---------------------------- Original Message 
----------------------------
Subject: [WalhiNews] [Siaran Pers WALHI] 31/10 jelang
tim terpadu,ahli 
ttg
CSIRO+WHO From:    "Estee-FoE Indonesia-WALHI"
<[EMAIL PROTECTED]>
Date:    Sun, October 31, 2004 8:51 am
To:      Recipient list suppressed
--------------------------------------------------------------------------



Lembar Info Media: Minggu, 31 Oktober 2004

WALHI-Friends of the Earth Indonesia
Jaringan Advokasi Tambang (JATAM)

Menjelang laporan Tim Terpadu Buyat, para ahli bicara
soal laporan 
CSIRO 
dan WHO

Jakarta, 31 Oktober 2004 – WALHI-Friends of the Earth
Indonesia dan 
Jaringan Advokasi Tambang (JATAM) hari ini menyambut
baik kabar bahwa 
Tim 
Terpadu yang dibentuk Kementrian Lingkungan Hidup akan
segera 
mengeluarkan
 laporannya [1]. Laporan Tim Terpadu ini bertujuan
mengakhiri semua 
kebingungan tentang dugaan pencemaran Teluk Buyat oleh
perusahaan 
tambang 
raksasa Amerika Serikat, Newmont.

P.Raja Siregar, peneliti WALHI-FoE Indonesia yang juga
tergabung dalan 
tim
 ini mengatakan:
"Penelitian Tim Terpadu sejauh ini merupakan
penelitian yang paling
lengkap  dan menyeluruh. Penelitian mencakup aspek
fisika, kimia, 
biologi
termasuk  hubungannya dengan kualitas lingkungan di
teluk dan potensi
dampak pada  kehidupan laut dan manusia. Ruang lingkup
penelitian 
seluas
ini belum  pernah dilakukan oleh studi-studi
terdahulu. Laporan ini 
akan
memperlihatkan kondisi sesungguhnya dari teluk dan
warga setempat, 
serta 
sumber yang mengakibatkan pencemaran.”

Siti Maimunah, Koordinator JATAM menambahkan:
"Kerja tim dan hasil yang akan keluar, yang didalamnya
termasuk 
analisis 
potensi penegakan hukum untuk kasus ini, merupakan
hasil upaya resmi 
dan 
multipihak, termasuk pemerintah Indonesia, kalangan
LSM, dan Newmont. 
Tim 
ini telah melewati proses yang sulit namun produktif
dalam upaya
penyelidikan dugaan pencemaran ini. Kami berharap
hasilnya akan 
mengakhiri
 semua kebingungan yang terjadi di media dan di
tingkat publik atas 
kasus 
ini sebagai akibat dari publikasi humas Newmont dan
laporan sepihak 
yang 
menyesatkan tertanggal 14 Oktober dari mantan Menteri
Lingkungan Hidup 
Nabiel Makarim."

Tim Terpadu merupakan tim resmi yang bersifat
multipihak yang dibentuk
awal  Agustus 2004 sebagai inisiatif pemerintah untuk
menyelidiki dan
menangani  masalah kesehatan yang diduga diakibatkan
oleh pencemaran
Newmont di Teluk  Buyat. Sejak Agustus, tim ini telah
mengumpulkan 
tidak
kurang dari 200  sampel –lebih banyak dari penelitian
lain- dan menguji
serta
mendiskusikannya dengan melibatkan semua anggota tim.

Para ahli internasional bicara soal laporan CSIRO dan
WHO
Menjelang keluarnya laporan Tim Terpadu Buyat minggu
depan, ilmuwan dan 
ahli medis dari Australia dan Amerika Serikat
mengkritisi klaim Newmont 
di
 media yang menyatakan bahwa operasi pembuangan limbah
tailingnya 
dianggap
 tidak bermasalah berdasarkan studi penelitian dari
WHO/Institut 
Minamata 
[2] dan badan penelitian Australia CSIRO.

"Data CSIRO jelas menunjukkan bahwa jutaan ton limbah
tambang 
(tailings) 
Newmont di Teluk Buyat merupakan sumber logam beracun
yang terus 
menerus,”
 kata Dr. Alan Tingay, ahli lingkungan dengan
pengalaman bertahun-tahun 
sebagai konsultan bidang pertambangan.

Berbicara dari pusat pertambangan Australia di Perth,
Dr. Tingay
melanjutkan; “Meski masih belum jelas apakah Newmont
merupakan sumber 
masalah kesehatan akibat bertahun-tahun pembuangan
limbahnya berjalan, 
bagaimanapun juga, Newmont saat ini perlu menentukan
bagaimana mereka
dapat  menghentikan pelepasan zat-zat beracun ini ke
dalam teluk yang
menjadi  menjadi sandaran hidup masyarakat.” [3: Untuk
keterangan lebih
lanjut,  lihat lampiran kritik selengkapnya atas
laporan CSIRO]

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) di Indonesia bersama
Institut Penyakit 
Minamata di Jepang melakukan investigasi yang
dipublikasikan pada 
tanggal
8  September 2004. Newmont merujuk temuan laporan WHO
sebagai bukti 
bahwa 
Teluk Buyat tidak tercemar. Namun, staf dari WHO telah
menyatakan bahwa 
penelitian WHO dilakukan hanya untuk  tujuan spesifik
melihat apakah 
warga
 menderita penyakit Minamata seperti yang disebut di
beberapa media 
nasional, hingga studi ini tidak dengan serta merta
dapat dianggap 
sebagai
 studi mendalam untuk melihat kondisi umum lingkungan
atau kesehatan 
masyarakat.

"Newmont terburu-buru mengumumkan bahwa mereka tidak
bersalah," tulis
David  Silver, M.D., assisten profesor klinis di
Departemen Pengobatan
Preventif  dan Biometrik (Department of Preventive
Medicine and
Biometrics),  Universitas Colorado, Amerika Serikat
setelah kunjungan
langsungnya  baru-baru ini ke Teluk Buyat dan lokasi
tambang.

"Saya sendiri mengamati langsung pada kunjungan
baru-baru ini ke Teluk 
Buyat, tak perlu diperdebatkan lagi bahwa warga
setempat yang minum 
air, 
mandi dan menangkap ikan disana jelas menderita
berbagai masalah 
kesehatan
 yang kronis. Tidak seharusnya kita mencoret
kemungkinan bahwa, paparan 
jangka panjang terhadap zat-zat kimia yang umumnya
ditemukan dalam 
limbah 
tambang­arsen, antimon, cadmium, sianida, seng, timah,
tembaga, dan 
nikel--, walaupun dalam kadar yang rendah, dapat
berkontribusi pada
masalah  kesehatan penduduk desa,” kata Dr. Silver 
menyimpulkan.[selesai]

--------------------

CATATAN UNTUK EDITOR:
[1] Press Release Tim Teknis Penanganan Kasus Buyat,
27 Okt 04 tersedia 
di
 situs  Kementrian Lingkunga Hidup di
<http://www.menlh.go.id/>http://www.menlh.go.id/

[2] Untuk keterangan soal tujuan dan cakupan studi
WHO/Tim Minamata, 
hubungi anggota tim penelitian tersebut:  Jan A.
Speets (Penasihat 
Kesehatan Lingkungan) dan staf lainnya di kantor WHO,
Jakarta , telp 
(021)
 520 4349

[3] Kritik mendalam terhadap laporan CSIRO terlampir
dan juga bisa 
didapatkan di website WALHI
<http://www.walhi.or.id/kampanye/tambang/buanglimbah/041031_kritikcsiro_li/>http://www.walhi.or.id/kampanye/tambang/buanglimbah/041031_kritikcsiro_li/

·         Laporan CSIRO dapat didapatkan dengan
menghubungi Estee via 
email: <mailto:[EMAIL PROTECTED]>[EMAIL PROTECTED]
·         Laporan WHO/Minamata tersedia di:
<http://www.menlh.go.id/>http://www.menlh.go.id/


Mineral Policy Institute, Australia ([EMAIL PROTECTED])

Kritik terhadap
Studi Monitoring Lingkungan Teluk Buyat yang dilakukan
CSIRO [1]
  atas permintaan PT Newmont Minahasa Raya (2004)

31 Oktober 2004


Keberadaan studi CSIRO diketahui publik setelah adanya
liputan tentang 
pencemaran di Teluk Buyat oleh koran Amerika Serikat,
New York Times. 
Newmont merujuk ke penelitian CSIRO dalam siaran
persnya yang 
dikeluarkan 
keesokan harinya berjudul "Newmont Responds to New
York Times" (Sept 8, 
2004). Di dalamnya, Newmont mengklaim bahwa studi
CSIRO menunjukkan tak
ada  pencemaran di Teluk Buyat. Kemudian studi ini
juga terus menerus
dikutip  dalam iklan-iklan Newmont di berbagai media
cetak nasional.
Berikut kritik  ilmiah terhadap studi CSIRO tersebut
yang disusun oleh
Mineral Policy  Institute, Australia [2].

1. Hasil Studi CSIRO mengindikasikan adanya pencemaran
oleh tailing
Newmont  pada tingkatan yang beracun (berbahaya)

1.1 Ditemukan logam berat berbahaya Arsen dan Antimon
dalam sediment 
Teluk
 Buyat dengan tingkat yang melampaui acuan
internasional (international 
guideline)

Acuan kualitas lingkungan laut di Australia, Amerika
Serikat, dan 
Canada 
menunjukkan konsentrasi logam berat pada sedimen dasar
laut, yang 
apabila 
dilampaui maka dampak lingkungan sangat mungkin
terjadi. Acuan sedimen 
di 
dasar laut yang diterapkan di Australia/Selandia Baru
untuk arsen 
berkisar
 antara 20 ppm (rendah) sampai 70 ppm (tinggi). Tak
jauh berbeda, acuan 
US
 dan Canada mengidentifikasi konsentrasi untuk arsen
dalam sedimen 
dasar 
laut dimana dampak beracun sangat mungkin terjadi
(Probable Effects 
Level)
 pada tingkat 42 ppm. Tingkat kandungan arsen alami
(yang ada di alam)
yang  diukur oleh CSIRO di titik-titik penelitian di
dekat lokasi Teluk
Buyat  namun tidak terkena dampak limbah tambang
adalah di bawah
konsentrasi 42  ppm ini.

Namun, hasil penelitian sampel yang diambil CSIRO di
Teluk Buyat di 
titik-titik yang paling terkena dampak tailing Newmont
menunjukkan 
kandungan arsen yang luar biasa tinggi yaitu 678 ppm,
491 ppm dan 466 
ppm.
 Ditambah lagi, laporan studi CSIRO ini juga
menyatakan bahwa 
pengawasan 
lingkungan oleh Newmont sendiri ternyata menunjukkan
tingkat kandungan 
arsen yang sedemikian tinggi hingga mencapai 1190 ppm.
Maka, 
temuan-temuan
 CSIRO sesungguhnya menunjukkan bahwa sedimen di dasar
Teluk Buyat 
telah 
terkontaminasi oleh limbah tambang (tailing) dengan
kandungan arsen 
yang 
mencapai 10 sampai 20 kali lipat lebih tinggi dari
acuan sedimen dasar
laut  Australia/Selandia Baru serta acuan ambang batas
yang mungkin
menimbulkan  dampak beracun [Probable (toxic) Effects
Level] yang
diterapkan oleh US dan  Canada.

Hasil yang tak jauh berbeda juga ditemukan untuk
kandungan antimon 
dalam 
sedimen dasar laut Teluk Buyat. Antimon adalah salah
satu logam berat 
beracun yang terkandung dalam limbah tambang Newmont.
Acuan konsentrasi 
antimon dalam sedimen dasar laut yang diterapkan di
US/Canada adalah 9 
ppm
 sedangkan acuan di Australia/Selandia Baru sebesar 25
ppm.

Studi CSIRO menemukan kandungan antimon pada tingkatan
255 ppm, 208 ppm
dan  188 ppm di titik-titik penelitian di Teluk Buyat
yang paling 
terpapar
 tailing. Sedangkan kandungan antimon alami sejumlah
20 ppm ditemukan 
pada
 titik-titik penelitian lainnya. Studi CSIRO juga
menyatakan bahwa 
Newmont
 sendiri pernah menemukan kandungan antimon sedemikian
tinggi hingga 
mencapai jumlah 1330 ppm dan 1160 ppm. Maka,
temuan-temuan CSIRO
sesungguhnya menunjukkan bahwa sedimen di dasar Teluk
Buyat telah 
terkontaminasi oleh Antimon yang berasal dari limbah
tambang Newmont 
yang 
mencapai kira-kira 10 kali lipat lebih tinggi daripada
acuan 
konsentrasi 
antimon yang diterapkan US/Canada dan
Australia/Selandia Baru.


1.2 Logam Berat Beracun yang terkandung dalam limbah
tambang (tailing) 
terus dibuang ke lingkungan.

CSIRO mengumpulkan sampel air dan membandingkan
kandungan logam berat 
pada
 berbagai kedalaman sebelum mencapai dasar laut Teluk
Buyat. Misalnya,
pada  titik penelitian B di Teluk Buyat, pada 9 meter
sebelum dasar 
laut,
CSIRO  menemukan kandungan arsen 2,5 kali lebih tinggi
daripada 
kandungan
yang  ditemukan pada 14 meter sebelum dasar laut.
Sedangkan merkuri 
dalam
air  laut pada 9 meter sebelum dasar laut menunjukkan
angka 10 kali 
lipat
lebih  tinggi dibandingkan konsentrasi merkuri yang
ditemukan pada 14
meter  sebelum dasar laut.

Dalam hal ini terlihat korelasi yang mencengangkan –
semakin dekat 
kedalaman lokasi sampel dengan tailing di dasar laut,
semakin tinggi 
pula 
kandungan logam berat beracun seperti arsen. Ini
merupakan temuan yang 
penting karena Newmont selama ini telah menyatakan
bahwa logam berat 
dalam
 tailing tidak dapat terlarut secara signifikan dan
bukan merupakan 
sumber
 kontaminasi logam berat. Jadi data CSIRO
mengindikasikan bahwa jutaan 
ton
 tailing Newmont di Teluk Buyat sebenarnya terus
menerus melepaskan 
logam 
berat ke perairanTeluk Buyat, sebuah situasi yang
diakui dalam 
paragraph 
pertama, halaman 20 studi CSIRO.

2. Studi CSIRO cacat.
Proses laboratorium CSIRO memang sangat terkini,
sebagian besar dokumen 
studi dipenuhi dengan gambaran metode pengambilan
sampel dan
prosedur-prosedur analitis. Namun, perhatian dan
ketelitian yang sama 
sayangnya ternyata tidak diterapkan pada rencana
pengambilan sampel, 
pembahasan, dan juga bagian terpenting yaitu
kesimpulan dan ringkasan 
umum
 (executive summary) studi.

2.1 Ketidaklengkapan dalam studi CSIRO.
* Bagian pembukaan (introduction) sebanyak setengah
halaman sama sekali 
tidak mencukupi sebagai penjelasan latar belakang
mengenai bijih (ore 
body
 ), pertambangan, ekstraksi emas dan pemrosesan
limbah. Studi CSIRO 
sebenarnya memulai dengan pernyataan yang menyesatkan,
yaitu “operasi 
tambang berakhir pada Oktober 2001” ("mining ceased in
October 2001"). 
Pengerukan memang berakhir pada bulan tersebut, namun
yang lazimnya 
dipahami orang sebagai operasi pertambangan, yaitu
pemrosesan bijih dan 
pembuangan limbah tambang terus berlanjut sampai tiga
tahun kemudian 
yakni
 akhir Agustus 2004.

* Tidak disebutkan kuantifikasi tingkat pembuangan
tailing (yang
sesungguhnya lebih dari 2,000 ton/hari) ataupun total
volume limbah 
yang 
dibuang ke Teluk Buyat (dalam hitungan jutaan meter
kubik). Padahal 
faktor-faktor ini sangat penting sekali untuk rencana
pengambilan 
sampel 
yang tepat. Kontaminasi jaringan makanan oleh logam
berat seperti arsen 
merupakan proses yang bertahap dan terus berlanjut,
selama logam berat 
pencemarnya tetap berada dalam Teluk Buyat. Studi
CSIRO tidak cukup 
mempertimbangkan kuantitas dan kondisi masa depan
logam berat pada 
sedimen
 dalam beberapa tahun ke depan.

* Tidak disebutkan alasan (basis) yang jelas mengapa
CSIRO memutuskan
untuk  menganalisa pencemar-pencemar tertentu saja.
Studi ini
mempertimbangkan 5  logam berat ditambah arsen dan
sianida. Idealnya,
penentuan materi untuk  analisa seharusnya berdasarkan
komposisi bijih
mineral serta zat-zat kimia  yang digunakan dalam
limbah tambang. Jika
informasi tersebut tidak  tersedia, maka selayaknya
studi juga 
menganalisa
cadmium, chromium, lead  (timah), nikel dan zinc.

* Tidak ada pembahasan isu-isu penting dalam studi
CSIRO selain 
pernyataan
 'kekhawatiran masyarakat akan kontaminasi perairan
pesisir’ 
('community 
concerns about contamination of coastal waters').
Padahal sang 
perancang 
studi hendaknya menanyakan: apa kekhawatiran
masyarakat yang dimaksud – 
apakah kesehatan, pencemaran air, menurunnya jumlah
ikan, kematian 
ikan, 
penyakit, dan lain sebagainya. Sudah umumnya
kekhawatiran 
diidentifikasi 
terlebih dahulu karena tentunya menjadi dasar dari
rencana pengambilan
sampel.

* Jenis biota laut yang diteliti juga tidak
representatif. Rencana 
pengambilan sampel harusnya juga mempertimbangkan
ekologi spesies yang 
diteliti (terutama kemungkinan spesies tersebut
menetap dalam jangka 
waktu
 lama di Teluk Buyat, pola makan, dan jenis
makanannya), tingkat 
konsumsi 
dan faktor lainnya. Species yang selayaknya menjadi
target penelitian 
adalah species yang tinggal atau menetap di Teluk
Buyat, bukan yang 
hanya 
melewati perairan. Lokasi dimana ikan ditangkap juga
seharusnya
didokumentasi, dan lebih baik lagi bila lokasi berada
di bawah 
pengawasan 
sehingga dapat dipastikan berasal dari daerah yang
terkena dampak.
Sebagian  kecil ikan dibeli di pasar lokal sehingga
menimbulkan
ketidakpastian apakah  ikan tersebut berasal dari
Teluk Buyat. Banyak
species laut yang memiliki  nilai ekologi penting yang
sangat 
menentukan
tidak diambil sebagai sampel,  seperti plankton yang
penting sekali
perannya dalam ekologi serta species  non-ikan yang
juga dimakan warga
seperti tiram pemakan-penyaring lumpur,  udang,
kepiting, dan 
sebagainya.
Maka, kesimpulan inti “tidak tercemar”  yang terdapat
pada halaman 43
tidak terbukti.

* Sampel-sampel ikan, sedimen, dan air yang
dikumpulkan dalam kurun 
waktu 
yang sedemikian terbatas, hanya 2 hari, tidak
memungkinkan
dipertimbangkannya  variabilitas musim dan cuaca baik
di darat 
(fluktuasi 
aliran sungai dan air tanah) maupun di laut (arus,
pasang, aksi
gelombang).  Padahal variabilitas tersebut sangat
berdampak pada 
fenomena
seperti  perpindahan sediment (sediment transport),
gangguan, dan 
tingkat
logam  terlarut dalam air tanah. Jadi pengambilan
sampel yang demikian
terbatas  tidak mencukupi untuk pengambilan kesimpulan
umum.

* Studi CSIRO hanya menggunakan sejumlah kecil lokasi
pengambilan 
sampel 
air laut di Teluk Buyat dan pengambilan sampel di
setiap lokasi 
dilakukan 
dalam kurun waktu yang sangat terbatas. Walhasil,
rancangan pengambilan 
sampel tidak memberi ruang untuk variabilitas.
Misalnya, di area
pembuangan  tailing hanya dilakukan pengambilan 3
sampel dari bagian 
atas,
tengah, dan  bawah kolom air laut di 3 titik (total 9
sampel) yang
kesemuanya
dikumpulkan dalam kurun waktu beberapa jam saja.
Berbagai sampel
seharusnya  diambil pada setiap kedalaman, pada
interval yang tetap 
dalam
kurun waktu  yang memadai, dan pada titik-titik yang
lebih banyak. 
Maka,
sampel yang  diambil CSIRO tidak mencukupi karena
hasil yang 
ditunjukkan
oleh sampel  tersebut tidak cukup untuk pengambilan
kesimpulan secara
umum.

* Begitu juga dengan sampel sedimen yang diambil
CSIRO. Jumlah sampel 
yang
 diambil di tiap titik sedikit sekali: 3 sampel untuk
lokasi limbah
tailing  dan hanya 1 sampel di setiap sungai, danau,
dan situs 
referensi.
Tak ada  ruang untuk variasi yang ditimbulkan oleh
ruang (spatial
variation).  Mungkin inilah sebabnya mengapa studi PT
NMR menunjukkan
tingkat kandungan  arsen, merkuri, antimon, dan zinc
yang jauh lebih
tinggi – sampel studi  CSIRO tidak mencukupi untuk
dapat menjelaskan
variasi sedemikian.
2.2 Pembahasan dan Kesimpulan yang tidak mencukupi
serta menyesatkan
Bahasa yang digunakan dalam ringkasan studi (executive
summary) CSIRO 
menutup-nutupi temuan-temuan yang sifatnya negatif.
Pada point 5 
ringkasan
 disebutkan: “pengkayaan arsen dan antimon yang
signifikan di area yang 
terkena dampak deposisi limbah tambang (tailing) di
Teluk Buyat”. 
(tertulis: “significant enrichment of arsenic and
antimony in the area 
affected by tailings deposition in Buyat Bay”).
Pembahasaan yang
diperhalus  ini menyesatkan dan tidak menyebutkan
keseriusan kondisi
pencemaran logam  berat yang melampaui acuan
internasional.

Studi CSIRO tidak sepenuhnya “independen”. Keberadaan
studi CSIRO baru 
diketahui publik setelah adanya liputan tentang
pencemaran di Teluk 
Buyat 
oleh koran Amerika Serikat, New York Times. Newmont
merujuk ke 
penelitian 
CSIRO dalam siaran persnya yang dikeluarkan pada
keesokan harinya yang 
berjudul "Newmont Responds to New York Times" (Sept 8,
2004). Kemudian, 
pada keesokan harinya, LSM internasional menghubungi
CSIRO untuk 
meminta 
salinan studi tersebut. Seminggu kemudian, baru CSIRO
merespon dengan 
menjelaskan bahwa studi mereka belum selesai, dan
Newmont telah 
mengutip 
sebagian data yang hanya membahas tentang sampel air
laut. Terlebih 
lagi 
CSIRO juga memberi indikasi bahwa ruang lingkup dan
hasil studi CSIRO
hanya  bisa dikeluarkan dengan ijin dari para
pengacara Newmont. 
Laporan
CSIRO  tersebut akhirnya dikirimkan secara resmi oleh
Newmont kepada
sebuah LSM  Amerika Serikat pada tanggal 28 October
2004.

Ilmuwan yang menjabat sebagai peneliti senior utama
dalam studi 
tersebut 
juga memiliki catatan pernah menjadi konsultan
pertambangan untuk 
tambang 
emas Porgera di Papua Nugini. Tambang tersebut, begitu
juga dengan 
tambang
 Ok Tedi di negara yang sama, termasuk dalam
segelintir tambang di 
dunia 
yang menerapkan metode destruktif pembuangan limbah
tambang langsung ke 
daerah aliran sungai.
Newmont yang mengutip studi CSIRO sebelum studi
tersebut selesai;
kurangnya  transparansi di pihak para peneliti; dan
hubungan bisnis
konsultan antara  peneliti CSIRO dan perusahaan
tambang yang menerapkan
pembuangan limbah  langsung ke laut dan sungai; cukup
untuk 
menyimpulkan
bahwa studi CSIRO  jauh dari “independen”. [selesai]


CATATAN:

[1] Commonwealth Scientific and Industrial Research
Organisation 
(CSIRO) 
yang berbasis di Australia
<http://www.csiro.au/>http://www.csiro.au/

[2] Kritik ini merupakan lampiran dari Lembar Info
Media yang berjudul:
Menjelang laporan Tim Terpadu Buyat, para ahli bicara
soal laporan 
CSIRO 
dan WHO, 31 Oktober 2004 yang dapat dilihat di
http://www.walhi.or.id/kampanye/tambang/buanglimbah/041031_csirowho_sp




                
__________________________________ 
Do you Yahoo!? 
Check out the new Yahoo! Front Page. 
www.yahoo.com 
 



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
$9.95 domain names from Yahoo!. Register anything.
http://us.click.yahoo.com/J8kdrA/y20IAA/yQLSAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih 
Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 
4. Posting: [EMAIL PROTECTED]
5. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
6. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
7. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Kirim email ke