Kasus kekerasan di IPDN yang berulangkali terjadi
seharusnya sudah merupakan alasan cukup bagi
pemerintah untuk membubarkan IPDN. Yang aneh justru
Inu, dosen yang membeberkan kebobrokan IPDN yang
dikenakan sanksi.

Ada beberapa alasan untuk menutup IPDN:
1. Kasus kekerasan yang melibatkan mahasiswanya
(pelaku dan korban) di dalam kampus. Di satu tayangan
TV diperlihatkan bagaimana para senior memukul dan
menendangi para juniornya di halaman kampus. Rektornya
jelas tidak mampu mengontrol hal ini.

2. IPDN yang memberikan beasiswa kepada mahasiswanya
beserta seragam dan penginapan sangat memboroskan
anggaran negara. Seharusnya dana ini bisa dialihkan
agar biaya pendidikan di SMA lebih terjangkau.

3. Untuk penerimaan pegawai di kelurahan tidak perlu
dari IPDN. Cukup dari UI, ITB, UGM, ITS, dsb. Dari
universitas tersebut justru bisa kita dapatkan ahli
dari berbagai ilmu (multi disiplin). Ada yang jago
manajemen, politik, ekonomi, hukum, dsb. Ini lebih
baik  dan bermanfaat ketimbang lulusan IPDN yang
homogen dan hanya mengandalkan otot dan kekerasan.

Jadi sudah tidak zamannya pemerintah mempertahankan
IPDN yang berulangkali tidak pernah bisa menghentikan
kekerasan di dalam kampusnya.

Jika diteruskan, yang ada adalah lulusan yang
bermental kasar dan bisa menyiksa rakyat sebagaimana
mereka biasa menganiaya juniornya.

http://www.pendidikan.net/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&cid=22&artid=55&PHPSESSID=a81cf5ee4787c6ea43fdfaec4588e96b

IPDN Coreng Sistem Pendidikan Nasional
Rabu, 04 April 2007 13:39 WIB

IPDN Coreng Sistem Pendidikan Nasional

JAKARTA--MIOL: Wakil Ketua Komisi II DPR dari Fraksi
Partai Golkar, Priyo Budi Santoso, di Jakarta, Rabu
menyatakan, tewasnya praja IPDN, Cliff Muntu,
merupakan peristiwa memilukan dan akibat kejadian ini,
institusi tersebut telah mencoreng sistem pendidikan
nasional.

Ini adalah peristiwa memilukan untuk kesekian kalinya.
Selain mencoreng sistem pendidikan nasional, Institut
Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) ini memang telah
tercoreng, mereka tak mau belajar dari kesalahan
sebelumnya, sergahnya dalam nada tinggi.

Pernyataan Priyo Budi Santoso yang juga Wakil Sekjen
DPP Partai Golkar itu, menanggapi tewasnya seorang
praja IPDN asal Provinsi Sulawesi Utara, Cliff Muntu,
21, Selasa dini hari (3/4) lalu, yang diduga akibat
pengeroyokan sekitar 13 orang, kendati pihak IPDN
mengatakan meninggal karena sakit lever.

Sejak dekade 1990-an tercatat sedikitnya 38 praja
meninggal di kampus itu, baru sekitar 10 bisa diungkap
penyebabnya, sebagian besar akibat penganiayaan karena
penerapan penegakkan disiplin ketat oleh para senior
terhadap kalangan praja yunior secara over dosis.

Berkenaan dengan peristiwa tragis kali ini,
menurutnya, Komisi II DPR akan mengkaji ulang
keberadaan IPDN.

Mungkin dukungan anggaran (dari APBN) akan kami
hentikan sampai ada kepastian perubahan perilaku atau
kurikulumnya, tambah Priyo Budi Santoso.

Menjawab pertanyaan tentang kemungkinan Komisi II DPR
membentuk Pansus untuk investigasi, dia mengatakan,
itu harus dilakukan pihak Departemen Dalam Negeri
(Depdagri).

Depdagri harus membentuk tim investigasi menyeluruh
dan segera melaporkannya pada persidangan pertama DPR,
tegas Priyo Budi Santoso. (Ant/OL-02)


----------------------------------
Sumber: Media Indonesia Online


===
Ingin belajar Islam sesuai Al Qur'an dan Hadits?
Kirim email ke: [EMAIL PROTECTED]
http://www.media-islam.or.id


 
____________________________________________________________________________________
Bored stiff? Loosen up... 
Download and play hundreds of games for free on Yahoo! Games.
http://games.yahoo.com/games/front

Kirim email ke