http://www.kompas.com/kompas-cetak/0504/07/utama/1670083.htm
Kolonel Abdul Latief Meninggal Dunia Jakarta, Kompas - Mantan Komandan Brigade Infanteri I Kodam V Jaya Kolonel Abdul Latief, Rabu (6/4) pukul 06.20, meninggal dunia di Rumah Sakit Qodar, Karawaci, Tangerang. Pria kelahiran Surabaya, 27 Juli 1926, yang juga salah satu saksi peristiwa G30S, ini meninggalkan lima anak, 17 cucu, dan enam buyut. "Sabtu pagi setelah main tenis meja di rumah, Bapak makan telur angsa lalu muntah- muntah dan sesak napas. Ketika dibawa ke rumah sakit, Bapak masih sadar, tapi Rabu pagi tadi Bapak meninggal, bertepatan dengan 1.000 hari meninggalnya almarhumah Ibu (maksudnya mendiang Soediharti, yang meninggal karena serangan jantung-Red)," ujar putra keempat Latief, Agung Prabowo, di rumah duka, rumah putra kelima Latief, Jangkung Bimantara, di Jalan Papaya, Pejaten, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Rabu siang. Ketika Latief terserang stroke total delapan tahun lalu dan dirawat di Rumah Sakit Polri Sukanto, Kramat Jati, Jakarta Timur, selama tiga pekan lebih, ia juga sedang bermain tenis meja. "Memang tinggal itulah (maksudnya bermain tenis meja-Red) kegemaran Bapak, menghabiskan sisa hidupnya setelah bebas dari penjara," tutur Agung. Latief ditangkap di rumah saudara sepupu istrinya di kawasan Bendungan Hilir, Jakarta Pusat, 2 Oktober 1965, oleh Pasukan Kujang II Siliwangi. Ia dijebloskan ke dalam penjara dengan tuduhan makar, terlibat dalam peristiwa Gerakan 30 September, sejak 11 Oktober 1965. Sebaliknya, Latief menuding mantan pemimpin Orde Baru Soeharto sebagai dalang kudeta penggulingan Presiden Soekarno lewat peristiwa berdarah G30S yang menewaskan enam jenderal. Alasannya, Latief sudah dua kali menyampaikan kepada Soeharto tentang adanya rencana pemanggilan sejumlah jenderal yang dituduh hendak mengudeta Soekarno, tetapi Soeharto diam. Seharusnya Soeharto yang kala itu Panglima Kostrad melanjutkan laporan tersebut kepada Jenderal Achmad Yani. Rencana penghadapan sejumlah jenderal kepada Soekarno itu akhirnya berupa penculikan dan pembunuhan enam jenderal dan seorang perwira. Latief memberi tahu Soeharto pertama kali di rumah Soeharto di Jalan Haji Agus Salim, Menteng, Jakarta Pusat, dua hari menjelang penculikan dan pembunuhan para jenderal. Yang kedua, ketika Latief menjenguk Tommy Soeharto yang dirawat di RSPAD Gatot Subroto karena tersiram sup panas. Itu terjadi malam menjelang penculikan dan pembunuhan. "Hopeng" Dalam sebuah wawancara dengan Majalah Forum Keadilan No 1, edisi 11 April 1999, Latief mengakui, rapat di rumahnya tanggal 29 September 1965 pukul 02.00 memutuskan, sejumlah jenderal akan dihadapkan kepada Bung Karno. Penangkapan akan dilakukan tanggal 30 September pukul 02.00. Pertemuan dihadiri Brigjen Soepardjo, Letkol Untung, dan Syam Kamaruzaman. Menurut Latief, ketika rapat ada daftar dewan jenderal yang disusun Soepardjo. Soepardjo pulalah yang memerintahkan penghadapan para jenderal kepada Bung Karno. Nama Soeharto tidak tercantum di sana. "Karena Pak Harto kami anggap loyal kepada Soekarno," kata Latief, seperti dikutip Forum. Agung mengatakan, kisah malang ayahnya barangkali tidak akan terjadi seandainya atasannya, Umar Wirahadikusumah yang kala itu menjadi Panglima Kodam Jaya, mengizinkan Latief berangkat ke Kalimantan Utara dalam rangka konfrontasi dengan Malaysia. Surat kenaikan pangkat dari kolonel menjadi brigjen dan jabatan baru sebagai Kepala Staf Kodam Jaya bagi Latief pun sudah disiapkan untuk diumumkan tanggal 6 Oktober 1965. "Saya tidak menyangka, Pak Harto yang sudah menganggap Bapak hopeng (sahabat-Red) tega berbuat begitu pada Bapak dan keluarga. Saya masih ingat waktu saya sunat saja yang memangku saya Bu Tien (istri Soeharto-Red)," tutur Agung. (WIN) [Non-text portions of this message have been removed] ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> Give underprivileged students the materials they need to learn. Bring education to life by funding a specific classroom project. http://us.click.yahoo.com/4F6XtA/_WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM --------------------------------------------------------------------~-> *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.org *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED] 5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED] 6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED] Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/