Astaganaga. 

Itu pasti sperma yang sempurna; dari beruk jadi sutan.. 


--- PAREWA <parewa70@...> wrote:

> Refleksi ala ambon tele_
> Apa mau dikata, ibu si jusfik salah comot sperma, kecomot sperma 
> beruk.
> 
> 
> Pendonor Sperma Dihadiahi Uang Saku Rp 9 Jutaan
> 
> TRIBUNNEWS.COM, JIANGSU â€" Sperma ternyata punya
> nilai ekonomis tinggi. Betapa tidak, ada sebuah bank sperma yang 
> bersedia membayar sampai Rp 9 juta lebih kepada para pendonor. 
> Pastinya kaum adam!
> Bank sperma di rumah sakit Jiangsu, China, itu serius dengan 
> penawarannya. Segepok duit itu siap diberikan ke pendonor. Tentunya 
> dengan syarat-syarat yang ketat. Sebut saja dari usia, si pendonor 
> mesti berusia di rentang 20-50 tahun, berpendidikan, dan fisiknya 
> sehat.
> Tawaran itu gencar disampaikan kepada mahasiswa. Bank sperma 
> berharap mendapatkan banyak stok sperma dengan kampanye seperti 
> itu. Sayang, kampanyeitu tak berjalan sesuai rencana.
> Seperti Tribunnews.com kutip dari Wantchinatimes.com, justru banyak
> mahasiswa yang memanfaatkan tawaran sebagai calo pendonor. Seorang 
> mahasiswa mengaku mendapat honor sampai 2000 yang atau hampir Rp 2 
> jutaan karena berhasil mendapatkan calon pendonor.
> Di China, sedikitnya terdapat 11 bank sperma yang beroperasi. Mereka
> mengalami kesulitan karena pendonor sperma sangatlah langka. Pernah 
> dalam satu kasus terungkap ada sekelompok mahasiswa yang dipaksa 
> mendonorkan spermanya saat tur ke bank sperma.
> 
> 
> 
> Dari: ajeg <ajegilelu@...>
> 
> > Cerita yang bersinar ya dek. 
> > 
> > Cuma sayang tulisan orang lain. 
> > Coba dong lu bikin tulisan manyala kayak gini. 
> > 
> > Betewe, Maria Eva Kumalasari itu siapa, anak siapa? 
> > Apa hubungannya sama cerita ini? 
> > 
> > --- "kim" <kimhook@> wrote:
> > 
> > > PANDANGAN pria bertopi hitam itu nanar. Wajahnya tegang 
> > > mengeras. 
> > > Kedua tangannya membopong Elizabeth Manuela Babina Muzu alias 
> > > Nunuk, 5 tahun, yang penuh luka. Setengah berlari dia menyibak 
> > > kerumunan massa.
> > > 
> > > Wartawan mengabadikan aksinya. Foto itu esoknya menghiasi 
> > > halaman depan media massa.
> > > 
> > > Siapa pria penolong itu ?. Manuel Muzu, ayah Nunuk, pria asal 
> > > Italia, mencarinya ke mana-mana. Diantar mobil Toyota Kijang, 
> > > sembari menenteng koran buram yang memuat foto itu, Manuel 
> > > menyusuri kawasan Kuningan, Jakarta. Kerumunan tukang ojek di 
> > > depan kampus Perbanas hanya menggeleng ketika disodori gambar 
> > > itu.
> > >
> > > Jawaban sama didapat dari tukang ojek di samping Rumah Sakit 
> > > MMC. Wartawan Gatra juga berupaya mencari pria yang menolong 
> > > Nunuk itu.
> > >
> > > Pedagang kaki lima di sekitar Kedubes Australia tidak ada yang 
> > > mengenalnya. "Mungkin orang jauh yang kebetulan lewat," kata 
> > > seorang tukang ojek di depan kampus Perbanas.
> > > 
> > > 
> > > 
> > > Seorang petugas satpam Kedubes Australia mengatakan, pria itu 
> > > adalah anggota Brimob. Memang, perawakan laki-laki berkumis itu 
> > > kekar. Tapi, ketika ditanyakan pada anggota pasukan Brimob yang 
> > > berjaga di kantor perwakilan Australia itu, mereka serempak 
> > > menggeleng. "Bukan anggota kami," kata seorang dari mereka.
> > > 
> > > 
> > > Lalu, siapa pria yang menolongmu, Nunuk?
> > > 
> > > Titik terang muncul ketika seorang tukang ojek di samping Rumah 
> > > Sakit MMC mengaku lupa-lupa ingat dengan wajah pria itu. Dia 
> > > mengundang teman-temannya untuk mencoba menggali ingatan. 
> > > "Sepertinya pekerja proyek di Pasar Festival," katanya. Yang 
> > > lain menimpali bahwa pekerja di proyek itulah yang pertama kali 
> > > berlari menuju lokasi setelah ledakan.
> > > 
> > > Akhirnya Gatra bertemu dengan Achmad Usman. Ya, inilah dia. 
