HARIAN KOMENTAR
23 September 2005 


Oma Temi: Orang Miskin akan Tetap Miskin
Oleh: Andry Harits Umboh 


Prolog 

Entah judul tulisan ini suatu kebetulan, namun situasi bangsa kita saat ini 
yang sangat memprihatinkan, mengingatkan saya pada seorang oma (nenek) yang 
hidupnya pas-pasan alias miskin. Kami biasa memanggilnya "Oma Temi", maklum 
cucu oma tersebut ada yang bernama Temi. 


Mengapa saya jadi ingat Oma Temi? Begini ceritanya, pada saat kampanye presiden 
yang lalu, dalam rangka meme-nangkan kandidat yang saya usung, saya sempat 
ber-kampanye pada Oma Temi, namun apa kata Oma Temi waktu itu? "Eh Utu, oma 
ingin perubahan, jadi biar le angko mo bilang apa, oma tetap SBY". Entah apa 
yang sedang di-pikirkan Oma Temi melihat BBM yang sedang melambung tinggi dan 
harga barang kebutuhan pokok yang semakin mahal akibat kebijakan ekonomi 
Presiden SBY yang lumayan amburadul.

Entah apa juga yang dipikirkan oleh Presiden SBY dan crew eko-nominya. Semangat 
untuk me-ngentaskan kemiskinan secara komprehensif yang sudah mulai menemukan 
bentuknya tiba-tiba saja jeblok dengan kebijakan yang sungguh-sungguh 
antipengen-tasan kemiskinan, yaitu program: "Beri si miskin 100 ribu per 
bulan". Program ini tidak ada bedanya dengan program ala Soeharto: "Program 
sembako", yang bukannya membawa angka kemiskinan Indonesia menuju titik 
terendah tapi justru sebalik-nya. 

Program "100 ribu untuk ke-luarga miskin" sepertinya akan menyulitkan bangsa 
kita men-capai target penurunan angka kemiskinan pada tahun 2015 di mana 
diharapkan pada tahun tersebut angka kemiskinan Indo-nesia telah berkurang 50 
persen dari sekarang. Mengapa? Karena program SBY ini akan membuat kita akan 
terus berhadapan de-ngan Oma TeMi: "Orang Miskin akan Tetap Miskin". Bahkan 
bukan tidak mungkin kita akan berjumpa dengan oma lainnya, yaitu OMA SeMi: 
"Orang Miskin Akan Semakin Miskin".

SPK sebagai Solusi

Seharusnya SBY dan Tim eko-nominya tidak perlu "malu" untuk melanjutkan apa 
yang sudah dicanangkan oleh presiden ter-dahulu, Megawati, yang telah sempat 
menggerakkan program pengentasan kemiskinan secara komprehensif melalui 
pem-bentukan Komite Penanggu-langan Kemiskinan (KPK). Komite ini pada dasarnya 
hendak mencari akar penyebab kemiskinan dan selanjutnya membangun suatu 
strategi dan rencana tindak penanggulangan kemiskinan. Ujung dari pada program 
ini adalah tersusunnya Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (SPKD) yang 
mutlak menjadi acuan kabupaten/kota untuk menyusun RAPBD tiap tahunnya. 

Apa untungnya? Sangat jelas: "Orang miskin akan berpeluang hidup lebih baik", 
karena setiap tahunnya, pemerintah, melalui APBD, melakukan proses ele-minasi 
terstruktur terhadap akar penyebab kemiskinan. 
Mari cermati contoh kasus berikut ini: Di suatu wilayah terdapat beberapa 
petani miskin, yang setiap harinya suami dan istri hanya menjual tenaga sebagai 
buruh tani harian. Padahal, ternyata mereka me-miliki lahan sempit rata-rata 
1/3 Ha per KK yang sebetulnya dapat diusahakan menjadi lahan produktif dan 
dapat memberi mereka sekitar Rp 4 juta sampai dengan Rp 5 juta per musim tanam. 
Namun mereka tetap saja miskin dan lahan mereka tidak diman-faatkan. Ketika 
diselidiki, ternyata akar penyebab per-masalahan kemiskinan mereka bukanlah 
modal usaha, bukan bibit tanaman, bukan pupuk, bukan pula masalah 
rajin-malasnya. 

Ternyata akar sebabnya adalah air, alias irigasi. Mereka sudah coba 
mengusahakan lahan mereka tetapi selalu gagal panen karena masalah kekeringan. 
Anggap sekarang mereka mulai menerima 100 ribu setiap bulan dari pemerintah. 
Apakah sekarang mereka dapat meng-usahakan lahan mereka dan 4 bulan kemudian 
mendapatkan hasil panen sekitar Rp 4 juta? Tidak! Berbeda faktanya apabila yang 
pemerintah berikan bukan uang Rp 100 ribu tapi air atau sistem irigasi. 
Di sinilah letak kekuatan SPKD: tidak memberi uang tapi memberi peluang untuk 
hidup lebih baik dari hari ini. 

Epilog

Tulisan ini, sama sekali bukan untuk melarang warga miskin untuk menerima Rp100 
ribu setiap bulan, tetapi sebagai sumbang saran bagi pemerintah bahwa masih ada 
cara lainnya, yang lebih bersifat langgeng, untuk membantu orang miskin keluar 
dari kemiskinannya. Tulisan ini sekaligus sebagai suatu implikasi dari 
kenyataan demokrasi bahwa: "Pilihan rakyat bisa salah bisa benar, namun pilihan 
rakyat akan menjadi mutlak salah ketika pemimpin yang dipilih salah mengayunkan 
langkah-langkahnya". 

Langkah Presiden SBY saat ini adalah contohnya. Selamat merenung OMA TeMi, 
tahun 2009 kita memilih presiden lagi.(*)

Penulis adalah Anggota Fraksi PDI Perjuangan 
DPRD Kabupaten Minahasa Selatan
   
© Copyright 2003 Komentar Group. All rights reserved. webadmin

[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Life without art & music? Keep the arts alive today at Network for Good!
http://us.click.yahoo.com/FXrMlA/dnQLAA/Zx0JAA/uTGrlB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

Post message: [EMAIL PROTECTED]
Subscribe   :  [EMAIL PROTECTED]
Unsubscribe :  [EMAIL PROTECTED]
List owner  :  [EMAIL PROTECTED]
Homepage    :  http://proletar.8m.com/ 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/proletar/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Kirim email ke