http://www.gatra.com/artikel.php?id=51873 Adiguna Sutowo Si Bontot Dicibir Publik
Adiguna Sutowo (Dok. GATRA/Beawiharta) <http://www.gatra.com/images/gambar/139/66.jpg> MEMASUKI gerbang 2005, ketenaran Adiguna Sutowo sontak melesat melampaui nama kakaknya, Pontjo Sutowo, yang sudah lama berkibar di dunia usaha. Cuma, Adiguna bukan jadi pusat perhatian lantaran sukses bisnisnya, atau prestasinya di dunia balap mobil yang sempat diterjuninya. Hartawan glamor berusia 46 tahun, pemilik sejumlah perusahaan besar, itu justru kesandung perkara kriminal yang serius. Ia jadi tersangka pembunuh Yohanes Brachmans Haerudy Natong alias Rudy, pelayan Bar Fluid Club di hotel milik keluarganya, Jakarta Hilton International. Pembunuhan itu, jika benar, sangat tidak perlu terjadi, karena dipicu persoalan amat sepele. Keruan saja, antipati publik dengan cepat tersedot, menguruk popularitas Adiguna sebagai pebisnis sukses papan atas. Kasus ini memancing sentimen masyarakat. Maklum, karena menyangkut wong cilik dan si sugih. Cemoohan dan cibiran pun berhamburan, membumbui pembicaraan peristiwa di malam Tahun Baru itu. Asas praduga tak bersalah seperti tak berlaku lagi. Adiguna dicela karena dianggap angkuh dan menyepelekan nyawa orang kecil. Masyarakat yang telanjur emosional terpancing mengorek-ngorek pribadi anak bontot pengusaha besar almarhum Letnan Jenderal (purnawirawan) Ibnu Sutowo itu. Informasi miring pun berseliweran lewat pesan singkat (SMS), tanpa jelas asal-usulnya. Isunya macam-macam, mulai lagak Adiguna, bisnisnya, sampai para perempuan di sekeliling Adiguna. Satu di antara informasi yang beredar itu, seperti ditulis Detik.com, dan juga lewat SMS, menyebut Adiguna pernah berurusan dengan polisi, sekitar dua bulan lalu. Saat itu, ia dikabarkan menodongkan senjata kepada teman anak rocker Ahmad Albar. Tapi akhirnya ia bebas, setelah berdamai. Tidak ada bantahan atau pembenaran dari polisi. Kepala Divisi Humas Polri, Inspektur Jenderal Paiman, hanya bergumam pendek ketika ditanya para wartawan tentang kasus itu. "Terima kasih atas informasinya," kata Paiman, tak jelas maksudnya. Paiman seperti tak tertarik membicarakannya. Untuk mengonfirmasi kabar tersebut, wartawan Gatra Dessy Eresina Pinem menghubungi Ahmad Albar. Sayang, vokalis grup band Godbless itu menolak. Ia menyarankan Gatra menghubungi adiknya, penyanyi Camelia Malik. Tapi Camelia pun enggan bercerita panjang. "Ya, Adiguna tak sengaja menembak keponakan saya dengan senapan angin, dan hanya mengenai kupingnya," tutur istri aktor Harry Capry itu. Menurut Camelia, kasusnya hanya salah paham, dan sudah diselesaikan secara damai. "Keluarga Adiguna sudah meminta maaf, tak perlu diungkit lagi," katanya, menutup pembicaraan. Sas-sus lainnya menyerempet sekitar kehidupan pribadi Adiguna. Menurut kawan-kawan dekatnya, Adiguna menikahi Indri, temannya semasa duduk di SMA IV, Gambir, Jakarta Pusat, sekitar tahun 1977. Putri mantan ajudan Presiden Soeharto itu memberinya tiga anak. Adri, putra sulungnya, meninggal akibat kecelakaan lalu lintas di Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta Pusat, beberapa tahun lalu. Sekitar tahun 1990, Adiguna dikabarkan menikah lagi dengan Vika, keponakan Harrie Bharata, personel grup musik Baratha Band. Dari Vika, Adiguna memperoleh dua putra. Pernikahan kedua itu kabarnya kurang disetujui keluarga besar Ibnu Sutowo, dan karena itu Adiguna cenderung menutupinya dari publik. Peristiwa Hilton memunculkan nama baru: Tinul. Tak jelas apa hubungannya dengan Adiguna. Tapi dialah yang diduga cekcok dengan Rudy, pelayan Bar Fluid Club, pada malam Tahun Baru, yang berakhir dengan penembakan itu. Tak ada yang tahu pasti jati diri perempuan itu. Misteri Tinul masih sama kaburnya dengan duduk perkara penembakan itu sendiri. Hingga berita ini ditulis, Adiguna tetap menampik telah menembak Rudy. Di kalangan teman-teman dekatnya, Adiguna yang biasa dipanggil Guna dikenal sebagai sosok yang menyenangkan. "Saya sangat kaget mendengar kabar penembakan itu," kata Oman Raflies, yang mengaku tahu persis karakter Adiguna. Oman menjabat sebagai Sekretaris Jenderal Generasi Muda Forum Komunikasi Putra-putri Purnawirawan Indonesia (Gema FKPPI) pada 1998-2003, semasa Adiguna menjadi ketua umumnya. "Selama saya mengenal dia di organisasi, tak pernah terdengar cerita bahwa Guna suka marah, apalagi sampai menodongkan pistol," kata Oman. Ia bertutur, ketika memimpin Gema FKPPI, Adiguna sangat memperhatikan para anggotanya. Ia dikenal penolong. Mereka yang belum bekerja direkrut di unit-unit usahanya, sesuai dengan tingkat pendidikannya. "Guna juga tak segan mengeluarkan banyak biaya untuk kegiatan organisasi," tutur Oman. Kesan bagus juga disampaikan teman sekelas Adiguna semasa di SMA, Linda Djalil. Menurut dia, Adiguna sangat solider kepada teman-temannya, dan tak pernah bersikap kasar. "Orangnya murah hati dan pintar," kata mantan wartawan itu. Kebandelannya bahkan dikagumi teman-temannya. Menurut Linda, Adiguna kerap tidak masuk kelas karena berburu ke hutan-hutan bersama gengnya. "Tapi ia bisa mengejar ketertinggalan pelajaran dengan nilai melebihi teman-temannya yang rajin," ujar Linda, yang juga mengenal baik Indri, istri Adiguna. Teman sekolah Adiguna lainnya yang tak mau disebut namanya bercerita bahwa Adiguna sangat disayang orangtuanya, terutama oleh ibunya, Nyonya Zaleha. Di sekolah, Adiguna tampil sebagai anak borju yang wah. "Ke sekolah ia membawa Mercy sport, nyetir sendiri," kata sang teman. Siapa pun boleh nebeng pulang, tapi biasanya banyak yang turun di jalan karena ngeri. "Adiguna hobi ngebut dari dulu," ujarnya. Menurut dia, Adiguna disegani karena menyandang nama besar bapaknya, Ibnu Sutowo, bos besar Pertamina. "Siapa pun tak ada yang berani macam-macam," katanya. Nama Adiguna hingga tahun-tahun berikutnya memang lengket dengan sosok besar bapaknya, jenderal pengusaha itu. Adiguna, yang lahir di Jakarta pada 31 Mei 1958, punya enam kakak. Mereka adalah Nuraini Zaitun Kamarukmi Luntungan, Endang Utari Mokodompit, Widarti, Pontjo Nugroho Susilo, Sri Hartati Wahyuningsih, dan kakak terdekatnya, Handara. Setelah tamat SMA, Adiguna terbang ke Amerika Serikat, mendalami ilmu bisnis di University of Southern California. Begitu lulus pada 1981, ia mulai ikut mengelola bisnis keluarganya yang sudah menggurita. Kala itu, keluarga Sutowo sudah punya belasan perusahaan di bawah bendera Grup Nugra Santana. Anak perusahaannya, antara lain, PT Adiguna Shipyard yang mengelola galangan kapal, PT Adiguna Mesin Tani di bidang mekanisasi pertanian, dan PT Indobuild Co yang menguasai hak pengelolaan lahan di seputar Senayan. Keluarga Sutowo juga menguasai lima hotel kelas atas, yakni Jakarta Hilton International, Lagoon Tower Hilton, The Hilton Residence, Patra Surabaya Hilton, dan Bali Hilton. Selain menggeluti bisnis kelas berat, Adiguna juga mencoba menyalurkan hobinya di bidang otomotif dan olahraga menembak. Ia menjadi anggota Persatuan Menembak dan Berburu Seluruh Indonesia, serta menerjuni dunia balap. Pada awal dekade 1990, Adiguna berkibar di dunia pacu roda itu berpasangan dengan pereli andal Chepot Haniwiano. Selanjutnya, bersama teman-temannya di Ikatan Motor Indonesia, seperti Hutomo Mandala Putra, Soetikno Soedardjo, dan Onky Soemarno, ia mendirikan PT Mugi Rekso Abadi. Bisnisnya bergerak di dunia hiburan. Dengan modal Rp 8 milyar, mereka membangun Hard Rock Cafe. Adiguna berbakat dagang. Usaha mereka berkembang pesat hingga memiliki beberapa divisi usaha. Misalnya radio Hard Rock FM di Jakarta, Bandung, dan Bali, Zoom Bar & Lounge, i-Radio, MTV Radio, majalah Cosmo, Omni Chanel, dan IP Entertainment. "Beberapa tahun ini, Hard Rock Cafe menjadi salah satu pembayar pajak terbesar," kata Adiguna ketika diwawancarai Gatra, awal 1995. Kini Adiguna memegang jabatan kunci di sekitar 20 perusahaan besar, mulai direktur, presiden direktur, sampai presiden komisaris. PT Adiguna Mesintani, misalnya, kini merajai pasar mesin-mesin diesel besar di Indonesia. Mesin-mesin berkekuatan 500 hingga 10.000 tenaga kuda itu dipakai sebagai mesin pembangkit listrik di hotel-hotel, pabrik, bahkan di Perusahaan Listrik Negara. Pabriknya terletak di kawasan Cakung, Jakarta Timur. Adiguna juga memproduksi alat berat seperti Well Head & Christmas Tree, yang banyak dipakai dalam kegiatan pengeboran minyak lepas pantai. Di sektor jasa transportasi air, Adiguna punya PT Pelayaran Umum Indonesia, yang menyewakan kapal-kapal pengangkut barang-barang industri. Antara lain, ia memiliki tiga kapal tanker berkapasitas 35.000 ton, yang disewakan kepada Pertamina. Di bidang properti, Adiguna juga memiliki Four Seasons Hotel dan Four Seasons Apartment di Bali. Baru-baru ini, ia mengambil alih kepemilikan Regent Hotel di kawasan Kuningan, Jakarta, dan menggantinya dengan nama baru: Four Seasons Hotel. Di bidang farmasi, ia menjadi bos PT Suntri Sepuri yang memproduksi tablet, kapsul, dan sirup antibiotik Beta Laktam. Otomotif pun tetap jadi bagian bisnisnya. Ia berhasil, antara lain, menjadi pemegang dealership Ferrari dan Maserati, Mercedes-Benz, Harley Davidson, dan Ducati. Adiguna juga menggarap bisnis mainan anak-anak berteknologi tinggi, dengan menggandeng mitranya dari Jepang, Sega Corporation, perusahaan mainan anak-anak terbesar di dunia. "Partner asing diperlukan karena mereka bisa memberikan teknologi dan juga duitnya," kata Adiguna. Ekspansi bisnis Adiguna merambah daerah-daerah lain yang berkembang pesat, seperti Batam. Tapi pada 1997, seiring terjadinya krisis ekonomi, bisnis keluarga Sutowo mulai meredup. Kala itu, dunia usaha nasional, termasuk Kelompok Nugra Santana, memang terpukul telak dengan meroketnya nilai dolar Amerika. Bank Pacific yang dipiloti Endang Utari Mokodompit, kakak Adiguna, dilikuidasi pemerintah pada November 1997. Toh, setelah ekonomi berangsur pulih, bisnis keluarga Sutowo menggeliat kembali. Kasus Bar Fluid Club Hotel Hilton, tak pelak lagi, akan menjadi ujian terberat bagi nama besar Adiguna, usahawan bontot keluarga Sutowo yang kian mencorong itu. Seorang pengacara Adiguna yang enggan disebut namanya menyesalkan opini publik yang terlalu menghakimi kliennya. "Publik terlalu cepat menyimpulkan," ujarnya. Menurut dia, berita tentang Adiguna sudah merambat ke wilayah pribadi yang menyudutkan. "Faktanya, Adiguna tak pernah tercatat melakukan tindakan kriminal," ia menegaskan. Endang Sukendar [Laporan Khusus, Gatra Nomor 09 Beredar Jumat, 7 Januari 2005] [Non-text portions of this message have been removed] ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> Give underprivileged students the materials they need to learn. Bring education to life by funding a specific classroom project. http://us.click.yahoo.com/4F6XtA/_WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM --------------------------------------------------------------------~-> *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 4. Forum IT PPI-India: http://www.ppiindia.shyper.com/itforum/ 5. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED] 6. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED] 7. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED] Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/