ngga tau tem.
emang kenapa?

trus duit yg didapet aceh brapa?
kalo papua kan dapet 28 trilyun, itu duit sebagian dari duit 
pajak yg gua bayar ke pemerintah tuh.

coba tem, tunjukin bahwa homo juga bisa memberikan bukti.
bawa kesini bukti bahwa aceh paling banyak dapet duit otonomi khusus.

bisa?

jangan jawab pake "hehehe" ya.

--- In proletar@yahoogroups.com, item abu <itemabu@...> wrote:
>
> Yg paling banyak dpt duit itu adalah Aceh, bukan Papua. Tp Aceh tetap aja 
> miskin, heheheh....
> 
> Tau kenapa aceh tetap miskin? Hehehe .....
> 
> 
> 
> 
> 
> ________________________________
> From: johny_indon <johny_indon@...>
> To: proletar@yahoogroups.com
> Sent: Fri, June 10, 2011 12:47:33 PM
> Subject: [proletar] Re: Gagalnya Otonomi Daerah
> 
>    
> 
> 
> amblo'on, elu tuh jangan mentang2 loper koran trus merasa tau semuanya.
> dikasi tau yg bener sama suryana malah ngeyel.
> 
> para pemakan sagu di timur sono teriak2 minta otonomi khusus.
> dikasih dah, sekalian dana otonomi khususnya.
> eh udah dikucurin duit banyak banget masih juga berkoteka.
> 
> elu tau ngga kenapa papua ngga maju2 biarpun dikocorin duit ber 
> trilyun2 dari pusat?
> 
> http://www.kbr68h.com/berita/nasional/5305-kasus-dana-otsus-parkir-di-deposito-dilaporkan-ke-kpk
> 
> 
> KBR68H, Jakarta  - Badan Pemeriksa Keuangan BPK melaporkan hasil audit 
> investigasi mengenai penyelewengan dana Otonomi Khusus Papua ke Komisi 
> Pemberantasan Korupsi KPK.
> 
> Selanjutnya laporan itu akan ditelaah KPK untuk mencari ada tidaknya 
> pelanggaran 
> pidana korupsi dalam pengelolaan dana Otonomi Khusus Papua. Wakil Ketua KPK 
> Bidang Pencegahan Haryono Umar mengatakan Direktorat Pengaduan Masyarakat KPK 
> akan segera mengumpulkan bahan-bahan tambahan untuk mencari terang dalam 
> perkara 
> ini. Misalnya dengan memeriksa auditor KPK dan juga sejumlah pejabat 
> Pemerintah 
> Provinsi Papua.
> 
> " Ini khan baru hari ini kita terima. Mudah-mudahan dalam waktu minggu depan, 
> hasil penelaahan akan kita lanjutkan. Minggu depan sudah mulai bekerja 
> timnya, 
> kita tunggulah. Kalau umpamanya bahan keterangan banyak di BPK tentunya kita 
> akan minta pada tim BPK untuk menyampaikan informasi tersebut.
> 
> Wakil Ketua KPK Bidang Pencegahan Haryono Umar menambahkan laporaan BPK soal 
> dugaan penyelewengan dana Otonomi Khusus senilai 1,8 triliun rupiah itu 
> diterima 
> KPK sore ini. Sejumlah pejabat BPK dan Auditor Negara yang membawa laporan 
> ini. 
> Diantaranya Anggota BK Rizal Djalil. Sebelumnya BPK menemukan dugaan 
> penyimpangan dalam penggunaan dana otonomi khusus (Otsus Papua). Yakni 
> penempatan dana Otsus sebesar 1,8 triliun rupiah di bank. Penempatan dana 
> Otsus 
> dalam bentuk deposito itu menyalahi aturan karena seharusnya segera dicairkan 
> untuk program pendidikan dan kesehatan rakyat Papua.
> 
> http://yustisi.com/2011/04/rp319-miliar-dana-otonomi-khusus-di-papua-dicuri-pejabat/
> 
> 
> BPK:
> Rp319 miliar dana otonomi khusus di Papua dicuri pejabat
> 
> Jumat, 22 April 2011 pukul 09:11. Tags: BPK, Rp319 miliar dana otonomi khusus 
> di 
> Papua dicuri pejabat
> Jakarta-Yustisi.com: 
> 
> Hasil pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) memastikan bahwa dana 
> Otonomi 
> Khusus di Provinsi Papua dan Papua Barat telah merugikan negara  Rp319 miliar.
> 
> "Itu pasti," ungkap anggota BPK, Rizal Jalil, Jumat (22/4).
> 
> Menurut Rizal, kurun  2002-2010, Pemerintah telah mengalokasikan danaotonomi 
> khusus Rp28 triliun lebih untuk Papua. Namun dengan dana sebesar itu, indeks 
> kehidupan masyarakat di Papua tidak kunjung membaik.
> 
> "Setelah kita lakukan pemeriksaan ternyata memang ada penyimpangan. Dan ini 
> sudah kita laporkan ke Presiden dan DPR," ujar Rizal.
> 
> Menurutnya, dengan telah diserahkannya laporan kepada Presiden dan DPR,  
> temuan 
> BPK ini menjadi hak publik. Pihak yang berwenang bisa segera melakukan 
> tindakan 
> atas temuan kerugian negara ini.
> 
> --- In proletar@yahoogroups.com, "sunny" <ambon@> wrote:
> >
> > Anda dekat dengan pusat jadi lain padangan dengan orang di daerah. Artikel 
> >dibawah ini tentu berbasiskan pengalaman di daerah. 
> >
> > 
> > Salah satu kejadian yang diblock out oleh media diseluruh Indonesia  
> > misalnya 
> >ribuan orang demo di seluruh Papua tgl. 2 Mei 2011.
> > 
> > 
> >   ----- Original Message ----- 
> >   From: suryana 
> >   To: proletar@yahoogroups.com 
> >   Sent: Wednesday, June 08, 2011 10:08 PM
> >   Subject: Re: [proletar] Gagalnya Otonomi Daerah
> > 
> > 
> > 
> >   Ngaco...........justru otonomi daerah pusat sudah tidak bisa mengontrol 
> > lagi 
> 
> >   daerah, karena kepala daerah dipilih langsung oleh masyarakatnya, 
> > sehingga 
> >   kepala daerah menjadi raja kecil, belum lagi presiden dari partai mana, 
> >   sedang kepala daerah dari partai mana, mana mau daerah mengemis ke pusat 
> > ?, 
> >   banyak uang di pusat tidak mengalir ke daerah karena daerah lebih memilih 
> >   membuat perda sendiri dari pada mengemis ke pusat.
> >   Juga berita dibawah ini masih ngaco, masih ada Solo, Sragen, di Bali dan 
> >   Bangka, memang secara total lebih banyak gagalnya, dan gagalnya bukan 
> > karena 
> 
> >   menjilat keatas, melainkan menekan kebawah......payah juga kang Ambon 
> >   didalam memberi komentar, mendingan jadi loper koran doangan, gak perlu 
> >   kasih komentar.
> > 
> >   sur.
> >   ----- Original Message ----- 
> >   From: "sunny" <ambon@>
> > 
> >   > Refleksi : Otonomisasi khusus atau tidak khusus adalah politik akal 
> > bulus 
> >   > pada daerah, supaya ada wakil-wakilnya yang taat dan rajin menjilat 
> >   > keatas dan menginjak-injak kebawah, Jilat p.. penguasa lebih tinggi dan 
> >   > tertinggi dan rakyat daerah diinjak-injak hak mereka. Salah satu maksud 
> >   > utama dari politik demikian ialah supaya upeti lancar jalannya ke pusat 
> >   > kekuasaan dan kantong penguasa.
> >   >
> >   > 
> >http://www.analisadaily.com/index.php?option=com_content&view=article&id=97979:gagalnya-otonomi-daerah&catid=78:umum&Itemid=131
> >
> >   >
> >   >
> >   > Gagalnya Otonomi Daerah
> >   > Oleh : Tahan Manullang, SH
> >   >
> >   >
> >   >
> >   > Departemen Dalam Negeri akhirnya membuka hasil evaluasi yang 
> >   > sungguh-sungguh mengejutkan. Dari 7 provinsi, 164 kabupaten, dan 34 
> > kota 
> >   > hasil pemekaran selama 1999-2009, hanya dua kota yang memperoleh skor 
> > di 
> >   > atas 60 dari nilai tertinggi 100.
> >   >
> >   > Itulah Kota Banjar Baru di Kalimantan Selatan dan Kota Cimahi di Jawa 
> >   > Barat. Sisanya mendapat skor merah untuk indikator kesejahteraan 
> >   > masyarakat, pemerintahan yang baik, pelayanan publik, dan daya saing. 
> >   > Sejumlah kota dan kabupaten bahkan memperoleh angka nol untuk keempat 
> >   > indikator itu.
> >   >
> >   > Apa yang salah dengan itu semua? Kalau mau dicari-cari, banyak betul 
> >   > kesalahannya. Harus diakui, pemekaran wilayah adalah histeria politis 
> > atas 
> 
> >   > semangat otonomi yang tidak dipersiapkan dan dipahami secara baik. 
> >   > Sejumlah persyaratan, semisal demografi dan geografi serta potensi daya 
> >   > saing dan kapasitas birokrasi, dilabrak nafsu politis segelintir elite 
> >   > daerah. Celakanya, nafsu politik elite itu diselubungi secara rapi juga 
> >   > oleh primordialisme suku, agama, dan daerah. Primordialisme itu semakin 
> >   > menggelapkan mata sehingga pemekaran dianggap hak politik yang tidak 
> > bisa 
> >   > dihalangi siapa pun dan dengan alasan apa pun.
> >   >
> >   > Sebenarnya konsep otonomi daerah sebenarnya lebih mirip sistem dalam 
> >   > Negara Federal, dimana pada umumnya dipahami bahwa dalam sistem 
> > Federal, 
> >   > konsep kekuasaan asli atau kekuasaan sisa (residual power) berada di 
> >   > daerah atau bagian, sedangkan dalam sistem Negara Kesatuan (unitary), 
> >   > kekuasaan asli atau kekuasaan sisa itu berada di pusat sehingga 
> > terdapat 
> >   > pengalihan kekuasaan pemerintah dari pusat kedaerah padahal dalam 
> > Negara 
> >   > Kesatuan idealnya semua kebijakan terdapat di tangan Pemerintahan Pusat.
> >   >
> >   > Rawan
> >   >
> >   > Dari hal tersebut utamanya paska reformasi dan awal dibentuknya 
> >   > Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 bahkan sampai munculnya Undang Undang 
> >   > Nomor 12 Tahun 2008 memunculkan banyak asumsi oleh beberapa kalangan 
> > bahwa 
> 
> >   > otonomi daerah dirasa sangat "rawan" untuk diterapkan. Dimana celah 
> > untuk 
> >   > munculnya raja-raja baru yang korup didaerah akan semakin lebar, bahkan 
> >   > kemungkinan munculnya disintegrasi akan semakin lebar pula. Banyak 
> >   > pihak-pihak yang berkepentingan untuk mendapatkan keuntungan didaerah 
> >   > semakin besar sehingga sangat mungkin untuk lahirnya praktek-praktek 
> >   > korupsi ataupun penyelewengan terhadap wewenang di daerah tanpa adanya 
> >   > pengawasan dari pusat karena rumah tangga daerah telah diatur secara 
> >   > otonom oleh daerah.
> >   >
> >   > Namun sebenarnya asumsi tersebut sungguh telah gugur untuk 
> >   > dipermasalahkan karena walaupun dalam Negara Indonesia, jika dilihat 
> > dari 
> >   > bentuknya yang menganut Negara Kesatuan mengindikasikan bahwa kekuasaan 
> >   > asli atau kekuasaan sisa itu berada di pusat (sentralistic), namun pada 
> >   > taraf berjalannya pemerintahan diperlukan sebuah sistem yang dapat 
> >   > mengakomodir pemerintahan di daerah yang mengatur hubungan antara 
> >   > pemerintah pusat dengan daerah dan asas yang paling tepat dan memang 
> > telah 
> 
> >   > berkembang di Indonesia sampai saat ini adalah desentralisasi yang 
> >   > diejawantahkan dalam bahasa "otonomi daerah", dan asas-asas lain yang 
> >   > mendukung seperti dekonsentrasi, dan medebewind (tugas pembantuan).
> >   >
> >   > Selain itu pada hakekatnya kecenderungan bangsa Indonesia memilih 
> >   > bentuk Negara Kesatuan pada saat awal berdirinya Negara Indonesia 
> > adalah 
> >   > didorong oleh kekhawatiran politik devide et impera (politik pecah 
> > belah) 
> >   > yang selalu dipergunakan oleh kolonial Belanda untuk memecah belah 
> > Negara 
> >   > Indonesia, meskipun secara kultural geografis bentuk Negara Serikat 
> >   > memungkinkan. Unsur kebhinekaan yang ada akhirnya ditampung dengan baik 
> >   > dalam bentuk Negara Kesatuan dengan sistem desentralisasi.
> >   >
> >   > Pada prinsipnya, kebijakan otonomi daerah dilakukan dengan 
> >   > mendesentralisasikan kewenangan-kewenangan yang selama ini 
> > tersentralisasi 
> 
> >   > di tangan pemerintah pusat. Dalam proses desentralisasi itu, kekuasaan 
> >   > pemerintah pusat dialihkan dari tingkat pusat ke Pemerintahan Daerah 
> >   > sebagaimana mestinya, sehingga terwujud pergeseran kekuasaan dari pusat 
> >   > kedaerah kabupaten dan kota di seluruh Indonesia. Jika dalam kondisi 
> >   > semula arus kekuasaan pemerintahan bergerak dari daerah ke tingkat 
> > pusat, 
> >   > maka diidealkan bahwa sejak diterapkannya kebijakan otonomi daerah itu, 
> >   > arus dinamika kekuasaan akan bergerak sebaliknya, yaitu dari pusat ke 
> >   > daerah.
> >   >
> >   > Jika melihat pengalaman masa lalu, bahwa sejak pertama Negara 
> >   > Indonesia berdiri sampai bergulirnya reformasi, sudah ada kebijakan 
> >   > desentralisasi namun pada kenyataannya belum berjalan maksimal ada 
> >   > kemungkinan terjadinya hal tersebut karena corak pemerintahan yang 
> >   > dibangun oleh penguasa saat itu lebih sentralistik selain itu belum ada 
> >   > pemahaman yang jelas mengenai konsep desentralisasi yang sebenarnya. 
> >   > Sehingga menimbulkan berbagai masalah dalam hubungan pusat dan daerah. 
> > Ada 
> 
> >   > kesan Otonomi daerah "dikebiri" dari waktu ke waktu, sehingga 
> > menimbulkan 
> >   > keyakinan baru bagi masyarakat didaerah bahwa pusat bukan hanya 
> >   > mengeksploitir mereka, tetapi juga mengambil hak mereka untuk mendapat 
> >   > pelayanan yang baik oleh sebuah pemerintahan yang baik.
> >   >
> >   > Kondisi ini berlangsung sangat lama, sehingga menimbulkan berbagai 
> >   > ketidakpuasan. Semangat pemerintah dalam pemberian otonomi dari waktu 
> > ke 
> >   > waktu terus berubah, dari otonomi dengan nuansa demokratis ke otonomi 
> > yang 
> 
> >   > bercirikan liberal, dilanjutkan ke "Otonomi seluas-luasnya", 
> > selanjutnya 
> >   > kepada "Otonomi yang nyata dan bertanggung jawab" dan terakhir dalam 
> >   > Undang-Undang Pemerintah Daerah yang baru, digunakan konsep "Otonomi 
> > luas, 
> 
> >   > nyata dan bertanggung jawab" sampai munculnya undang-undang 
> > Pemerintahan 
> >   > Daerah yang baru Undang-Undang (UU) No 32 Tahun 2004 tentang 
> > Pemerintahan 
> >   > Daerah serta perubahannya UU No. 12 Tahun 2008 yang diharapkan dapat 
> >   > menjanjikan otonomi yang seluas-luasnya untuk mengurus rumah tangganya 
> >   > sendiri atau otonomi yang nyata dan bertanggung jawab.
> >   >
> >   > Namun dari sekian banyak peraturan tentang pemerintah daerah yang ada 
> >   > sudah lebih setengah abad dalam praktiknya tetap merupakan kata-kata 
> > yang 
> >   > indah belaka tanpa wujud yang nyata. Lama kelamaan hal ini menimbulkan 
> >   > rasa tidak puas di daerah terutama daerah yang kaya dengan sumber daya 
> >   > alam, namun tetap miskin. Inilah yang kemudian bergejolak dalam 
> >   > perkembangan otonomi daerah belakangan ini. Namun sangat disayangkan 
> > bahwa 
> 
> >   > otonomi daerah ternyata bukannya dimanfaatkan guna mewujudkan 
> >   > kesejahteraan rakyat. Namun lebih diarahkan guna mensejahterakan 
> >   > sekelompok orang dengan memanfaatkan kekayaan daerah. Sebagai 
> >   > konsekuensinya maka nasib daerah tetap saja tidak berubah, bahkan kini 
> >   > kegagalan otonomi daerah kian menjadi-jadi seiring dengan maraknya 
> >   > berbagai perilaku korup kepala daerah.***
> >   >
> >   > Penulis adalah Direktur Alpiran Sumut
> >   >
> > 
> > 
> > 
> > 
> > 
> > [Non-text portions of this message have been removed]
> >
> 
> 
>  
> 
> [Non-text portions of this message have been removed]
>




------------------------------------

Post message: prole...@egroups.com
Subscribe   :  proletar-subscr...@egroups.com
Unsubscribe :  proletar-unsubscr...@egroups.com
List owner  :  proletar-ow...@egroups.com
Homepage    :  http://proletar.8m.com/Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/proletar/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/proletar/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    proletar-dig...@yahoogroups.com 
    proletar-fullfeatu...@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    proletar-unsubscr...@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/

Kirim email ke