TEMPO No. 48/XXXIII/24 - 30 Jan 2005
Laporan Utama Uang Palsu dari Madiun 34 Koordinator pemberantasan uang palsu Badan Intelijen Negara (BIN) ditahan polisi karena tuduhan terlibat jaringan pemalsuan duit. Bekerja tanpa koordinasi atau de-Hendroisasi? -------------------------------------------------------------------------------- SEPASANG suami-istri saling pandang ketika Tempo menerobos masuk kamar nomor 7 Gedung Catur Prasetya lantai 3, Rumah Sakit Polisi Soekanto, Kramat Jati, Jakarta Timur, Kamis pekan lalu. Yang laki-laki terbaring lemah di dipan dengan wajahnya bulat pucat. Ia mengenakan sweater abu-abu dengan selimut merah muda menutup sebagian tubuh. Sebuah tabung oksigen tegak berdiri di samping tempat tidur. Yang perempuan berkacamata dan mengenakan baju putih serta rok hitam. Di kamar bercat putih berukuran 4 x 4 meter itu mereka hanya berdua. Seorang polisi berpangkat brigadir dua berjaga-jaga persis di depan pintu masuk. Kepada wartawan Tempo Edy Chan, polisi itu mengatakan lelaki di kamar nomor 7 adalah Brigjen Pol Purn H. Zyaeri, mantan Kepala Staf Harian Badan Koordinasi Pemberantasan Uang Palsu (Botasupal) Badan Intelijen Negara (BIN). Di papan nama pasien, penghuni kamar nomor 7 itu tertulis Muhammad, 56 tahun. Ia tengah dirawat ahli penyakit dalam dan penyakit jantung. Tapi sebuah amplop cokelat catatan medis dan hasil rontgen memastikan siapa lelaki di atas ranjang itu: nama Muhammad Zyaeri jelas tertulis di sana. Tapi lelaki itu menyangkal bahwa dirinya Zyaeri, begitu pula istrinya. "Bukan," ujarnya pelan sambil tersenyum. Ia menolak diwawancara. Lalu yang perempuan memanggil perawat dan polisi. Si brigadir dua itu masuk dan menghardik Tempo agar segera keluar ruangan. Juru Bicara Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia, Irjen Pol Paiman, membenarkan Zyaeri masuk ke rumah sakit Polri sejak Jumat, 14 Januari lalu. Sebelumnya ia diperiksa di Markas Besar Polri karena diduga terlibat dalam kasus uang palsu. Namun, karena serangan jantung, bekas Kepala Staf Harian Botasupal itu dilarikan ke rumah sakit dengan status dibantarkan. Dengan kata lain, masa perawatan di rumah sakit tidak dihitung sebagai masa penahanan. Penahanan Zyaeri sangat mengejutkan. Lelaki itu justru pejabat yang paling berwenang memberantas peredaran uang palsu di Indonesia. Bersama dia, polisi juga menahan dua warga sipil dan empat telik sandi anggota BIN. Dua warga sipil itu adalah Dadang dan Tatang. "Dua orang ini pemain lama," kata Paiman. Sedangkan empat anggota BIN adalah Haryanto, Jaelani, Woronatus Saptono, dan Muhammad Iskandar. Polisi juga menyita sejumlah barang bukti berupa peralatan cetak uang palsu, 40 lembar klise film, 4 x 138 lembar uang kertas pecahan Rp 100 ribu yang belum dipotong, dan 101 lembar uang kertas pecahan Rp 100 ribu yang belum selesai dicetak. Total ada 2.267 lembar uang pecahan Rp 100 ribu. Aparat pun menyita lima lembar cukai rokok senilai Rp 3.900, satu set komputer, satu unit printer HP 4600, dua ponsel Nokia tipe 2300, cat, dan peralatan lain yang dipakai untuk memalsu uang. Menurut Direktur II Ekonomi Khusus Bareskrim Mabes Polri, Brigadir Jenderal Andi Chaerudin, Zyaeri sebenarnya tidak ditangkap. Ia justru datang sendiri ke Mabes Polri setelah menerima surat panggilan pemeriksaan. Sebelum menangkap Zyaeri, polisi mendapat limpahan dua tersangka bernama Tatang dan Dadang dari BIN beserta sejumlah barang bukti. "Kami yang menangkapnya, kemudian kami serahkan ke polisi," kata Wakil Kepala BIN, M. As'ad Sa'id. Saat diperiksa, dua orang itu mengaku kerja mereka melibatkan orang dalam BIN. Polisi pun berkoordinasi dengan badan intelijen itu dan menciduk empat orang agen di sana. Keempat orang itu "bernyanyi". Kata mereka, otak pembuatan uang palsu itu adalah Brigjen Zyaeri. Zyaeri sempat pula diperiksa BIN secara internal. Laporan pemeriksaan itulah yang diberikan ke Mabes Polri. Pada pemanggilan pertama, Zyaeri tak bisa datang karena tengah dirawat di RS Harapan Kita. Namun, sepekan kemudian, menjelang magrib 13 Januari lalu, ia datang ke Mabes Polri. Setelah diperiksa 1 x 24 jam, polisi pun menetapkannya sebagai tersangka dan langsung dibuatkan surat penahanan. "Zyaeri terlibat karena menyuruh orang untuk melakukan pelanggaran hukum," kata Andi Chaerudin. Dipastikan akan ditahan, Zyaeri syok. Ia yang mengidap penyakit jantung, tekanan darah tinggi, dan diabetes sontak pingsan sehingga harus segera dibawa ke rumah sakit. "Padahal selama dalam pemeriksaan BIN, selalu dikatakan bahwa masalah ini akan diselesaikan secara internal," kata Andre Bintang Arifianto, anak sulung Zyaeri. Hingga kini keterangan terperinci tentang penangkapan Zyaeri dan kawan-kawan tidak terlalu jelas. Polisi mengaku mendapat limpahan kasus dari BIN, sementara badan intelijen itu tak mau memberikan keterangan lengkap. Dalam abstraksi yang dikirimkan Wakil Kepala BIN As'ad Sa'id kepada Tempo disebutkan bahwa pengungkapan kasus ini bermula dari pembentukan tim yang diketuai Deputi IV Kepala BIN dengan surat perintah nomor 211/XII/2004 tanggal 21 Desember 2004. Setelah ditemukan indikasi bahwa beberapa personel Botasupal terlibat pemalsuan uang pecahan Rp 100 ribu dan pita cukai, melalui surat nomor R-741/XII/2004 tanggal 28 Desember, Kepala BIN menyerahkan pemeriksaan kepada Polri. "Mereka telah menyelewengkan tugas," kata As'ad. Menurut beberapa sumber Tempo, pengungkapan kasus ini sesungguhnya cukup berliku. Operasi penangkapan ini bermula saat ditemukannya beberapa lembar uang palsu di tempat sampah kantor Botasupal, Jalan Madiun 34, Jakarta, oleh seorang satpam. Kata seorang intel yang dekat dengan Zyaeri, penemuan itu adalah sebuah langkah menjebak Zyaeri. Ia menduga, uang palsu yang menjadi barang bukti pertama itu diambil dari kantor Botasupal-rumah yang juga dipakai tim Zyaeri sebagai laboratorium untuk mengungkap jaringan uang palsu. Penemuan itu lalu dilaporkan ke BIN. Seorang agen BIN yang diberi tugas menyelidiki kasus ini lalu mengontak dua orang lelaki bernama Dadang dan Tatang. Kedua orang yang telah direkrut Zyaeri untuk memperkuat tim Botasupal itu dimintanya datang ke Jalan Madiun 34 pada 21 Desember lalu. Tanpa curiga, kedua orang itu datang ke sana. Begitu tiba kantor Botasupal, keduanya diajak ke Bank Indonesia. "Alasannya, mereka diajak memeriksa uang palsu yang ditemukan BI," kata sumber itu. Namun mereka ternyata tidak jadi berangkat ke kantor BI di Jalan M.H. Thamrin. Di tengah jalan mereka berbelok ke selatan menuju salah satu pos BIN di kawasan Srengseng, Jakarta Selatan. Di sana, kedua orang itu disekap dan diinterogasi hingga seminggu. Mendengar kedua "anak buahnya" ditangkap, Zyaeri langsung berangkat ke Srengseng. "Kalau ada yang diperiksa, periksalah saya sebagai penanggung jawab operasi," ujarnya. Tapi agen telik sandi yang juga bawahan Zyaeri itu tak peduli. "Untuk memeriksa Bapak, itu bukan kapasitas kami," ujarnya. Aksi pasang badan Zyaeri itu, menurut Andre Bintang, karena ayahnya memang terbiasa menggalang para bekas penjahat untuk membongkar kejahatan. Zyaeri pernah menggalang mantan preman Anton Medan menjadi informan polisi yang andal (lihat Jatuh Bangun Agen 013). Dadang adalah pencetak uang palsu pertama yang digalang tim Botasupal bentukan Zyaeri sejak lelaki itu masih meringkuk di penjara Cipinang. Dadang selama ini dikenal sebagai salah satu pemalsu uang kelas wahid yang sering keluar-masuk penjara. Karena itulah, ketika ia dinyatakan bebas pada pertengahan 2003, Zyaeri langsung merekrutnya. "Operasi penggalangan ini selalu dilaporkan Bapak ke atasannya," kata Bintang. Orang kedua yang direkrut adalah Tatang. Dialah orang yang menunjukkan jaringan pemasok bahan baku uang palsu. Selama setahun lebih kedua orang itu bekerja di laboratorium klandestin tim Botasupal. Menurut Bintang, laboratorium itu berada di markas Botasupal di Jalan Madiun 34. Di kantor itulah mereka merancang dan membuat uang palsu. Jadi, meskipun kegiatan ini adalah sebuah black operation, menurut Bintang, para petinggi intelijen di Pejaten Timur mengetahui kegiatan mereka. Sumber Tempo lainnya mengaku sekitar lima bulan lalu pernah ngobrol dengan Zyaeri di sebuah rumah makan Jepang di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan. Ketika