http://www.lampungpost.com/buras.php?id=2010021201114715

      Jum'at, 12 Februari 2010 
     
      BURAS 
     
     
     
Menuju 'People-Centered Democracy'! 

       
      H. Bambang Eka Wijaya



      "PRESIDEN SBY dalam pidato Hari Pers Nasional di Palembang menekankan, 
demokrasi yang ingin dicapai di negeri ini mestilah demokrasi yang benar-benar 
bertumpu pada rakyat, bukan berpusat pada negara, bukan pula demokrasi yang 
berpusat pada media massa!" ujar Umar. "Kata Presiden, di banyak negara ada 
fenomena yang disebut media-centered democracy. Kita dengan sadar tidak menuju 
ke situ. Kita menuju people-centered democracy, peran pers juga mestinya menuju 
ke situ." (Kompas, 10-02-10)

      "Fenomena media-centered democracy terjadi berkat pers dipercaya 
masyarakat informasinya dan efektif sebagai penyalur aspirasi rakyat!" sambut 
Amir. "Lebih lagi, ketika lembaga-lembaga lainnya dalam masyarakat--eksekutif, 
legislatif, dan yudikatif--makin tak bisa dipercaya oleh rakyat, sehingga 
mengalami minus kepercayaan, maka pers sebagai lembaga yang masih bisa 
dipercaya mengalami surplus power, kepercayaan (power) dari rakyat itu melimpah 
ke pers!"

      "Surplus power pada pers saat ini juga disebutkan Presiden!" tegas Umar. 
"Karena itu, kata Presiden, amat penting untuk memastikan kekuasaan pers itu 
digunakan secara tepat, dan konstruktif! Pers bisa memilih, menentukan, 
membatasi dalam keadaan apa power yang surplus itu digunakan dengan baik, untuk 
kesejahteraan rakyat!"

      "Itu terjadi karena kontrol rakyat atau checks and balances terhadap pers 
berlangsung kontinu dan ketat!" timpal Amir. "Koran menjalani pemilihan umum 
lewat pasar (market electoral system) setiap hari, jika tidak menyampaikan 
informasi dan aspirasi sesuai yang diinginkan rakyat, hari itu juga 
ditinggalkan pembacanya! Media elektronik bahkan menjalaninya setiap menit, 
customer langsung zapping (pindah saluran) begitu sajian informasinya jelek 
atau membosankan! Jadi, jauh lebih ketat dari kontrol atau checks and balances 
terhadap kekuasaan eksekutif dan legislatif yang terjadi lewat pemilihan umum 
lima tahun sekali!"

      "Lantas, bagaimana menggeser fenomena media-centered democracy itu menuju 
people-centered democracy seperti diharap Presiden?" tanya Umar.

      "Kalau yang dimaksud demokrasi berorientasi pada tindakan rakyat 
langsung, selain lewat pemilu lima tahun sekali, eksekutif dan legislatif harus 
bisa membuat efektif mekanisme rembuk desa sampai nasional perencanaan 
pembangunan, serta setiap unjuk rasa mendapat solusi!" tegas Amir. "Jika semua 
itu tak efektif, seusai pemilu eksekutif dan legislatif melupakan amanah 
rakyat, rembuk desa cuma formalitas sedang program yang jalan sesuai selera 
penguasa, atau demo malah dilayani seperti perusuh, people-centered democracy 
sukar terwujud! Artinya, justru rakyat sendiri yang memberi mandat kepercayaan 
pada pers--media-centered democracy tak tergeser!" n
     


[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke