RIAU POS
Demo Buruh Ternyata Damai Rabu, 03 Mei 2006 Kekhawatiran banyak kalangan bahwa peringatan Hari Buruh (Mayday) pada 1 Mei 2006 lalu berlangsung ''panas'' tidak terbukti. Karena itu, kita wajib memberikan apresiasi, simpati, dan empati kepada para buruh, para aktivis buruh, dan elemen-elemennya yang kemarin turun ke jalan. Apresiasi dan simpati patut kita berikan kepada elemen-elemen buruh karena ternyata kekhawatiran yang sempat muncul hanyalah isapan jempol. Hanya isu. Hanya opini. Kita wajib memberikan empati karena para buruh dan elemen-elemennya yang kemarin turun ke jalan benar-benar memperlihatkan aspirasinya yang jujur untuk menuntut nilai tawar dalam proses produksi dengan aksi yang damai. Suasana damai dan aman dalam peringatan Hari Buruh kemarin diperlihatkan di semua daerah di tanah air. Di kota-kota kecil dan di kota-kota besar, unjuk rasa praktis berlangsung aman. Tidak menakutkan masyarakat dan para pengguna jalan raya. Mengapa peringatan Hari Buruh bisa damai dan aman? Salah satu penyebabnya ialah elemen-elemen buruh punya komitmen dan tanggung jawab sosial bahwa perjuangan mereka tidak hanya perlu ditanggapi para pengusaha tempat mereka bekerja, tetapi juga perlu mendapatkan dukungan dan simpati masyarakat. Tentu menjadi kontraproduktif jika, misalnya, perjuangan menaikkan nilai tawar -antara lain, untuk mendapatkan kesejahteraan yang lebih baik- tidak mendapatkan dukungan masyarakat hanya karena perjuangan mereka -melalui demo dan turun ke jalan- berlangsung panas dan menakutkan. Salah satu kunci keberhasilan para buruh dan elemennya untuk meningkatkan nilai tawar dalam proses produksi dengan para pengusaha ialah simpati dan dukungan publik. Karena itu, sinergi dengan semua komponen masyarakat, kelompok sosial, dan elemen-elemen warga negara harus dapat diwujudkan. Sinergi itu dapat diwujudkan jika semua bentuk perjuangan buruh mendatangkan simpati dan respek dari masyarakat. Persoalannya, mengapa aksi buruh sering panas, bahkan acap harus bentrok dengan aparat keamanan yang mengakibatkan masyarakat menjadi takut bepergian? Apakah para buruh memang memiliki naluri anarki? Para buruh adalah manusia normal. Mereka punya hati, punya perasaan, serta sifat-sifat manusia yang lain. Mereka bisa marah. Mereka bisa emosional. Tetapi, mereka juga bisa senang dan bisa bergembira. Masalahnya, sifat-sifat marah dan emosional itu, sebagaimana layaknya manusia lain, akan muncul dan bahkan dapat memicu bentrokkan dengan pihak lain karena sering ada pihak yang memprovokasi. Apa pun motifnya, jika aksi massa -tidak ter-kecuali aksi buruh- terprovokasi, yang terjadi ialah situasi yang sarat amarah, emosional, dan dapat melecut tindakan anarki. Karena itu, Mayday yang damai itu perlu menjadi momentum dan titik tolak bagi para buruh, para aktivis dan semua elemen buruh, agar aksi-aksi mereka kelak dapat berjalan damai, aman, dan mengundang simpati masyarakat. Aksi turun ke jalan yang damai telah dapat diperlihatkan semua buruh, aktivis buruh, dan semua elemennya. Karena itu, seharusnya tidaklah sulit memperlihatkan aksi damai dan aman yang serupa di kemudian hari. Buruh tidak rugi, pemerintah tidak rugi dan pengusaha pun tidak rugi. Tapi ingat aspirasi dari kalangan buruh itu harus diakomodir, jangan hanya sekadar ditampung saja tanpa solusi. [Non-text portions of this message have been removed] Post message: [EMAIL PROTECTED] Subscribe : [EMAIL PROTECTED] Unsubscribe : [EMAIL PROTECTED] List owner : [EMAIL PROTECTED] Homepage : http://proletar.8m.com/ Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/