itu ia mendapat cerita dari lelaki kelahiran Bojonegoro itu tentang perekrutan para pembuat uang palsu untuk membongkar jaringan yang lebih besar. Menurut sumber tadi, Zyaeri sempat mengatakan bahwa orang-orang yang direkrutnya sangat piawai membuat uang palsu. "Anda pasti sulit sekali membedakannya," ujarnya. Saat itu ia tak mau mengungkapkan jati diri orang-orang yang direkrutnya, tapi belakangan diketahui bahwa mereka bernama Dadang dan Tatang. Sebenarnya, tim Botasupal masih mencoba mencari kontak dengan seseorang bernama Agam. Orang ini pandai menyiasati pengaman di bagian nomor seri. "Orang ini bisa membuat warna merah pada nomor seri uang kertas menjadi hijau jika terkena sinar," kata Bintang. Tapi belum lagi Agam digalang, justru Zyaeri dan para anggota timnya digaruk kawan sendiri. Jeruk makan jeruk? Itulah yang diyakini kawan-kawan dekat Zyaeri. Maksudnya, operasi pemalsuan uang oleh tim Zyaeri sebetulnya diketahui petinggi BIN sendiri. "Jangan-jangan uang itu yang dipakai operasi pemilu kemarin," kata seorang sumber Tempo. Bintang meragukan spekulasi itu. Katanya, operasi pemenangan pemilu membutuhkan uang miliaran rupiah. Padahal alat cetak yang dipakai Zyaeri dan kawan-kawan tidak memungkinkan untuk memproduksi uang secara massal. "Membuat semiliar uang palsu butuh waktu lama," ujarnya. Wakil Kepala BIN As'ad Sa'id juga membantah dugaan itu. Ia pun menolak sinyalemen bahwa ada perintah langsung dari atasan Zyaeri untuk merekrut agen seperti yang dilakukannya. Menurut dia, selama ini perintah operasional pimpinan BIN kepada Kepala Staf Harian Botasupal lebih bersifat umum dan selalu tertulis. "Soal rekrutmen agen itu kreativitas dan seni dalam melaksanakan tugas," ujarnya. Spekulasi lain malah bikin merinding. Beberapa sumber Tempo di BIN dan Mabes Polri menduga penangkapan Zyaeri adalah upaya de-Hendroisasi. Selama bertugas di BIN, Zyaeri dikenal setia kepada Hendro. "Dia kan orangnya Hendro, maka begitu (Kepala BIN yang baru) Syamsir Siregar masuk, dia langsung dihajar," kata Anton Medan kepada Agung Ruliyanto dari Tempo. Ada pula yang menduga masalah ini dipicu persinggungan seorang petinggi BIN dan Zyaeri. Kebetulan BIN tengah "menertibkan" sejumlah perusahaan pencetak kertas berharga. Sebuah perusahaan, PT Aria Multi Graphia (AMG) di Bandung, diduga termasuk yang harus "dirapikan". Kebetulan seorang petinggi BIN adalah komisaris dalam perusahaan itu. Zyaeri tak peduli. Dalam pertemuan di sebuah restoran di Jakarta Selatan, Zyaeri dan atasannya itu beradu mulut. "Keduanya emosional sehingga pertemuan itu kacau," kata seorang anggota BIN. Namun Deputi Penggalangan BIN, Mayjen Purn Muchdi P.R., membantah semua spekulasi itu. Menurut dia, masalah ini sama sekali tak berkaitan. "Enggak ada itu pembersihan segala macam. Dia memang salah. Siapa yang salah harus ditindak," ujarnya. Apa pun alasannya, beberapa bekas kawan dekat Zyaeri terkejut dengan penangkapan itu. "Saya tidak percaya dia terlibat uang palsu," kata Gubernur Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK), Inspektur Jenderal Farouk Muhammad. Di mata Farouk, bekas kakak angkatan itu bukan polisi yang neko-neko. "Selama ini ia termasuk polisi yang cukup bersih, meskipun sering melakukan tindakan kontroversial," kata bekas Kapolri, Jenderal Purn Chairuddin Ismail. Zyaeri sendiri tak mau banyak bicara. Kepada Andre Bintang, anaknya, ia cuma berkata pelan, "Bagaimanapun, ini musibah, Nak." Hanibal W.Y. Wijayanta, Eni Saeni, Martha Warta [Non-text portions of this message have been removed] ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> Give underprivileged students the materials they need to learn. Bring education to life by funding a specific classroom project. http://us.click.yahoo.com/4F6XtA/_WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM --------------------------------------------------------------------~-> *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED] 5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED] 6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED] Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/