Rencana pembelian laptop seharga Rp 21 juta untuk
setiap anggota DPR yang berjumlah 550 orang dan
menghabiskan biaya Rp 11,5 milyar patut disayangkan. 

Untuk kebutuhan anggota DPR yang paling-paling hanya
mengetik, menghitung pakai spreadsheet, browsing
internet, membuka email, atau melihat film angka
tersebut cukup fantastis.

Dari toko komputer online (misalnya: bhinneka.com)
laptop merek terkenal seperti Toshiba tipe Satellite
L100-P438  harganya hanya kurang dari Rp 7 juta (ini
sudah termasuk Windows XP). Biayanya bisa lebih murah
lagi jika memakai software Open Source seperti Linux,
Open Office, dsb yang saat ini dipromosikan oleh
Depristek.

Berat laptop tersebut hanya 2,6 kg. Jauh lebih ringan
ketimbang bakul jamu yang harus digendong ibu-ibu
penjual jamu yang bisa mencapai 10 kg lebih!

Saat ini mayoritas rakyat Indonesia dilanda
kemiskinan. Di persimpangan jalan Jakarta dan KRL
Jabotabek saja banyak kita dapati anak-anak jalanan
dan orang tua yang mengemis demi sesuap nasi. Di TV
pagi ini saya melihat gadis kecil usia 8 tahun harus
berjualan koran agar tetap bisa sekolah (bagaimana pun
buku, dsb harus beli). Pagi ini saya dapat pesan bahwa
ada panti asuhan di mana beberapa anak asuhnya bayi
usia bulanan yang kurang dana hingga tidak bisa
membeli susu.

Sudah hampir setahun korban lumpur Lapindo Brantas
kehilangan rumah mereka tanpa mendapat uang untuk beli
rumah pengganti. Seharusnya anggota DPR bersama
pemerintah berjuang agar mereka bisa mendapat rumah
pengganti yang layak. 

Nah seharusnya uang rakyat sebesar Rp 11 milyar lebih
itu bisa dimanfaatkan untuk kepentingan rakyat.

Ketika warga miskin ingin mendapat layanan kesehatan
gratis, mereka harus memiliki surat keterangan tidak
mampu dari RT/RW.

Ketika rakyat miskin ingin mendapat dana BLT sebesar
Rp 100 ribu/bulan mereka harus memenuhi kriteria
miskin seperti luas lantai bangunan kurang dari 8m,
lantai dari tanah, tidak punya listrik, dan
seterusnya. Jika tidak semiskin itu, mereka tidak
berhak dapat bantuan.

Nah bagaimana mungkin anggota DPR yang gajinya puluhan
juta rupiah lebih untuk beli laptop saja harus pakai
uang rakyat? Oleh karena itu saya agak kecewa melihat
2 artis muda yang jadi anggota DPR yang antusias
menyatakan bahwa pengadaan laptop itu penting dan
harus segera dilaksanakan.

Salut kepada pak Komar, pelawak yang jadi anggota DPR,
ternyata justru lebih arif menyikapinya. Pembelian
laptop tidak perlu karena saya sudah punya komputer
yang saya beli sendiri, katanya.

Laptop sendiri sebetulnya tidak terlalu mutlak untuk
mobilitas. Media seperti USB Flashdisk seharga Rp 200
ribu atau kurang bisa digunakan untuk membawa data.
Saya sendiri untuk presentasi di Padang tidak perlu
membawa laptop segala. Cukup membawa flashdisk di saku
untuk kemudian direpresentasikan melalui laptop
panitia di sana.

Jadi perlu kepedulian anggota DPR. Apakah mereka ingin
menggunakan uang rakyat untuk kepentingan rakyat, atau
hanya untuk laptop pribadi mereka?



===
Ingin belajar Islam sesuai Al Qur'an dan Hadits?
Kirim email ke: [EMAIL PROTECTED]
http://www.media-islam.or.id


 
____________________________________________________________________________________
Don't pick lemons.
See all the new 2007 cars at Yahoo! Autos.
http://autos.yahoo.com/new_cars.html 

Kirim email ke