http://www.suaramerdeka.com/harian/0505/03/opi1.htm


Selasa, 03 Mei 2005WACANA

tajuk rencana
Benarkah Kita Menganggap Penting Pendidikan?

- Mencerdaskan kehidupan bangsa adalah salah satu amanat konstitusi yang 
harus senantiasa dipegang. Perjuangan untuk membangun bangsa tak akan pernah 
lepas dari pendidikan. Jadi, inilah sebenarnya fundamen penting bagi kuat 
atau tidaknya sebuah bangsa. Sekaligus indikator tentang kemajuannya. Kalau 
sektor pendidikan diabaikan, bisa dipastikan bangsa itu tak akan pernah bisa 
maju dan bergerak secepat negara-negara lain. Kalau dari peringkat Human 
Development Index saja Indonesia masih berada di urutan ke-111 di antara 
lebih 180 negara, maka sudah jelas masalah pendidikan masih menjadi kendala 
serius dan belum terpecahkan dalam perjalanan bangsa yang kini sudah 
mencapai hampir 60 tahun. Dan siapa pun akan mengakui itulah realitas yang 
kita hadapi.

- Peringatan Hari Pendidikan Nasional tanggal 2 Mei selalu dijadikan 
momentum untuk kembali meneriakkan tentang arti penting pendidikan. Begitu 
vital dan strategisnya sampai-sampai UUD 45 yang telah diamandemen ke sekian 
kali menyebutkan secara eksplisit tentang keharusan mengalokasikan 20 persen 
anggaran untuk sektor pendidikan. Sesuatu yang sebenarnya tidak lazim dalam 
sebuah konstitusi. Namun sayang semua itu masih tetap berupa harapan dan 
cita-cita. Siapa pun presidennya, belum akan sanggup menyisihkan 20 persen 
anggaran untuk pendidikan, karena masih banyak kebutuhan lain yang mendesak 
di samping beban utang yang relatif besar. Atau kalaupun sanggup belum tentu 
ada kemauan politik yang demikian kuat.
- Haruslah puas kita dengan anggaran yang mepet, sekitar 7-10 persen 
anggaran, membangun sektor pendidikan. Sementara yang harus dididik mencapai 
jumlah lebih 100 juta orang dan dalam kondisi yang masih sangat minim atau 
setingkat sekolah dasar. Kegagalan tidak hanya dalam arti pemerataan, namun 
juga menyangkut kualitas. Seberapa jauh concern kita terhadap kualitas 
pendidikan. Pendidikan yang mempunyai dimensi luas tak sekadar proses 
belajar- mengajar. Pendidikan dalam arti pembentukan watak bangsa. Nation 
and character building. Di sana ada aspek nilai-nilai penting seperti etika 
dan moralitas. Dalam kaitan ini haruslah diakui budaya kita belum memberikan 
dukungan. Budaya serba instan, hedonistik, dan sebangsanya malah makin 
merebak.

- Wajah dunia pendidikan masih bopeng. Yang muncul adalah proyek-proyek 
pendidikan, gaji guru tak diperhatikan, kurikulum yang jadi ajang uji coba, 
dana beasiswa yang banyak diselewengkan ataupun jual beli gelar yang makin 
mewabah. Memang, tak seseram itu gambarannya, karena pasti ada pula 
nilai-nilai positif serta kinerja baik yang bisa dicapai. Namun siapa pun 
mengakui, berbicara soal pendidikan masih selalu dilanda keprihatinan. Bukan 
hanya melulu kesalahan pemerintah atau lembaga pendidikan. Masyarakat pun 
punya andil. Lihatlah bagaimana tingkat apresiasi masyarakat yang lebih 
mengelu-elukan pemenang Akademi Fantasi Indosiar (AFI) katimbang pemenang 
Olimpiade Matematika Internasional. Yang lebih menghargai materi daripada 
prestasi.

- Hati akan makin meratap ketika melihat negara-negara jiran seperti 
Malaysia yang relatif jauh lebih maju terutama dalam pendidikan. Padahal, 
pada awal tahun 1970-an mereka masih banyak belajar dari kita. Sekarang 
sebaliknya dan kita pun sepertinya makin jauh tertinggal. Alasan tentang 
kepadatan jumlah penduduk tak lagi terlalu relevan. China jauh lebih padat 
penduduknya, tetapi tetap bisa mengembangkan pendidikan dan meningkatkan 
kualitas sumber daya manusianya. Mungkin alasan utama adalah belum adanya 
perubahan paradigma menyangkut pendidikan. Ataupun belum ada konsistensi 
pada diri kita. Pendidikan penting, itu cuma diucapkan tetapi menjadi lain 
ketika dipraktekkan. Bagaimana mungkin bangsa akan maju, kalau kondisi dunia 
pendidikan masih seperti sekarang.

- Banyak persoalan bangsa yang hanya berputar-putar mirip sebuah vicious 
cyrcle akibat kondisi masyarakat yang masih serba tertinggal dan 
terbelakang. Dan itu diakibatkan oleh tertinggalnya sektor pendidikan. 
Lagi-lagi kita baru mendengar komitmen dan itu sudah dimunculkan sejak 
pemerintahan Orde Baru ataupun pemerintahan sekarang di era reformasi. 
Padahal, kunci dari semua masalah ada di sana. Bagaimana kita dapat 
mengurangi kemiskinan dan pengangguran, kalau pendidikan masih pas-pasan. 
Bagaimana politik dan demokrasi akan terangkat, kalau rakyatnya masih 
kelaparan dan kurang pengetahuan. Marilah kita segera banting stir dan 
memprioritaskan sektor pendidikan dengan sungguh-sungguh. Ini tugas bersama 
pemerintah dan masyarakat. 



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Help save the life of a child.  Support St. Jude Children's Research Hospital's
'Thanks & Giving.'
http://us.click.yahoo.com/mGEjbB/5WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.org
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Kirim email ke