“Dalam kaitan dengan GA 222, Ibas tidak pernah meminta Garuda untuk menunggu. 
Hal yang terjadi adalah bersifat operasional. Pesawat mengalami penundaan 
keberangkatan sekitar sepuluh menit karena masih ada rombongan atau penumpang 
dalam jumlah yang cukup banyak yang akan berangkat”
 
“Dalam kaitan dengan penerbangan komersial, penerbangan dapat menunggu 
rombongan 
atau penumpang dalam jumlah yang cukup banyak”.
 
Demikian yang disampaikan oleh Pujobroto, Vice President Corporate 
Communication 
Garuda Indonesia, berkaitan dengan penyebab terlambatnya jadwal penerbangan 
pesawat Garuda dengan nomer penerbangan GA 222.
 
 
Sebagaimana diketahui, pesawat Garuda dengan nomer penerbangan GA 222 jurusan 
Jakarta-Solo itu pada hari Sabtu tanggal 4 September 2010 sempat ditunda 
keberangkatannya dari jadwal yang seharusnya pukul 09.30’ WIB menjadi pukul 
09.50’ WIB.
 
 
Perihal penundaan keberangkatan itu dibenarkan oleh Bonggas Adhi Chandra, staf 
ahlinya Ibas.
 
“Memang betul terlambat, tapi menurut info yang saya terima, terlambatnya hanya 
10 menit, jadi tidak terlalu panjang. Saya pikir tidak ada keistimewaan untuk 
Ibas. Itu kantergantung pilotnya juga”, kata Bonggas.
 
 
Namun menurut salah seorang penumpang yang bernama Hendro, telatnya pesawat 
Garuda itu tidak hanya 10 menit saja, pesawat Garuda terpaksa molor 20 menit 
dari pukul 09.30 WIB, molor menjadi pukul 09.50 WIB, lantaran menunggu 
kedatangan Ibas.
 
“Kita akhirnya baru terbang sekitar pukul 09.50 WIB. Lama banget terlambatnya, 
semua pada ngeluh tapi ya gimana”, kata Hendro.

Menurut Hendro, pesawat itu seharusnya terbang tepat pukul 09.30 WIB. Namun 
hingga jarum jam menunjuk waktu tersebut, pesawat tidak juga lepas landas.
 
Para penumpang yang telah duduk manis di kursinya masing-masing itu mulai 
bertanya-tanya. Beberapa penumpang bahkan sempat menduga ada gangguan teknis 
pada pesawat tersebut.
 
“Semua pada bisik-bisik, kenapa nggak terbang-terbang ya. Padahal kelihatannya 
kursi sudah terisi penuh”, kata Hendro.
 
Pertanyaan para penumpang pun akhirnya terjawab.
 
Pilot pesawat melalui pengeras suara mengumumkan kepada para penumpangnya bahwa 
sebenarnya Garuda sudah siap untuk terbang namun penerbangan terpaksa ditunda 
karena ada penumpang yang belum masuk.
 
Sejurus kemudian, putra bungsu Presiden SBY, Edi Baskoro Yudhoyono (Ibas) yang 
merupakan anggota Komisi I DPR-RI merangkap Sekjen partai Demokrat itu memasuki 
pesawat dengan dikawal oleh para pengawalnya yang bersenjata lengkap.
 
“Pengawalnya pakai senjata lengkap, jadi semua orang melihat mereka”, kata 
Hendro.
 
Setelah Ibas duduk, pesawat belum juga bisa diberangkatkan, lantaran ke enam 
pengawalnya Ibas masih harus menyimpan dan merapikan senjata-senjatanya.
 
Setelah semuanya selesai, barulah pesawat itu diberangkatkan.
 
 
Berkait dengan itu, banyak pihak mengkritik dan menyayangkan jika hanya 
gara-gara telatnya kedatangan beberapa orang penumpang maka penerbangan harus 
ditunda, dimana penundaan itu tentu dapat merugikan kepentingannya para 
penumpang lainnya yang jumlahnya lebih banyak.
 
 
Namun, kritik tersebut menurut Ahmad Mubarok, anggota Dewan Pembina partai 
Demokrat, tidaklah tepat jika dialamatkan kepada Ibas.
 
“Kritiknya kepada Garuda dong, bukan kepada Ibas, setelah memperlakukan orang 
tidak proper. Kalau Ibas tidak menyuruh dan tidak minta. Itulah lemahnya budaya 
mental kita kepada orang yang di atas”, kata Ahmad Mubarok.
 
“Dia bukan tipe yang menggunakan peluang seperti itu. Mungkin ada orang 
Demokrat 
yang mengurus karcis dengan Garuda. Kalau Ibasnya tidak suka yang gitu-gitu. 
Tapi tidak menunggu orang pun Garuda sering terlambat”, tambah Ahmad Mubarok.
 
 
Nah, jika Ibas tidak meminta pengistimewaan itu maka mengapa Garuda 
memberikannya ?.
 
Dan, biarlah Garuda menunggu Ibas, toh Garuda pun juga sering telat dan molor 
jadwal penerbangannya.
 
Jadi, Ibas enggak salah khan ?.
 
Wallahualambishshawab.
 
*
Ibas Enggak Salah
http://unik.kompasiana.com/2010/09/09/ibas-enggak-salah/
http://politikana.com/baca/2010/09/09/ibas-enggak-salah.html
*


      

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke