http://www.balipost.co.id/balipostcetak/2005/6/13/b21.htm
Dari Warung Global Interaktif Bali Post Badan Antiteror jangan sampai Kekang Kebebasan Masyarakat Badan antiteror yang akan dibentuk pemerintah hingga ke seluruh daerah, akan sampai ke tingkat RT dan RW, dengan meningkatkan koordinasi antara masyarakat dan petugas serta pemerintah. Wapres Jusuf Kalla menyatakan masyarakat harus dilibatkan dalam mencegah aksi teror, karena berdasarkan pengalaman selama ini ternyata para teroris tinggal bersama penduduk. Oleh karena itu, mau tidak mau pemerintah bersama masyarakat harus bekerja keras mencegah teror dengan mengoptimalkan penyampaian informasi. Kalla mencontohkan seperti peraturan tamu harus lapor kepada RT/RW setempat dalam tempo 1 x 24 jam ketika mulai menginap harus benar-benar dilaksanakan. Wapres menegaskan masalah intelijen bukan hanya urusan BIN, polisi atau aparat TNI saja, karena yang lebih penting adalah peran serta masyarakat untuk memberikan berbagai informasi yang mencurigakan. Tentu, rencana ini diamini dan sangat didukung oleh masyarakat, sebab ada harapan akan terciptanya rasa aman dan damai. Sekalipun demikian, terselip kekhawatiran, jangan sampai niat baik pembentukan lembaga ini justru dalam kenyataannya mengekang kebebasan masyarakat, sebagaimana pernah terjadi di zaman orde baru. Juga diharapkan jangan sampai terjadi tumpang tindih dengan lembaga yang sudah ada, seperti BIN atau lembaga intelijen yang saat ini sudah dimiliki Polri, misalnya. Demikian antara lain opini masyarakat lewat acara Warung Global, Sabtu (11/6) lalu. Acara ini disiarkan langsung Radio Global 96,5 FM dan dipancarluaskan oleh Radio Genta Swara Sakti Bali dan Radio Singaraja FM. Berikut rangkuman selengkapnya. Pande di Pandak Gede mengatakan, tragedi bom telah terjadi di beberapa tempat di Indonesia. Berbagai dampak akhirnya timbul, misalnya rasa traumatis bagi rakyat Indonesia dalam melaksanakan kegiatannya sehari-hari. Lebih jauh lagi dia mengatakan, masyarakat Indonesia juga sulit berinteraksi dengan negara lain akibat masalah keamanan pariwisata, ekonomi, investasi. Sehingga kita menjadi betul-betul terisolasi. Maka tidak ada jalan lain selain serius untuk memerangi teror bom ini. Ketika muncul wacana pembentukan badan antiteror, sungguh delematis karena teroris merupakan jaringan internasinal yang sudah tentu peralatannya menggunakan teknologi canggih dan SDM-nya mantap karena dibiayani oleh jaringan internasional. Sementara badan yang akan kita bentuk SDM-nya sudah tentu sangat terbatas sehingga pada saat operasinya menjadi sangat riskan. Jangan-jangan ujung tombak yang semestinya kita arahkan ke teroris, tidak tahunya mengarah pada kita sehingga terjadi bunuh diri. Arta Jaya Astawa di Singaraja melihat, apa yang menjadi rencana Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Jenderal Endirartono merupakan strategi yang sangat bagus. Ini bukan berarti tidak percaya terhadap adanya BIN, Kapolri, Kapolda, karena masalah kejahatan bom ini sudah mengglobal, termasuk di Indonesia, sehingga perlu ada badan yang terdiri atas tim-tim yang fokus menangai masalah bom itu. Dengan demikian dalam rangka optimalnya penanganan masalah teror yang membahayakan, sangat perlu ada lembaga yang secara fokus untuk meminimalisasi tindakan teroris ini. Arta Jaya Astawa juga berterima kasih badan ini dibentuk karena menyangkut keamanan. Sementara itu, Natri di Denpasar kurang setuju karena dari segi ekonomi tentu akan menggunakan dana APBN, kemudian apakah badan seperti BIN tidak akan tersinggung? Sarannya, sebaiknya peran dan fungsi BIN yang dioptimalkan. Dia juga memandang negatif karena banyaknya petrus (penembak misterius), sedikit-sedikit ditembak, tentu ini meresahkan masyarakat. Made Suwira di Singaraja mengatakan setuju dengan adanya badan antiteror. Pertimbangannya, karena dirinya membutuhkan keamanan. Namun dengan catatan, jika ada lembaga lain yang ada kaitannya atau tumpang tindih, barangkali harus diseleksi atau dihapus. Gusti di Denpasar setuju karena selama ini lembaga seperti Badan Intelijen Negara tidak bekerja dengan baik. Sehingga, malah informasi datangnya dari intelijen asing yang ada di Indonesia, entah dengan tujuan apa. Tetapi harapannya, jika badan ini terbentuk agar ada koordinasi yang jelas. Maria di Sidakarya melihat bahwa dalam masalah SDM memang Indonesia kalah dengan SDM luar negeri. Tetapi, mengingat SDM kita rendah bukan berarti kita ragu-ragu, demi kestabilan keamanan dia mendukung sepenuhnya. Tetapi seperti yang telah lewat-lewat, bom masih juga terjadi, itu berarti perjuangan bangsa Indonesia perlu ditingkatkan dengan membentuk tim khusus untuk menanggulangi teroris. Kemudian, SDM memang belum memadai, maka sebaiknya ditingkatkan terus bersama dukungan masyarakat karena tujuannya nanti juga untuk masyarakat. Komang di Kerobokan sangat setuju dibentuknya lembaga antiteror ini, namun dia bertanya, bertanggung jawab kepada siapa nanti badan ini, apakah kepada Presiden, Kapolri, Kapolda atau TNI? Juga, dari mana unsur-unsur anggotanya? Jika dari tni-itu sama saja. Sugita di Payangan juga sangat setuju, karena dia tidak mau terjadi bom di Indonesia. Apalagi keamanan sangat mahal. Sementara Guatama di Gianyar menyatakan, apa pun yang terjadi saat ini, adalah kelemahan keamanan SBY. Kalau sekarang banyak membentuk badan tetapi tidak pasang badan, sama saja. Demikian juga masalah hukum, pelaku Bom Bali yang sudah divonis mati sampai saat ini belum dieksekusi. Dari kejaksaan bagaimana? Sementara dari pihak eksekutor menunggu perintah dari kejaksaan. Karena tidak ada perintah inilah menyebabkan amburadul semuanya seperti sekarang. Menurut Sugita, apa pun yang dibentuk sama saja, hanya untuk pemborosan uang negara. Suarjana di Singaraja mengakui, apa pun rencana pemerintah dalam hal memberikan rasa aman, damai kepada penduduk bangsa ini harus sepenuhnya kita dukung. Namun, diingatkan, apa pun yang dibentuk oleh pemerintah ini jangan sampai menjadi bumerang. Karena bangsa ini masih trauma dengan kejadian-kejadian masa lagu pada masa orde baru berkuasa. Kita masih ingat betul hak-hak asasi bangsa ini begitu terkekang, di mana masa itu ada juga badan koordinasi daerah seperti sekarang ini. Jangan sampai keinginan pemerintah untuk memberikan rasa damai kepada masyarakatnya tetapi kenyataannya bangsa itu terkekang. Yang menjadi stressing di sini, tambah Suarjana, adalah dalam penciptaan sivil society yang aman, jangan sampai rakyat sendiri menjadi korban, sedangkan badan yang dibentuk hanya merupakan kepanjanagn tangan pemerintah pusat untuk mewujudkan cita-citanya dan rakyat dijadikan korban. * panca [Non-text portions of this message have been removed] ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> Has someone you know been affected by illness or disease? Network for Good is THE place to support health awareness efforts! http://us.click.yahoo.com/rkgkPB/UOnJAA/Zx0JAA/uTGrlB/TM --------------------------------------------------------------------~-> Post message: [EMAIL PROTECTED] Subscribe : [EMAIL PROTECTED] Unsubscribe : [EMAIL PROTECTED] List owner : [EMAIL PROTECTED] Homepage : http://proletar.8m.com/ Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/