Kta si pembela terdakwa, kliennya cuma megang2 kontol korbannya. Berarti ga salah nurut si pembela, hehehe.... Apa urusan MUI dan Depag dgn kasus pencabulan ini? APa MUI dan Depag mau bilang bhw nyabulin santri itu sesuai dgn ajaran agama Islam? Nabi jg doyan koq megang2 badan cowok muda. Perhatikan jg duel antara 2 kiai ini, yg satu nuduh kiai lainnya nyabulin santri, yg lain nuduh kiai satunya ngegelapkan sapi bantuan. Kata pepatah, ga ada asap kalo ga ada api, jadi tuduhan2 itu ada dasarnya, bukan? Tapi ngembat harta zakat itu kan ga salah kalo yg ngembat itu adalah yg ngurus harta zakat tsb (9:60)
From: Sunny <am...@tele2.se> >To: undisclosed-recipi...@yahoo.com >Sent: Saturday, February 18, 2012 7:37 AM >Subject: [proletar] Cabul Atas Nama Agama > > > >http://www.gatra.com/hukum/31-hukum/8761-cabul-atas-nama-agama >Cabul Atas Nama Agama >Thursday, 16 February 2012 09:30 >1 Komentar > >Atas nama ketaatan kepada kiai, 29 santri dicabuli pengasuh pesantren di >Batang, Jawa Tengah. Dogma agama sering menjadi topeng perbuatan amoral oknum >pemuka agama. Kasus yang sama sering terjadi. > >Mapolres Batang, Jawa Tengah, didatangi ratusan orang dari beberapa ormas >Islam, Jumat pekan lalu. Massa yang kebanyakan berasal dari anak organisasi >masyarakat Nahdlatul Ulama (NU), seperti Gerakan Pemuda Ansor dan Ikatan >Pemuda NU, itu menuntut agar polisi mengusut tuntas kasus pencabulan yang >dilakukan pengasuh Pondok Pesantren Nurul Dholam, Mohammad Shobihin Akhmad. > >Tokoh agama kelahiran Batang, 4 Mei 1969, itu dilaporkan mencabuli puluhan >santri yang belajar di yayasan miliknya. Massa yang melakukan aksi damai >mendesak agar polisi segera memproses Shobihin karena sampai saat ini yang >bersangkutan masih melenggang bebas. Massa menagih janji Kapolres Batang, AKBP >Tony Hartono, yang mengatakan hendak mengusut tuntas kasus ini. Hal itu >diucapkan Tony pada pertemuan dengan perwakilan dari kantor Departemen Agama >setempat dan Majelis Ulama Indonesia Kabupaten Batang. > >Shobihin sendiri kabur sejak aibnya tercium publik, Maret lalu. Saat Gatra >mendatangi pesantren yang terletak di Desa Banjiran, Kecamatan Warungasem, >Kabupaten Batang, itu tak terlihat lagi jejak Shobihin. Pesantren sederhana >itu tak lagi diurusnya sehingga sebagian besar santri memilih pulang kampung. > >Ramot Sitompul, penasihat hukum Shobihin, mengungkapkan bahwa kliennya tidak >berniat kabur. “Polisinya saja yang tidak nyari,” katanya kepada Ade Faizal >Alami dari Gatra. Menurut Ramot, kliennya saat ini berada di sebuah pesantren >di Bojonegoro, Jawa Timur. Ia bisa menghadirkan Shobihin kapan saja asalkan >kliennya dijamin keselamatannya oleh aparat kepolisian. > >Menurut Ramot, apa yang dilakukan kiai berusia 42 tahun itu tak lebih dari >metode pengobatan belaka. Adanya kontak fisik dengan pelapor adalah permintaan >santri sendiri. Itu pun sebatas dipegang alat vitalnya. Pernyataan para korban >lain yang kemudian melapor, kata Ramot, adalah rekayasa yang diprakarsai Ketua >Koperasi Pesantren Nurul Dholam, Hasanuddin, yang punya masalah pribadi dengan >Shobihin. Kliennya menuding Hasanuddin menggelapkan sapi-sapi milik pesantren. > >Terkuaknya topeng sang kiai bermula dari laporan seorang korban, sebut saja >Dede, 23 tahun, pada Maret 2011. Dede, yang mengaku menjadi korban selama satu >tahun, melaporkan kasus yang dialaminya kepada Hasanuddin, santri senior yang >menjabat sebagai ketua pondok. Hasanuddin kemudian meneruskan laporan ini ke >polisi. > >Menurut pengakuan Dede, pada 2007, saat pertama kali bertemu Shobihin di >pesantren di sebuah kota di selatan Jawa Tengah, ia tertarik oleh kealiman dan >ketinggian ilmunya. Shobihin yang rajin beribadah dan mendalam ilmu-ilmu agama >membuat Dede ingin belajar kepadanya. > >Pada 2010, Shobihin memintanya mengaji di pesantren miliknya di Batang. Sejak >itulah Dede nyantri di Nurul Dholam. Kiai yang dipanggilnya abah itu >mengajarkan kitab-kitab tasawuf, seperti Al-Hikam, Minhaj al-Abidin, dan Kifah >al-Atqiya. > >Baru bulan kedua di tempat itu, Dede sudah mendapat perintah yang aneh-aneh, >seperti memijat. Awalnya hanya memijat biasa. Namun, lama-lama sang kiai >memintanya mengonani atau melakukan oral. “Saya mengira ini ujian dari Abah, >seperti Nabi Khidir menguji Nabi Musa,” katanya kepada Gatra. Shobihin >menjelaskan bahwa hal itu dilakukan sebagai media mendekatkan diri kepada >Allah. > >Kejadian seperti itu berulang setiap malam Jumat. Suatu sore, Shobihin >mengirim pesan singkat kepada Dede: “Nanti malam Allah akan memperlihatkan >kewalian saya kepada santri-santri tertentu.” Malamnya, Dede diperintahkan >melaksanakan salat taubat, kemudian dicabuli. > >Pada malam yang lain, Dede dibangunkan untuk melaksanakan salat hajat 50 >rakaat, kemudian kembali diperlakukan seperti itu. Menurut Dede, gurunya itu >selalu mengulang-ulang doktrin bahwa jika menolak kemauannya, ia akan dimusuhi >semua wali yang ada di langit dan di bumi. Kejadian dengan pola yang sama >terus berulang selama sekitar satu tahun. > >Karena terus terjadi, lama-lama Dede sadar bahwa itu semua tak lain hanya tipu >daya Shobihin. Pada Maret 2011, Dede melaporkan hal itu kepada Hasanuddin. >Awalnya, laporan Dede diabaikan karena dianggap bohong, hingga Dede mengancam >bunuh diri di tempat itu bila laporannya tidak ditindaklanjuti. Barulah >Hasanuddin menindaklanjuti laporan Dede. > >Kepada Gatra, Hasanuddin mengaku awalnya tidak menyangka kiai yang dipujanya >berperilaku seks menyimpang. Namun, setelah dihubung-hubungkan dengan >kejadian-kejadian yang lain, ia menjadi mafhum. Menurut dia, banyak santri >yang berperilaku pendiam dan tertutup. Dede bahkan lebih suka tidur di pos >depan kandang sapi daripada di kamarnya. > >Menurut Sudjatmiko, aktivis Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan >Anak (P2TP2A), korban Shobihin seluruhnya 29 santri berusia 16 hingga 23 >tahun. Angka ini didapat P2TP2A dari hasil penelusuran terhadap korban dan >para santri lain. Namun, dari jumlah itu, yang resmi melapor ke polisi hanya >sembilan orang. Salah satu korban ada yang dicabuli sejak kelas V sekolah >dasar. > >Para korban mendapat perlakuan mulai dari dipaksa onani, mengonani, disuruh >melakukan oral, hingga disodomi. Sudjatmiko meminta polisi menangkap Shobihin >karena bukti-buktinya lengkap, termasuk hasil visum dari RSUD Batang. > >Kapolres Batang, AKBP Tony Harsono, melalui humasnya, AKP Djafar Sodiq, >mengungkapkan bahwa pihaknya sudah dua kali melayangkan surat panggilan kepada >Shobihin, tetapi yang bersangkutan mangkir. Ia juga mengaku, polisi kesulitan >mencari alat bukti karena kejadiannya sudah lama. “Kalaupun ada sarung atau >karpet yang terkena sperma, mungkin sudah dicuci,” ujarnya. Tak mengherankan >bila status Shobihin saat ini baru sebatas saksi. > >Sikap polisi yang letoi itulah yang kemudian membuat masyarakat geram. >Sekelompok warga setempat bahkan sampai marah dan mengancam akan membakar >seluruh kompleks pesantren bila kasus itu tidak ditindaklanjuti. > >*** > >Di Surabaya, kasus serupa terjadi tiga tahun silam. Muhammad As'ad Syukur >Fauzani, pengasuh Pondok Pesantren Yayasan Almukhlashin Ibadurrahman atau >lebih dikenal dengan nama Yayasan Ya Ibad, dilaporkan ke polisi karena >mencabuli 18 santriwatinya. > >Kiyai As’ad, yang tinggal di Jalan Kedung Rukem IV 43-45, Surabaya, dilaporkan >wali santri karena dituduh melakukan perbuatan tidak senonoh terhadap para >santri perempuan. Pencabulan itu dilakukan As'ad dengan cara memanggil para >santri wanita berusia belasan tahun ke dalam ruangannya sebelum atau sesudah >mengaji. Para korban mengaku dicium, dipeluk, dan dipegang alat vitalnya. > >Setelah melalui serangkaian proses penyidikan polisi, kasus ini disidangkan di >Pengadilan Negeri Surabaya. As’ad terancam Pasal 82 Undang-Undang Perlindungan >Anak Nomor 23 Tahun 2002. Namun, sebelum vonis, lelaki asal Pasuruan itu >meninggal dunia karena penyakit gula. > >Mujib Rahman, dan Arif Sujatmiko (Surabaya) >[Laporan Utama, Gatra Nomor 15/18 Beredar Kamis, 16 Februari 2012] > >[Non-text portions of this message have been removed] > > > > > [Non-text portions of this message have been removed] ------------------------------------ Post message: prole...@egroups.com Subscribe : proletar-subscr...@egroups.com Unsubscribe : proletar-unsubscr...@egroups.com List owner : proletar-ow...@egroups.com Homepage : http://proletar.8m.com/Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/ <*> Your email settings: Individual Email | Traditional <*> To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/join (Yahoo! ID required) <*> To change settings via email: proletar-dig...@yahoogroups.com proletar-fullfeatu...@yahoogroups.com <*> To unsubscribe from this group, send an email to: proletar-unsubscr...@yahoogroups.com <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/