Terlepas dari kontroversi, kita ucapkan dulu selamat
kepada pemerintah RI yang membubarkan CGI. Ini satu
kemajuan.

Di sisi lain kita tetap harus kritis apakah dengan
pembubaran itu berarti kita sudah mandiri?

Seperti dinyatakan KKG, 95% donatur adalah Bank Dunia,
ADB, dan Jepang. Nah selama Bank Dunia dan ADB
bercokol di sini dan terus mendikte, kita belum bisa
mandiri.

Selain itu juga bisa jadi mereka membubarkan diri
karena sistem ekonomi dan juga pelaku kebijakan
ekonomi sudah sesuai dengan keinginan mereka. Seperti
dinyatakan KKG, BI sudah dibuat independen dari negara
RI sehingga bisa mereka atur. Privatisasi BUMN terus
berjalan dan penjualan perusahaan lokal ke asing juga
berlanjut hingga disinyalir sebentar lagi 85%
perusahaan besar di Indonesia dikuasai asing.

Belum lagi dengan ditetapkannya UU Migas di mana asing
bebas memonopoli pengelolaan migas di Indonesia. Blok
Natuna baru ditawarkan ke Pertamina setelah Dirut
Pertamina yang vokal ingin mengelola Blok Cepu, Widya
Purnama, ditendang.

Bank2 Nasional kita juga seperti BCA, Bank Danamon,
Bank Niaga, dsb dikuasai oleh asing. Artinya jika
pemerintah berhutang ke Bank Nasional, sebenarnya sama
saja berhutang ke pihak asing...:)
Baca:
http://www.kompas.com/kompas-cetak/0506/28/utama/1846488.htm

Belum lagi pembangunan kita yang sebagian besar
menganut sistem "Kay Pang" yang mengemis ke investor
asing. Kalau investor asing tidak masuk, pembangunan
tidak jalan.

Indonesia baru mandiri jika Indonesia mengelola
sendiri/sebagian besar dari kekayaan alam, perusahaan,
serta keuangan mereka. Selama itu dikuasai oleh asing,
kita masih jadi bangsa jongos belaka. Hanya jadi kuli
di negara sendiri.

http://www.bisnis.com/servlet/page?_pageid=127&_dad=portal30&_schema=PORTAL30&vnw_lang_id=2&ptopik=A01&cdate=29-JAN-2007&inw_id=502637
Pembubaran CGI & kemandirian  
    
 Pemerintah telah membubarkan forum Consultative Group
for Indonesia (CGI). Opini yang diciptakan dari
pembubaran forum itu adalah pemerintah telah mengambil
kemandirian dalam merumuskan kebijakan ekonomi. 
Pembubaran CGI yang dibarengi dengan pembentukan opini
publik itu boleh dikatakan berhasil. Ini karena banyak
pihak yang percaya dan memuji tindakan pemerintah
tersebut. 

Tetapi bagi saya-yang pernah berhadapan dan
berinteraksi dengan CGI, Bank Dunia, Bank Pembangunan
Asia (ADB), dan Dana Moneter Internasional (IMF)-kesan
tersebut tidak benar. 

Dengan dibubarkannya CGI, Indonesia masih saja tetap
tidak akan mandiri dalam merumuskan kebijakan
ekonominya selama orang-orang dalam pemerintahan,
termasuk presiden sendiri, masih yang itu-itu juga. 

Dikatakan bahwa CGI dibubarkan karena dari sekian
banyak pemberi utang (yang masih saja disebut
'donor'), yang memberikan 95% dari total utang kepada
Indonesia adalah Bank Dunia, ADB, dan Jepang. 

Bank Dunia, ADB, dan IMF tidak dapat dipisahkan sama
sekali dari pemerintah Amerika Serikat dalam
kebijakannya. Jadi, selama masih mengandalkan keuangan
pada pemberi utang itu, Indonesia tidak mungkin
mandiri. 

Bank Dunia mempunyai kantor dengan jumlah personel
sangat besar di Indonesia. Sejak awal, setiap tahun
Bank Dunia menerbitkan buku yang disebut Country
Strategy Report bagi Indonesia. 

Demikian juga dengan ADB. Isi buku tersebut tiada lain
adalah berbagai kebijakan yang harus dilaksanakan
pemerintah Indonesia. Sejak 1967 sampai sekarang,
pemerintah Indonesia yang dipimpin oleh presiden siapa
pun tidak pernah tidak menjalankan kebijakan tersebut.


Adapun IMF, intervensinya paling hebat dan sudah
merusak sistem keuangan dan perbankan nasional melalui
apa yang dikenal dengan Letter of Intent (LoI) selama
lembaga internasional itu memberikan 'bantuan' sampai
akhir 2003. Setelah itu, melalui Post Program
Monitoring, karena Indonesia masih punya saldo utang. 

Intervensi IMF tersebut tidak mungkin saya uraikan di
sini, karena kolom ini terbatas. Silakan baca dan
simak sendiri. 

Tidak benar 

Dikatakan bahwa negara yang tergabung dalam CGI, yang
95% itu, memberi utang kepada Indonesia dalam jumlah
sangat kecil, tetapi rewel, cerewet, dan banyak
persyaratannya. Kesan yang ditimbulkan adalah
negara-negara tersebutlah yang mendikte kebijakan
ekonomi Indonesia. 

Kesan itu tidak benar. Negara-negara itu tidak pernah
rewel. Banyak dari negara-negara tersebut bahkan
mendukung ketika saya berpidato sangat keras dan tajam
di forum CGI. 

Yang mendikte dan arogan justru Bank Dunia dan ADB.
Tetapi ADB agak mending dibandingkan dengan Bank
Dunia. 

Dalam sidang CGI, Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional (Bappenas) memiliki peran penting, karena
fungsinya yang membidangi anggaran pembangunan. Maka
ketika tahun pertama menjabat sebagai Kepala Bappenas,
saya diminta untuk berpidato yang isinya sudah
dibuatkan oleh Bank Dunia. 

Ketika saya minta staf saya melakukan beberapa
perubahan dalam pidato tersebut, ditolak Bank Dunia
dengan alasan sebelumnya tidak pernah begitu. Maka
saya iyakan saja. 

Tetapi dalam sidang, saya bacakan pidato yang saya
buat sendiri. Karena itu, tahun berikutnya saya hanya
diperbolehkan berpidato dalam forum Pre-CGI. 

Bank Dunia dan atau IMF juga yang memaksakan agar Bank
Indonesia dibuat independen. Tim ahli pembuatan BI
yang independen itu terdiri dari empat orang, dua di
antaranya orang Indonesia, yaitu Boediono (sekarang
Menko Perekonomian) dan Sutan Remy Syahdeni. 

Selain itu, draft UU tentang Keuangan Negara dibuat
dalam bahasa Inggris. Dalam rancangan UU itu, ada
pasal-pasal yang mengkerdilkan Bappenas, sehingga staf
Badan ini berhasil membuat sendiri RUU tentang
Bappenas yang kemudian menjadi UU. 

Ketika menjabat sebagai Menko Ekuin, saya harus
dibayang-bayangi oleh Dewan Ekonomi Nasional (DEN),
yang diketuai oleh Prof. Emil Salim dengan sekretaris
Sri Mulyani Indrawati (sekarang Menteri Keuangan).
Masih dirasa tidak cukup, dibentuk lagi Tim Asistensi
pada Menko Ekuin dengan ketua Prof. Widjojo Nitisastro
dan sekretaris Sri Mulyani Indrawati. 

Arogan & tidak fair 

Tim Ekonomi Kabinet Indonesia Bersatu yang sekarang,
kabarnya, juga sejak awal dikehendaki oleh Bank Dunia
dan pemerintah AS, walaupun rancangan susunan kabinet
yang berlainan sudah rampung. 

Bank Dunia tidak hanya arogan, tetapi juga tidak fair
dan pengecut. Sikap ini diperlihatkan sebagai berikut.


Pemerintah Belanda memberikan hibah yang dikelola oleh
Bank Dunia. Hibah tersebut dikorupsi, dan yang
menemukan bukti-bukti korupsi tersebut adalah wartawan
investigatif muda Alexander Wessink. 

Saat Wessink memberitahukan kepada Bank Dunia soal
adanya korupsi tersebut, jawabannya adalah: "Anda kan
tidak naif bahwa korupsi di Indonesia merajalela?" 

Tetapi ketika Uni Eropa memberikan hibah yang dikelola
Bank Dunia dan Bappenas adalah Executing Agency-nya,
Bank Dunia merasa menemukan sebagian kecil dikorupsi.
Temuan tersebut dituangkan secara sangat rinci dalam
buku tebal. Tetapi buku tersebut distempel dengan
huruf tebal "Confidential." 

Saya kemudian mengatakan kepada Andrew Steer bahwa
saya sangat berkeinginan membagikan temuan tersebut
kepada para wartawan dan siapa saja yang ingin
memperolehnya. Steer mati-matian melarang karena
confidential. Jadi, apa maunya kalau tidak memojokkan
saya yang tidak bisa didikte? 

Setelah itu Bank Dunia kantor Jakarta melayangkan
surat yang ditandatangani oleh Bert Hoffman, menuntut
agar seluruh hibah, termasuk yang tidak dikorupsi
dikembalikan. Saya kemudian menulis surat kepada
Presiden Bank Dunia, James Wolfensohn, minta agar yang
dibayar kembali hanya jumlah yang dinyatakan
dikorupsi. 

Tetapi tidak boleh, mereka bersitegang. Keseluruhan
peristiwa ini saya laporkan kepada Presiden Uni Eropa
ketika itu, Romano Prodi, sambil minta agar jangan
sekali-kali memberi hibah seberapa pun kecilnya kalau
pengelolanya harus Bank Dunia. 

Urusan tersebut belum selesai, pemerintahan sudah
berganti. Hibah tersebut akhirnya, konon, dibayar oleh
Menkeu Sri Mulyani Indrawati. Masih sangat banyak
hal-hal yang tidak masuk akal. 

Lantas, Bank Dunia juga sudah biasa malang-melintang
langsung berhadapan dengan pers Indonesia memberikan
berbagai pandangan dan pendapatnya tentang kondisi dan
kebijakan ekonomi pemerintah. Ini apa-apaan? Sudah
begitu, isinya pun tidak bermutu! 

Saya pernah menanggapinya dalam artikel di surat kabar
yang berjudul "Andrew Steer, dat weet mijn grote teen
ook!", yang berarti: "Andrew Steer, jempol kakiku juga
tau." 

Bank Dunia bisanya hanya mengemukakan what to achieve
yang bagus-bagus saja. Lembaga ini tidak pernah
memberikan bagaimana caranya atau how to achieve. 

Jadi, selama masih akan berutang kepada Bank Dunia dan
ADB, Indonesia akan tetap dikendalikan, apalagi dengan
para menteri yang membabi buta mengikuti Washington
Concensus, dan direstui oleh Presidennya. 

Mau mandiri 

Kalau mau mandiri, langkah-langkah kita harus sebagai
berikut. Tutup kantor perwakilan Bank Dunia dan ADB di
Jakarta. Minta mereka jangan menulis lagi Country
Strategy Report buat Indonesia. 

Kemudian, sisa utang kita dibayar dengan uang pinjaman
dari sumber lain, seperti penerbitan obligasi dalam
mata uang dolar AS. Mau mandiri kok dengan cara
menendang 95% anggota CGI yang baik hati, sambil
menegaskan masih akan berutang kepada Bank Dunia, ADB
yang kolonialis, dan Jepang. 

Sekarang tentang instrumen-instrumen penggantinya.
Dikatakan akan dilakukan penjualan BUMN dan
menerbitkan SUN dalam mata uang rupiah maupun valuta
asing. 

Boleh-boleh saja, tetapi bagaimana pengelolaan
utangnya sendiri? Pemerintah harus membeberkan
keseluruhan perencanaan keuangan negara, terutama
kebijakan utang, dengan cara menyajikan proyeksi
angka-angka untuk waktu mendatang. 

Utang dalam bentuk kredit ekspor sudah mahal, bukankah
obligasi RI dikenakan bunga bagaikan junk bond? Tak
apalah bayar mahal, asalkan kemandiriannya tidak palsu
atau akal-akalan. 

Yang sekarang dikemukakan oleh Tim Ekonomi sebagai
sesuatu yang salah, mendapat dukungan mereka selama 36
tahun. Mengapa sekonyong-konyong semuanya berubah
setelah Managing Director IMF Rodrigo de Rato bertemu
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono? 

Saya mendapat halusinasi, jangan-jangan CGI dibubarkan
setelah Presiden Yudhoyono menerima de Rato yang
berujar: "Tuan Presiden, bubarkan saja CGI, karena 95%
anggotanya hanya memberikan 5% kredit, dan mereka itu
cerewet dan rewel. Sekarang berhubungan saja dengan
kami dan Bank Pembangunan Asia, supaya mendikte
pemerintah Indonesia tanpa banyak reseh." 

Kalau ada yang meragukan tulisan ini, saya bersedia
berdebat dengan mereka, termasuk lembaga-lembaga
internasional, di media massa mana saja. Sudah
waktunya rakyat Indonesia tidak disesat-sesatkan lagi.


Oleh Kwik Kian Gie
Mantan Menneg PPN/Kepala Bappenas 
 


===
Ingin belajar Islam sesuai Al Qur'an dan Hadits?
Kirim email ke: [EMAIL PROTECTED]
http://www.media-islam.or.id


 
____________________________________________________________________________________
Sucker-punch spam with award-winning protection. 
Try the free Yahoo! Mail Beta.
http://advision.webevents.yahoo.com/mailbeta/features_spam.html

Kirim email ke