Problema kemasyarkatan Indonesia dan Malayasia itu sangat berbeda. Di Malayasia 
hanya ada masalah tiga etnis besar: Malayu, Tionghoa dan India. Di Indonesia 
ada 130 lebih etnis bangsa-bangsa yang hidup tersebar di kawasan sejauh Sabang 
hingga Merauke yang geografis-waktunya ada tiga daerah waktu. Di samping itu 
perbedaan tingkat kebudayaan antar-etnis adalah sangat besar (Bangsa Jawa 
dihitung anthropologis/sosiologis sebagai yang paling maju kebudayaannya dan 
mayoritas jumlahnya). Di Indonesia masih hidup etnis bangsa yang hidupnya 
sepenuhnya bergantung kepada alam lingkungan hidup seperti di Papua/Irian 
Barat, di pedalaman Kalimantan, di pedalaman Riau, di pulau-pulau kecil dll. 
Untuk membangun Indonesia dan bangsa Indonesia sebagaimana dicantumkan dalam 
mukadimah UUD 1945 diperlukan suatu kebersamaan pemahaman sitkon Indonesia yang 
nyata, bukan angan-angan.  


From: Harry Adinegara 
Sent: Wednesday, September 01, 2010 2:51 PM
To: tionghoa-...@yahoogroups.com ; budaya tionghua 
Cc: gelora45 ; media care 
Subject: [ppiindia] Dengan cara diskriminasi-rasial menuju kemakmuran bersama?


  
Rupanya perlu di-telaah lebih mendalam perihal  berita soal Pak Wapres Jusuf 
Kalla, yang dalam pidatonya yang terachir sempat beliau dikatagorikan sebagai 
seorang yang rasialis, seorang rasialis yang anti suku Tionghoa. 

 
Bersamaan dengan kejadian ini ,negara tetangga kita , Malaysia merayakan policy 
yang waktu itu, dikenal sebagai NEP(New Economic Policy) yang dicetuskan di 
tahun 1971, jadi sudah 40-an tahun yll. NEP ini bertujuan untuk menjebatani 
suatu fusi antara ,terutama 3 etnis di M'sia, yakni etnis Chinese, Indian dan 
majority orang Malay atau bumiputra, untuk bisa kerja sama dengan lebih efektip 
bagi kemakmuran bersama. Tujuan policy ini adalah untuk menyatukan sikap , 
ketrampilan dan kinerja segenap kekuatan (3 etnis) ini untuk bisa kerja sama  
menuju kemakmuran bersama. Untuk mencapai tujuan achir , kemakmuran bersama 
maka 
perlu di-awali dengan mengangkat sikon-nya orang Malay (bumi putra) yang 
mayoritas(60%)untuk bisa berdiri sama tinggi, duduk sama rendah. Caranya dengan 
, apa yang dikenal
dengan affirmative action.  Kejadian huru hara tahun 1969, clash antar etnis 
memberikan stimuli pada pemerintah waktu itu untuk mencari jalan keluar(solusi) 
 dari kejadian ini  yang telah menelan korban jiwa dan harta, Mencari idee 
,mencari , mengolah suatu rancangan undang2 untuk mengatasi kejadian ini dan 
mempersatukan segenap kekuatan , bekerja sama segenap kekuatan bagi kemajuan 
negara Malaysia. Caranya yalah dengan memberikan ...preferential access ke 
misalnya bea siswa, kepemilikan saham dalam perusahaan sampai ke pembelian 
rumah,policy ini akan memberikan fasilitas pertama2 kepada bumi putra.  Dengan 
cara affirmative action ini ditargetkan kalau dalam kurun waktu tidak lama maka 
para bumi putra akan sanggup ber-mitra dengan etnis2 lain yang dulunya  
mustahil 
bisa terlaksana karena status bumi putra tak se-imbang dalam banyak hal. Dalam 
kurun waktu 40 tahun semenjak policy NEP ini, dirasakan oleh pemerintah 
sekarang, sudah sampai waktunya untuk mengganti atau mengolah policy NEP ini 
dengan lebih rinci, menghilangkan aspek policy yang kurang menguntungkan dan 
memberikan "suntikan" baru agar kemajuan yang sudah sempat dicapai sekarang ini 
akan bisa lebih di-galak-kan mengingat globalisasi dimana semua negara bersaing 
untuk kemajuan negara nya masing2.
 
Mengapa NEP , oleh pemerintah Najib Razak perlu di olah /dirubah dan 
disesuaikan 
dengan waktu dan pemrmintaan zaman ?  Dalam perjalanan policy NEP ini, Malaysia 
sudah bisa mencapai hasil yang cukup mengagumkan. Pasca PD II, waktu itu 
Malaysia bisa di golongkan sebagai negara miskin, 50% hidup dalam kondisi 
kemiskinan. Sekarang hanya 4%, dan sebagain besar pribumi  bisa menikmati 
social 
welfare yang memadai. Tapi kemajuan ini membawa complacency bagi rakyat 
Malaysia. Mereka jatuh ke era "middle income trap", complacency jadi aturan 
hidup ,dan kemajuan dibidang R&D terbengkalai dan produksi dalam negeri tidak 
memadai untuk bisa dianggap memberikan devisa yang kecukupan. Ada kemajuan  
per-capita income tapi tidak bisa menandingi perkembangan negara sesama Asia 
misalnya Korea Selatan. Tahun 1970-an  Korea Selatan nasional income capitanya 
$260 sedangkan Malaysia sudah unggulan $380,, tapi dini hari Korea Selatan 
melejit jauh kedepan $19,800,= sedangkan Malaysia ketinggal dan hanya sempat 
menggalang  $7,200.=. Karena ini pemerintah Malaysia saat ini perlu mengolah 
kembali NEP dan menyesuaikan policy yang mungkin sekarang sudah dianggap out of 
date karena sikon dalam negeri dan dunia sudah berubah. 

 
Dicanangkanlah suatu model policy baru yang dinamakan NEM (New Economic Model) 
Planning-nya yalah untuk memberikan stimuli ke sektor privat dengan 
menghilangkan red tape, seperti policy NEP dengan aturan ala Ali-Baba dimana 
bumiputra diberikan hak untuk dapat bermitra ,albeit mereka belum sanggup 
,menilik kondisinya, misalnya dalam ketrampilan suatu usaha.NEM mendorong 
edukasi kepada segenap etnis, agar tidak terjadi brain drain dan memelopori 
dengan kegiatan memajukan tenaga kerja tehnik.
"Affirmative action won't be eliminated entirely under the NEM, but altered to 
weed out abusive practices, target money where it is most needed and support 
the 
MOST Worthy  Malay businessmen...all the while trying to open up opportunities 
for minorities"(TIME)
 
Menilik pengalaman/kejadian di  negara tetangga Malaysia, yang bisa kita lihat 
dalam hal pencanangang  dan pemberlakukan suatu policy yang ber-asaskan 
rasialistis diskriminatif, seperti NEC ini, sebetulnya kita perlu  lebih 
mendalami idee negara tetangga ini dan tidak serta merta mengkatagorikan idee 
ini sebagai sesuatu yang rasistis diskriminatip? Yang perlu kita hayati yalah  
hasil achir yang positip ,....itu adalah tujuan semua idee, semua ideologi , 
hasil achir yang memicu kita/berkerja sama untuk masa depan yang gemilang untuk 
semua yang 

yang berkiprah untuk kemaslahatan bersama dalam suatu wacana bineka tunggal ika.
 
Apakah negara kita siap menerima rancangan semacam NEP? Apakah Mantan Pres 
Yusuf 
Kalla itu dalam intinya punya idee semacam NEP ini bagi kemajuan segenap warga 
negara,  dalam negara NKRI? Suatu pertanyaan yang sebenarnya sukar/gampang  
dijawab, tergantung dari kita semua, dengan mempertanyakan kepada diri masing2 
apakah , dipelopori ,oleh pemerintah yang kredibel/jujur /adil dan punya fisi 
untuk masa depan negara dan bangsa, kita sama2 bisa membangun negara yang adil 
dan makmur, walaupun starting pointnya kita perlu menelan pil pahit dengan 
menerima idee semacam NEP yang bisa kita anggap sebagai idee yang 
diskriminatip/rasistis? Tapi hasil achir bisa kita nikmati bersama suatu 
kemakmuran bagi semua warga negara tanpa pilih kasih, tanpa pilih kesukuan dan 
agama.
 
Harry Adinegara

[Non-text portions of this message have been removed]





[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke