Kirain mau bantah dengan argumen alkitab, taunya 
cuma bawel soal orang murtad. 

Untuk kesekian kalinya para pengikut Paulus bongkar 
kedok sendiri bahwa merekalah pembenci orang murtad. 
Boleh jadi kalau ketemu di dunia nyata, digamparin tuh 
si murtad. 


--- <gkrantau@...> wrote:

Wa AbRahim, bacalah sendiri Alkitab-nya umat pengikut ajaran Yesus the Messiah. 
jangan percaya omongan ngaco dari Irene Handono.

Dari permulaannya Irene tertangkap basah berdusta. Dia tidak pernah menjadi 
'biarawati'. Yg benar dia pernah menjadi 'Aspiran'  yaitu orang yg berharap 
dapat diterima sbg calon biarawati. Dia keluar dari gereja Katolik karena dia 
jatuh cinta dg seorang pastur katolik yg membuatnya keluar dari gereja.
 

Tidak ada yg orisinil apa yg dia ceramahkan, dakwahkan ataupun yg dia tulis. 
Bagi dia menjadi professional mualaf itu urusan duit. Selama banyak umat Islam 
khususnya Muslimat yg mau membayar dia, maka dia akan terus ngoceh menjelekkan 
ajaran Yesus. (Dia tidak peduli bhw para pakar Qur'an dan Islam percaya bhw 
Yesus adalah nabi luar biasa dan yg harus diTAATi oleh Muslims termasuk Irene 
Handono.

Tapi, duit selalu berbicara lebih keras dari bisikan hati nurani = Roh Kudus, 
Dia lebih mendengarkan bisikan roh KUDIS.

Gabriella


 From: ab rahim abdul hamid <arah1menjelekkan ajaran Yesus958@...>
 
 
 Doktrin Gereja Sebabkan Krisis & Perpecahan Hj Irena Handono, Pakar 
Kristologi, Pendiri Irena Center Doktrin Trinitas bukanlah ajaran yang 
diturunkan dari Tuhan. Doktrin Trinitas hanya digagas dan diterapkan lewat 
penyelenggaraan konsili di sepanjang sejarah. Doktrin gereja mempunyai sekian 
banyak kelemahan sehingga selalu saja menimbulkan perpecahan-perpecahan baik di 
awal kekristenan hingga kini. Dalam hal ini yang saya maksud adalah doktrin 
Gereja Katholik yang mengklaim diri sebagai Kristen paling awal. Krisis gereja 
tidak lain dan tidak bukan, diakibatkan karena doktrin gereja yang mendapat 
pertentangan baik dari gereja Kristen yang lain maupun dari lembaga-lembaga 
Katholik, badan-badan di bawah Sri Paus. Dan Sri Paus, terutama Yohanes Paulus 
II telah melakukan upaya sedemikian rupa untuk meredam gejolak akibat krisis 
tersebut, sebagaimana isi Konsili Vatikan II tahun 1965 M. Sebenarnya akar 
krisis ini telah muncul sejak dua ribu tahun silam, di mana di dalamnya memuat 
hal-hal yang kontradiksi yang dianggap tidak dapat diterima atau tidak sejalan 
dengan logika karena disebabkan beberapa penyimpangan-penyimpangan yang telah 
terbukti secara ilmiah dan secara dokumenter, sebagaimana akal para Kristen 
yang juga tidak lagi dapat menerimanya pada saat ini. Beberapa unsur penting 
yang membentuk doktrin Kristen yaitu: Trinitas, Yesus, Rahasia-rahasia, 
Injil-Injil dan beberapa wasiat. Kita akan membahas satu persatu doktrin 
Kristen ini secara berkelanjutan yang dibagi beberapa edisi seperti 
tulisan-tulisan yang lalu. Trinitas Trinitas adalah salah satu dari pondasi 
dasar tempat tegaknya agama Kristen. Doktrin ini menyatakan demikian, “Bapa 
adalah Tuhan, anak adalah Tuhan dan Roh kudus adalah Tuhan, akan tetapi hanya 
ada satu Tuhan, Tuhan dalam tiga oknum” (Encyclopedia Bordas, 231/1) Perlu 
diketahui, orang-orang Kristen tidak mengenal kata Trinitas sebelum penghujung 
abad kedua. Penggunaan Trinitas pertama adalah dalam buku Theophilus Antholacy 
untuk Autolycus (A.Autolycus. Dieu: Pere, Fils, Espirit). Hal ini membuktikan 
bahwa Trinitas sama sekali tidak tersebut dalam Al Kitab/Bibel. Tapi merupakan 
doktrin yang telah tersusun seiring dengan perjalanan waktu. Pengenalan 
Trinitas pada abad-abad pertama inilah yang menyebabkan sejumlah perpecahan 
yang akhirnya menyebabkan digelarnya Konsili Nicea I pada tahun 325 M. Seorang 
uskup dari Alexandria bernama Arius (256-336 M) berpendapat bahwa Yesus yang 
disebut Anak, bukanlah berasal dari karakter ketuhanan Bapa. Sebab Bapa 
bersifat azali; tidak berawal tidak berakhir. Sedangkan anak adalah dilahirkan, 
artinya ia memiliki awal dan akhir, bersifat materi fisik, artinya ia 
diciptakan, dan ia bukanlah tuhan. Namun Arius dan pengikut-pengikutnya justru 
dikucilkan dan dikecam dalam Konsili Nicea. Setelah Konsili Nicea I, banyak 
orang-orang Kristen yang terbunuh akibat tidak mau menerima keputusan Konsili 
I, termasuk para pengikut Arius. Di sini tampak kepentingan politis Kaisar 
Konstantin yang menggunakan Gereja untuk mempertahankan keutuhan wilayahnya. 
Perpecahan dalam gereja dan cabang-cabangnya pun makin bertambah parah sehingga 
kemudian diselenggarakan Konsili Konstantin II pada Juli tahun 381 M. Di 
Konsili ini ditetapkan penerapan doktrin secara final terhadap semua orang 
tanpa kecuali yang bentuknya telah digagas pada Konsili Nicea I, disertai 
pengasan bahwa Roh Kudus adalah sama dengan Tuhan dan Yesus! Akan tetapi 
gagasan ini tak bisa sepenuhnya diterima. Pada September di tahun yang sama, 
secara mendesak akhir-nya terselenggara Konsili Ecuila di Italia untuk menolak 
keputusan yang dihasilkan Konsili Konstantin. Konsili Fairul di sebelah Utara 
Timur Italia yang berlangsung pada tahun 796 M isinya mengecam gereja Yunani 
akan konsep Roh Kudus. Pada tahun 807 M Gereja Yerussalem (Al Quds) menetapkan 
konsep penyamaan antara Roh Kudus dengan Bapa dan anak. Inilah yang menyebabkan 
lebih banyak lagi perten-tangan dan konflik. Tahun 809 M, Konsili Exlachabl di 
selatan Perancis mengakui konsep Trinitas, tapi para pembesar keuskupan Prancis 
menolak memasukkan konsep tersebut secara resmi dalam doktrin Kristen. 
Selan-jutnya, tahun 1099 M bulan Oktober, Konsili Bari di selatan Italia, 
gereja Yunani mengakui konsep Trinitas. Dari pemaparan di atas kita dapat 
melihat bahwa Doktrin Trinitas bukanlah ajaran yang diturunkan dari Tuhan. 
Doktrin Trinitas hanya digagas dan diterapkan lewat penyelenggaraan konsili di 
sepanjang sejarah. Hal ini bisa dibuktikan lewat dokumen-dokumen sejarah dan 
gereja, kendati ada upaya penyelewengan dan penutupan sejarah terhadap 
dokumen-dokumen tersebut. Dari sini kemudian terbukti bahwa ada tangan-tangan 
yang tak bertanggung jawab yang mempermainkan kitab Injil. Yaitu keberadaaan 
ayat Matius 28:19, yang berbunyi demikian, “Karena itu pergilah, jadikanlah 
semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh 
Kudus,” Sebagaimana diketahui, ayat ini sesungguhnya ditulis setelah tahun 70 
atau 80 M. Yakni tepatnya setelah Konsili I Al Quds tahun 51 M. Penempatan ayat 
tambahan ini dalam Injil Matius membuktikan terjadinya proses penyelewengan 
dalam Injil. Karena sejak awal hingga akhir masa kenabian Isa as, ia selalu 
menekankan perbedaan antara dirinya dengan Tuhan (Markus 12:29-30; Markus 
13:32; Matius 19:17; Yohanes 20:17; Yohanes 14:28; Matius 4:10; Matius 21:11; 
Matius 23:9; Lukas 7:16; Lukas 13:33; Yohanes 6:14; Yohanes 8:40; Lukas 24:19; 
Yohanes 14:24; Markus 12:29-30; Markus 13:32; Matius 19: 16-17).[]

Kirim email ke