http://www.jawapos.co.id/index.php?act=detail_c&id=190361

Jumat, 23 Sept 2005,


Subsidi Langsung Kabinet Reaksioner
Oleh M. Ikhsan Modjo *


Pemerintah yang didukung DPR sudah menetapkan akan menaikkan harga BBM pada 
Oktober mendatang. Pada saat yang sama, pemerintah berencana menggelar program 
subsidi langsung berupa cash transfer sebagai kompensasi kenaikan harga BBM 
bagi penduduk yang tergolong miskin. Rencananya, pemerintah memberikan uang 
tunai Rp 100.000 per bulan kepada 15 juta penduduk miskin di seluruh Indonesia. 

Secara teoretis, sebagaimana yang dipostulasikan dalam The Second Welfare 
Theorem pada kajian ilmu ekonomi mikro, subsidi langsung melalui cash transfer 
akan lebih efektif sebagai wahana distribusi pendapatan daripada subsidi tidak 
langsung lewat intervensi harga. 

Sebab, selain bersifat gebyah uyah (one size fits all) sehingga cenderung salah 
sasaran, subsidi tidak langsung akan mendistorsi peran alokasi harga yang 
berujung pada maraknya inefisiensi serta pasar gelap. 

Dalam hal ini, pemborosan dan penyelundupan BBM merupakan contoh klasik 
inefisiensi dan insentif negatif akibat distorsi harga. Maraknya kedua tindakan 
tersebut belakangan bukan semata-mata disebabkan lemahnya penegakan hukum atau 
tidak adanya teknologi penghematan yang memadai. Namun, hal itu juga disebabkan 
adanya faktor pendorong berupa subsidi yang mengakibatkan perbedaan mencolok 
antara harga domestik dan internasional.

Penggelapan memang tidak bisa dicegah sebatas melalui pengetatan pengawasan. 
Begitu juga, penghematan tidak bisa semata-mata diterapkan dengan peraturan 
atau imbauan. Sebab, selama masih terdapat insentif perbedaan harga dan harga 
rendah, akan selalu terdapat pihak yang bersedia menerima risiko hukum atau tak 
acuh pemborosan. 

Implikasi kebijakan kajian teori itu jelas. Penggunaan harga sebagai mekanisme 
distribusi harus dicegah sejauh mungkin. Cara yang lebih elok dan tepat sasaran 
untuk mendistribusikan pendapatan adalah melalui subsidi langsung, bukan 
memanipulasi tingkat harga, namun pendapatan awal dari mereka yang taraf 
hidupnya ingin ditingkatkan. 

Namun, penisbahan pemisahan peran alokasi dan distribusi mekanisme harga, 
sebagaimana diktum-diktum teoretis pada umumnya, merupakan satu statemen 
bersyarat yang bergantung pada banyak faktor. Di antaranya, tiadanya 
eksternalitas pasar, informasi sempurna, dan complete market yang mustahil ada 
dalam satu perekonomian negara berkembang seperti Indonesia. 

Begitu juga dalam praktiknya, hampir tidak ada negara di dunia yang tidak 
mengintervensi secara selektif mekanisme harga untuk melakukan satu politik 
distribusi. Contoh paling jelas adalah intervensi di sektor pertanian. Hampir 
semua negara, baik maju maupun berkembang, secara sadar memanipulasi harga 
untuk menyubsidi pekerja di sektor pertanian. 

Beralasan
Pada titik ini, kritik untuk kebijakan cash transfer oleh sebagian pengamat 
adalah sah dan beralasan. Penjabaran operasional satu kebijakan distribusi 
tentu tidak bisa mengadopsi secara ajek satu kaidah teoretis tanpa 
mempertimbangkan kekhasan persoalan di tanah air. Apalagi bila menyangkut satu 
persoalan kompleks seperti kemiskinan.

Persoalan kemiskinan mencakup banyak dimensi yang bukan hanya ekonomi, tapi 
juga budaya dan sosial kemasyarakatan. Karena itu, fleksibilitas strategi 
kebijakan dan kerendahan hati untuk menerima masukan dari banyak pihak mutlak 
diperlukan. 

Sayangnya, pemerintah terkesan sangat tidak transparan dan kaku dalam 
menerapkan, baik strategi, kriteria, maupun jangka waktu, dari pelaksanaan 
program tersebut. 

Padahal, kekakuan dan desain program anti kemiskinan yang terburu-buru sangat 
berpotensi menjerumuskan. Misalnya, hal itu terlihat pada program jaring 
pengaman sosial (JPS) ketika krisis moneter lalu. 

Program JPS tidak hanya menghasilkan banyak ketidaktepatan sasaran. Yakni, 
banyak pihak yang seharusnya menerima malah tidak menerima bantuan. Sebaliknya, 
mereka yang seharusnya tidak menerima justru menerima bantuan. Hal tersebut 
juga menimbulkan penggelembungan biaya administrasi yang tercatat menghabiskan 
sepertiga total dana sekitar Rp 20 triliun yang dikeluarkan untuk program itu. 

Lebih jauh, terdapat beberapa hal tumpang tindih yang terasa mengganggu 
pelaksanaan program kompensasi kenaikan harga BBM kali ini. 

Pembuatan satu program anti kemiskinan yang sama sekali baru oleh pemerintah 
seakan menihilkan banyak program sejenis di banyak instansi dan departemen. 
Mulai Depdagri, Kemenkop, Depkes, BKKBN, hingga Bappenas. 

Demikian pula, pada program kompensasi harga BBM, BPS bertanggung jawab dalam 
pencacahan keluarga miskin. Tidak tanggung-tanggung, hal itu menelan dana 
sensus sekitar Rp 250 miliar. 

Padahal, selama ini instansi BKKBN dengan petugas penyuluh yang tersebar di 
hampir semua daerah bertanggung jawab mencacah keluarga miskin di Indonesia. 
Dengan pengalaman dan sumber daya yang ada, BKKBN tentu mampu melakukan hal 
yang sama dengan biaya lebih murah.

Kesan Negatif 
Dari uraian tersebut, sulit menghapus kesan negatif bahwa program kompensasi 
harga BBM lebih ditujukan sebagai bumper politik dan ajang bagi-bagi rezeki 
antarinstansi daripada satu program tulus pengentasan kemiskinan. 

Ke depan, seyogianya pemerintah lebih fokus pada koordinasi antarinstansi dan 
pengembangan infrastruktur program-program anti kemiskinan yang sudah ada 
selama ini. Bukan menciptakan satu program baru yang malah tidak jelas 
juntrungannya. 

*. M. Ikhsan Modjo, dosen Fakultas Ekonomi Unair; kini kandidat doktor di 
Department of Economics Monash University, Australia



[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Get fast access to your favorite Yahoo! Groups. Make Yahoo! your home page
http://us.click.yahoo.com/dpRU5A/wUILAA/yQLSAA/uTGrlB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

Post message: [EMAIL PROTECTED]
Subscribe   :  [EMAIL PROTECTED]
Unsubscribe :  [EMAIL PROTECTED]
List owner  :  [EMAIL PROTECTED]
Homepage    :  http://proletar.8m.com/ 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/proletar/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Kirim email ke