http://www.balipost.co.id/balipostcetak/2005/10/20/n2.htm


Setahun Pemerintahan SBY-Kalla---
Kalla Sebaiknya Ngerem Diri
Jakarta (Bali Post) -
Selama setahun memerintah, popularitas pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono 
(SBY) dan Jusuf Kalla mencapai titik terendah. Popularitas SBY-Kalla kini hanya 
tinggal 52,4%. Angka ini anjlok drastis dari popularitasnya sebelum menjadi 
presiden (79,7%) dan pada saat terpilih menjadi presiden (60,6% --hasil Pemilu 
2004). Angka itu juga jauh turun bila dibandingkan dengan angka popularitas 
bulan Agustus 2005 lalu, sekitar 64,7%. ''Penyebab utama anjloknya popularitas 
SBY-Kalla ialah kenaikan harga BBM,'' tegas Direktur Lingkaran Survai Indonesia 
(LSI) Denny JA, Rabu (19/10) kemarin. 

Survai ini memang dilakukan setelah harga BBM naik gila-gilaan hingga rata-rata 
100 persen -- bahkan minyak tanah naik 185 persen. Metode survai dilakukan 
dengan multistage random sampling, dengan menggunakan wawancara tatap muka di 
seluruh propinsi di Indonesia. Tingkat kesalahan survai ini (margin of error) 
sebesar 3,2 persen. 

Denny menuturkan, hasil survai lembaganya menunjukkan terjadi empat potret 
buram di masa pemerintahan SBY-Kalla pascakenaikan harga BBM. Pertama, publik 
mengalami ketidakpuasan ekonomi yang begitu fantastis. Sebelum kenaikan BBM, 
bulan Agustus, publik yang tidak puas terhadap keadaan ekonomi sebesar 37,1%. 
Kini, setelah kenaikan harga BBM, bulan Oktober, publik kecewa terhadap keadaan 
ekonomi mencapai 57,5%.

 'Publik menganggap keadaan ekonomi tidak berubah bahkan bertambah buruk. 
Padahal, ekonomi dianggap publik sebagai masalah terpenting yang harus 
dikerjakan pemerintah SBY-Kalla selama setahun ini," tandasnya. 

Dibandingkan dengan bidang lain, ekonomi mencapai angka 61,8% sebagai sektor 
yang harus diprioritaskan dibandingkan dengan hukum (8,7%), keamanan (15,3%), 
dan sosial budaya (1,4%). 

Potret buram kedua pemerintahan ini ialah membesarnya dukungan atas oposisi. 
Jika dilawankan, SBY-Kalla dengan tokoh-tokoh oposisi seperti Gus Dur, Mega, 
Wiranto, dan Akbar Tandjung, rakyat masih banyak mendukung Gus Dur, Mega, 
Akbar, dan Wiranto (51,7%) dibandingkan dengan SBY-Kalla (26,4%). ''Dukungan 
kepada Gus Dur cs. itu terutama pada isu BBM. Kalau pada isu umum, rakyat masih 
mendukung SBY-Kalla (44,2%),'' tandas Denny. 

Kekuatan oposisi juga makin beragam. Hampir sebagain besar elemen masyarakat 
mulai melancarkan oposisi kepada SBY-Kalla, seperti mahasiswa, LSM, buruh, 
pengamat, ekonom, politisi, ahli hukum dan grassroot. 

Selama setahun ini, potret buram pemerintahan SBY-Klla juga ditunjukkan dengan 
mulai bergejolaknya dukungan partai-partai politik terhadap pemerintahan. 
Aliansi partai pendukung pemerintah mulai bersikap sendiri-sendiri. Partai 
Golkar, misalnya, melakukan berbagai manuver untuk menambah jatah menteri di 
kabinet. Maka, partai ini terus-menerus mendorong reshuffle kabinet. 

Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang mendukung pemerintah mulai mengancam akan 
menarik dukungan akibat kebijakan pemerintah menaikkan harga BBM terlalu 
tinggi. Partai Demokrat (PD) juga mulai resah karena tidak diakomodasi di 
kabinet. PKB dan PPP mulai dilanda konflik internal terkait wakilnya di 
kabinet. Sedangkan partai-partai kecil mulai khawatir menterinya akan dihapus 
jika terjadi reshuffle. 

Terdapat tiga hal yang menyebabkan munculnya potret buram pemerintahan ini 
selama setahun memerintah. Menurut Denny, pertama adalah situasi bad luck yang 
terjadi tanpa bisa dikontrol oleh SBY-Kalla, seperti bencana alam, penyakit, 
dan kondisi ekonomi global. Kedua, kelembagaan politik yang rawan. Presiden 
terpilih berasal dari partai politik kecil (hanya 10 persen di parlemen), 
sehingga SBY berada di tengah partai-partai besar di parlemen. ''SBY menjadi 
tawanan partai-partai besar di parlemen,'' terangnya. 

Penyebab potret buram lainnya adalah kapabilitas pemerintahan. ''Sekarang ini 
terdapat matahari kembar, yaitu antara SBY dan Kalla. Masing-masing berjalan 
tanpa koordinasi yang baik. Hubungan Presiden dan Wakil Presiden kurang 
harmonis, kementerian yang tak berkompeten dan terjadinya conflict of 
interest,'' tuturnya. 

Satu-satunya harapan pemerintahan ini adalah citra figur Presiden yang masih 
dianggap baik oleh publik. SBY masih dianggap sebagai sosok yang jujur, 
berpihak pada rakyat miskin, dan berwibawa. ''Inilah modal utama pemerintahan 
ini untuk melanjutkan kinerjanya pada tahun kedua,'' kata Denny. 

Dari berbagai potret buram itu, Denny menyarankan SBY lebih mensinergikan 
tugas-tugasnya dengan wakilnya, Jusuf Kalla. Kondisi SBY dan Kalla sekarang ini 
sama seperti kondisi Presiden Amerika George Bush dan wakilnya, Dick Cheney, 
pada tahun 2000. Dick tampak lebih menonjol dibandingkan Bush. ''Saatnya, 
Wapres mengerem diri,'' katanya. 

Saran kedua, SBY diharapkan melakukan reshuffle kabinet segera. ''Tujuannya 
menciptakan kembali trust,'' aku Denny. (kmb7)

 

[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Get fast access to your favorite Yahoo! Groups. Make Yahoo! your home page
http://us.click.yahoo.com/dpRU5A/wUILAA/yQLSAA/uTGrlB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

Post message: [EMAIL PROTECTED]
Subscribe   :  [EMAIL PROTECTED]
Unsubscribe :  [EMAIL PROTECTED]
List owner  :  [EMAIL PROTECTED]
Homepage    :  http://proletar.8m.com/ 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/proletar/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




Kirim email ke