> > > Pria berusia 37 tahun ini adalah teknisi saluran udara air 
> > > conditioner di lantai dasar Pasar Festival, 300 meter dari 
> > > Kedubes Australia. 
> > > Achmad sedang asyik bekerja ketika tiba-tiba ada suara ledakan.
> > > 
> > > "Tubuh saya bergetar. Saya kira ada lift jatuh," katanya. Ayah 
> > > empat anak itu kontan menghambur keluar bersama teman-temannya. 
> > > Pekerja PT Trikarsa itu mendekati lokasi ledakan. Ia mendapati 
> > > tubuh-tubuh sudah bergelimpangan di jalanan. Bau bahan kimia 
> > > menyengat hidung.
> > > 
> > > Achmad Usman berusaha menolong orang-orang yang terluka. "Kami 
> > > dahulukan yang hidup," katanya. Ketika itu, dia melihat teman-
> > > temannya tengah menolong korban bertubuh besar. "Saya berusaha 
> > > membantu karena kelihatan berat," katanya. Saat itulah matanya 
> > > mengarah pada Nunuk, bocah cilik yang penuh luka.
> > > 
> > > Saat itu sebenarnya sudah ada orang yang memangku Nunuk. "Orang 
> > > itu saya dengar berteriak minta tolong," ia menjelaskan. Bocah 
> > > itu lantas direngkuhnya dalam gendongan. "Saya memilih jangan 
> > > sampai menyentuh lukanya," katanya. Karena itu, dia menyangga 
> > > bagian kaki dan leher.
> > > 
> > > Saat itu, Nunuk pingsan. Pria asal Mangga Besar, Jakarta Barat, 
> > > ini membopong Nunuk ke sebuah mobil, karena mengira bocah 
> > > cantik itu telah meninggal. Begitu dibaringkan di jok mobil, 
> > > tiba-tiba Nunuk bergerak.
> > > 
> > > Matanya terbeliak, tubuhnya mengejang.
> > > "Mama, Mama...," Nunuk merintih lemah.
> > > 
> > > Pria yang membopongnya teringat anaknya yang tak tertolong.
> > > 
> > > Kontan air mata Achmad berlinang. "Mirip saat anak saya akan 
> > > meninggal," katanya dengan raut muka sedih. Menurut dia, saat 
> > > itu putri bungsunya baru berusia tiga bulan. Tiba-tiba sakit 
> > > panas, dan kejang. "Matanya terbeliak persis dia," katanya. 
> > > Saat itu, dia terlambat membawa anaknya ke rumah sakit.
> > > 
> > > Tidak mau kehilangan "anak" kedua kalinya, Achmad menggendong 
> > > Nunuk kembali, dan setengah berlari menuju rumah sakit 
> > > terdekat. "Allahu Akbar!" teriaknya berulang-ulang. Orang-orang 
> > > yang berkerumun menepi memberi jalan.
> > > Orang-orang yang bergerombol di depan rumah sakit juga memberi 
> > > jalan. Akhirnya Nunuk dibaringkan di ruang gawat darurat.
> > > 
> > > Saat itu, Achmad baru sadar tangannya yang tadi menyangga leher 
> > > Nunuk berlepotan darah.
> > > 
> > > Sore harinya, ketika pulang kerja, Achmad langsung menuju 
> > > pusara anaknya. "Saya berdoa di sana," katanya. "Jika Nunuk 
> > > hanya akan menjadi beban keluarga, silakan ambil, ya, Allah. 
> > > Namun, jika dia kelak berguna bagi keluarganya, maka 
> > > selamatkanlah."
> > > 
> > > Sejak itu, Achmad selalu terbayang pada Nunuk. "Anak itu 
> > > selamat nggak, ya?" tanya Achmad kepada Gatra.
> > > 
> > > "Alhamdulillah," katanya bersyukur ketika diberitahu bahwa 
> > > Nunuk dirawat di Singapura.
> > > 
> > > (Gatra)
> >
> 
> 
>  
> 
> [Non-text portions of this message have been removed]
>




------------------------------------

Post message: prole...@egroups.com
Subscribe   :  proletar-subscr...@egroups.com
Unsubscribe :  proletar-unsubscr...@egroups.com
List owner  :  proletar-ow...@egroups.com
Homepage    :  http://proletar.8m.com/Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/proletar/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/proletar/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    proletar-dig...@yahoogroups.com 
    proletar-fullfeatu...@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    proletar-unsubscr...@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/

Kirim email ke