besarnya dan kualitas dari cadangan > minyaknya, tetapi para akhli seismologi sangat antusias tentang kemungkinan > - kemungkinannya."* Halaman 28 : *"Akhirnya kepada kami diberikan > keanggotaan dari Bandung Golf & Racket Club yang ekslusif, dan kami bekerja > dalam kantor cabang Bandung dari Perusahaan Umum Listrik Negara (PLN), > perusahaan listrik yang dimiliki oleh pemerintah."* > Dari sanalah John Perkins dengan Tim-nya beroperasi, yang didukung > sepenuhnya oleh para anak bangsa yang menjadi pengkhianat terhadap rakyat > dan bangsanya sendiri. > > Oleh Kwik Kian Gie > > >