surat dari seorang kawan yg kebetulan lagi di tempat kejadian: demo menentang 
politik buaya di indonesia.

salam, heri latief

 http://sastrapembebasan.wordpress.com/




----- Forwarded Message ----

From: laporan dari jalanan
To: <herilat...@yahoo.com>
Sent: Sun, November 8, 2009 9:25:58 AM
Subject: menentang kriminalisasi kpk


Semua ytc, 
 
Tadi pagi pukul 7.30 saya ikut 
menambah jumlah anggota-anggota Facebooker yang berdemonstrasi di Bundaran 
Hotel 
Indonesia.Saya mengambil beberapa foto dan rekaman video jalannya demonstrasi 
tersebut.
 
Panggung yang digelar disamping 
HI itu diberi nama “Indonesia Sehat Lawan Korupsi” diselenggarakan oleh 
Facebookers Indonesia mendukung perjuangan anti korupsi. Kemarin dulu malam, 
dukungan yang mereka himpun telah berjumlah 1 juta 400 ribu lebih. Berbagai 
komentar Facebookers ini sangat orisinil sebagai generasi muda yang merisaukan 
merajalelanya korupsi di Indonesia. Mereka menyatakan dukungan kepada KPK dan 
menentang “kriminalisasi” KPK oleh Kepolisian, Kejaksaan Agung serta Pemerintah 
RI. 
 
Banyak sajak-sajak dilantangkan 
dalam pertemuan di bundaran HI tersebut. Diantaranya yang sangat memukau adalah 
pembacaan sajak “Bila Negeri Dikuasai Bedebah”. Sajak ini pernah dideklamasikan 
pada saat MK menggelar acara terbuka memperdengarkan rekaman pembicaraan para 
bedebah tersebut dalam merekayasa kasus dua pimpinan KPK Bibit-Chandra. Begitu 
Susno Duadji mengatakan “masak cicak mau melawan buaya”, masyarakat serta merta 
menunjukkan pembelaannya kepada yang lemah dengan memberikan dukungan kepada 
KPK 
yang dianggap cicak oleh Pimpinan Bareskrim Polri tersebut. Rasa keadilan 
masyarakat timbul melawan ketidak-adilan. Dan Polisi sendiri yang mengakui 
bahwa 
mereka adalah buaya. Pertemuan di bundaran HI tersebut juga telah memberikan 
inspirasi kepada para sopir bajaj, sopir angkutan umum, serta masyarakat luas 
agar berani melawan “buaya” yang berkeliaran dijalanan. 
 
Kira-kira pukul 8.15 Kepolisian 
RI mengerahkan 5 buah truk berisi ratusan pasukan anti-huruhara ke bundaran 
HI.
Para pengunjuk rasa tak 
memperdulikan kedatangan pasukan anti-huruhara ini. Mereka terus melanjutkan 
demonstrasi damai mereka disana. Untuk menunjukkan hal itu, para demonstran 
sengaja tidak menutup jalan disekitar bundaran HI. Pimpinan pertemuan 
berkali-kali mengingatkan agar tidak menganggu lalulintas agar “buaya” tidak 
mempunyai alasan menggigit kita. Karena usia sudah lanjut, tak tahan berjemur, 
maka pukul 8.45 saya pulang kerumah. Pendukung demonstrasi ini bertambah terus 
yang rencananya berakhir pukul 10.00 pagi itu. 
 
DPR RI yang dikuasai oleh Partai 
Demokrat telah melihatkan belangnya dengan mendukung sikap Kapolri dalam dengar 
pendapat dengan DPR. Berbagai puji-puja dilontarkan kepada Polri oleh anggota 
dewan yang “terhormat” itu. Sikap anggota DPR RI “yang terhormat” itu telah 
menambah bahan bakar yang semakin menyalakan api kemarahan 
rakyat.
 
Perjuangan “cicak lawan buaya” 
ini  masih panjang. Akan bergulir dari “Kriminalisasi KPK” ke kasus “Bank 
Century” yang ditengarai melibatkan RI-1, RI-2 dan Partai Demokrat. Bila hal 
ini 
terpapar dihadapan rakyat, maka pastilah rakyat akan menganggap pemerintah 
SBY-Boediono tidak sah. 
 
Salam 
Perjuangan


      

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke