Infrastruktur Jadi Kendala Perikanan Budidaya Harus Bernilai Tambah Jumat, 12 Februari 2010 | 03:45 WIB Jakarta, Kompas - Pemerintah harus menyediakan infrastruktur budidaya perikanan apabila ingin serius meningkatkan produksi budidaya dalam lima tahun mendatang. Hingga saat ini, kendala infrastruktur merupakan hambatan utama dalam pengembangan produksi perikanan.Demikian terungkap dalam diskusi terbatas Menteri Kelautan dan Perikanan Fadel Muhammad, Direktur Pesisir dan Lautan Kementerian Kelautan dan Perikanan Subandono Diposaptono, serta Kepala Riset Pusat Kajian Pembangunan Kelautan dan Peradaban Maritim Suhana di Redaksi Kompas, Jakarta, Kamis (11/2).Ekspansi usaha perikanan tangkap tidak bisa lagi diandalkan untuk meningkatkan produksi perikanan nasional. Sebagian perairan di Indonesia sudah mengalami penangkapan berlebih (over exploited). Pemerintah menargetkan lompatan produksi budidaya 353 persen, dari 4,78 juta ton tahun 2009 menjadi 16,89 juta ton tahun 2014.Akan tetapi, Suhana mengemukakan, peningkatan produksi budidaya itu terganjal kendala infrastruktur, mulai dari proses produksi, pengolahan ikan, hingga pemasaran. Hambatan infrastruktur itu mencakup jaminan pasokan listrik, air bersih, gudang penyimpanan ikan (cold storage), dan industri pengolahan yang belum berkembang.Hingga triwulan IV-2009, kapasitas produksi industri pengolahan ikan hanya 78 persen atau belum mampu menampung hasil produksi secara optimal. Hambatan infrastruktur itu memicu pembengkakan biaya produksi, minimnya nilai tambah produk perikanan, dan melemahnya investasi perikanan.Berdasarkan data Badan Koordinasi Penanaman Modal, investasi perikanan selama tahun 2006-2009 cenderung menurun. Sampai Februari 2009, bahkan belum terlihat penanaman modal di sektor perikanan.”Penyediaan infrastruktur budidaya wajib didorong agar biaya produksi bisa ditekan dan pembudidaya bergairah dalam berproduksi,” ujar Suhana.Data Organisasi Pangan Internasional (FAO) tahun 2008 menyebutkan, Indonesia menempati peringkat keempat produsen perikanan dunia setelah China, Peru, dan Amerika Serikat. Akan tetapi, nilai produksi perikanan Indonesia hanya menempati peringkat kesepuluh dunia. Kalah dibandingkan dengan Vietnam dan Thailand.MinapolitanMenteri Kelautan dan Perikanan Fadel Muhammad mengemukakan, pemerintah memprogramkan pengembangan minapolitan di kawasan-kawasan perikanan. Konsep minapolitan itu mengintegrasikan produksi bahan baku, pengolahan, dan pemasaran. Pembentukan kawasan minapolitan ditargetkan mulai tahun 2011.Ia mengemukakan, pembentukan minapolitan akan mendorong pembangunan infrastruktur yang lebih efektif dan efisien, seperti air bersih, listrik, dan penerangan.”Setelah minapolitan terbentuk, maka koordinasi dengan kementerian teknis yang terkait akan lebih mudah dan pembangunan infrastruktur lebih fokus,” ujarnya.Pengembangan infrastruktur perikanan, lanjut Fadel, membutuhkan koordinasi dengan Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, serta Kementerian Keuangan.Tahun 2010, Kementerian Pekerjaan Umum siap mengalokasikan dana sebesar Rp 1,7 triliun untuk penyediaan sarana infrastruktur di bidang kelautan dan perikanan, di antaranya revitalisasi tambak, pembangunan saluran irigasi, dan penyediaan air bersih.Subandono mengemukakan, pembentukan minapolitan hanya bisa terlaksana jika didukung sinergi yang efektif di antara kementerian yang terkait serta sinergi antara pemerintah pusat dan daerah. Di samping itu, pembenahan zonasi dan tata ruang untuk mengetahui kesesuaian lahan dan daya dukung lingkungan. (LKT/NAw/JOS) Sumber : http://cetak.kompas.com/read/xml/2010/02/12/03455119/infrastruktur.jadi.kendala.
Get your new Email address! Grab the Email name you've always wanted before someone else does! http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/aa/ [Non-text portions of this message have been removed]