http://www.equator-news.com/index.php?mib=berita.detail&id=14373

Senin, 22 Februari 2010 , 15:31:00


Ratusan Pelajar Tolak Pornografi



 
Sekitar 400 pelajar turun ke jalan memperingati Hari Pelajar Sedunia, Minggu 
(21/2). Mereka melakukan longmarch dan berorasi di Tugu Digulis Untan sambil 
mengacungkan poster berisi kecaman dan penolakan terhadap aksi pornografi.(FOTO 
: Tomi Fahrurrazi/Equator)
Dampak negatif yang ditimbulkan sangat memprihatinkan. Regulasi telah ada, 
namun masih saja ada perlawanan. Antisipasi pornografi berkedok budaya dan seni.

PONTIANAK. Hari Pelajar Sedunia, Minggu kemarin (21/2) diperingati sekitar 400 
pelajar asal Kota Pontianak dan Kubu Raya dengan menggelar aksi damai di 
Bundaran Tungu Degulis Untan. Aksi ini mereka tujukan untuk menolak segala 
bentuk pornografi.

"Sesuai tema, aksi santun dan damai pelajar tolak pornografi, kita ingin 
menyerukan kepada semua element masyarakat terutama pelajar untuk menjauhi dan 
menolak segala bentuk pornografi," ucap Wardah, Manager Divisi Komunikasi dan 
Informasi (Divkominfo) Lingkar Siswa Khatulistiwa (LSK) Kota Pontianak kepada 
Equator di sela aksi tersebut.

Alasan penolakan itu, kata Wardah karena dampak buruk yang ditimbulkan. Tidak 
hanya kepada masyarakat umum, tapi juga kepada kalangan pelajar. "Pornografi 
menyebabkan kerusakan moral pelajar. Prestasi-prestasi akademik pun jeblok," 
tegasnya.

Aksi yang berlangsung sekitar pukul 10.00 itu tidak hanya diikuti pelajar dari 
unsur LSK, para pelajar yang tergabung dalam Lembaga Pembinaan Pelajar Islam 
(LP2I) juga ikut hadir. 

Selain berorasi, masa membagikan pernyataan sikap kepada pengguna jalan yang 
melintas. Mereka juga melakukan pelepasan balon dan mengumpulkan tanda tangan 
sebagai bentuk perlawanan terhadap pornografi.

Menurut beberapa ahli psikologi, pornografi membawa efek yang sangat berbahaya 
karena bersifat addicted atau ketergantungan. Kondisi seperti ini lah yang bisa 
memengaruhi kinerja otak para penikmatnya sehingga cenderung mengikuti aksi 
porno yang ditontonnya.

Sejalan dengan perkembangan teknologi internet, handphone dan media komunikasi 
lainnya, aksi pornografi bisa menyebar dengan sangat cepat. Di Indonesia bahkan 
di dunia, aktivitas pornografi dapat dijumpai dengan mudah. Akses internet yang 
murah dan tersebar di tempat-tempat umum makin memperparah keadaan tersebut. 
Tak heran jika sejumlah pelajar pun terjerumus ke dalamnya.

"Ada pelajar yang dikeluarkan dari sekolah karena melakukan tindakan 
pornografi. Di sisi lain, sejumlah situs internet tetap saja menayangkan 
aksi-aksi vulgar," beber Wardah.

Untuk membentenginya, Wardah berharap agar pemerintah, para orang tua maupun 
seluruh element masyarakat bahu-membahu memerangi pornografi. "Pemerintah perlu 
menerbitkan regulasi tentang tayangan yang pantas dan tak pantas dikonsumsi. 
Sementara para orang tua juga harus melakukan pengawasan yang ketat," sarannya.

Wakil Ketua Badan Kotak Remaja Masjid Indonesia (BKPRMI) Kota Pontianak, Ustaz 
Miftah mengungkapkan, pornografi memberikan dampak buruk yang sangat luar bisa 
terhadap moral generasi muda. Sayangnya, masih ada sebagian pihak yang 
berpendapat bahwa pembatasan terhadap hal-hal yang berbau pornogrfi tidak perlu 
dilakukan.

"Saat pemerintah ingin menerbitkan UU tentang pornografi lalu, masih ada saja 
pihak yang menentang. Kedoknya, persoalan budaya bahkan karya seni," kata 
Miftah mencontohkan.

Menurutnya, penolakan yang mengatasnamakan budaya dan karya seni itu sangat 
tidak masuk akal. Karya seni dapat diwujudkan dalam banyak bentuk tanpa harus 
mengumbar atau mempertontontan lekukan tubuh. "Karya seni masih banyak. Bisa 
dengan melukis atau apapun yang tidak berbau porno," cetusnya.

Tak hanya itu, karya seni yang berbau porno juga paling hanya dinikmati oleh 
sejumlah kalangan. Sementara kerusakan moral bangsa akibat seni yang salah 
kaprah itu justru sangat besar. "Jadi jangan budaya dan karya seni menjadi 
kedok melindungi pornografi," tegasnya.

Pria yang juga menjabat anggota DPRD Kalbar ini menjelaskan, salah satu dampak 
yang ditimbulkan dapat dilihat dengan makin meningkatnya jumlah pengidap 
penyakit seperti sipilis, dan HIV/Aids. Sayangnya, kesadaran masyarakat dalam 
membendung peningkatan penyakit itu dengan memerangi pornografi sebagai puncak 
utamanya justru semakin lemah.

Berdasarkan data yang dihimpun Equator, se-Kalbar pengidap HIV tahun 2009 
mencapai 2.023 orang dan 1.018 Aids orang. Sedangkan korban meninggal dunia 
lebih dari 100 orang yang masih berusia produktif antara 25 - 29 tahun. Jumlah 
tersebut meningkat sekitar 63 persen dari tahun sebelumnya. 

"Jika aksi pornografi itu tidak benar-benar diperangi, saya yakin jumlah 
pengidap HIV/Aids akan semakin meningkat tajam. Akibatnya, bukan hanya moral 
bangsa yang rusak, tapi juga SDM yang dimiliki bangsa ini," pungkas Miftah.

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke