Bismillahirrahmanirrahim
Assalamualaikum
Sesungguhnya, segala amalan itu haruslah ada dalilnya. Dalam hal ini dalil yang 
sahih, bukan dalil yang dhaif apalgi sampai maudhu'. karena itu hendaklah kita 
berhati-hati ketika kita mendapati sebuah hadits yang menganjurkan pada kita 
untuk melakukan amalan tertentu. Sebab ada hadits shahih dari Rasulullah 
shalallahu alaihi wa sallam, yang menyatakan: "barang siapa berdusta atas 
namaku, maka hendaklah ia mempersiapkan tempt duduknya di neraka. " marilah 
kita bertanya pada ulama ahli hadits yang bisa menjelaskan kondisi sebuah 
hadits agar kita tidak rugi melakukan malan itu. sebab jika hadits itu ternyata 
palsu, maka telah kita melakukan sesuatu yang tidak diajarkan oleh Nabi 
shalallahu alaihi wa sallam. Dan sesuatu yang tidak diajarkan oleh beliau 
adalah bid'ah. Setiap bid'ah adalah sesat, dan setiap kesesatan adalah 
tempatnya di neraka. maukah kita rugi waktu, tenaga, bahkan dunia akherat?
dibawah ini ada penjelasan dari seorang teman yang saya dapatkan dari milis 
islam tentang : bulan Rajab.
 Artikel ini dari : Abu Harist" <[EMAIL PROTECTED]:
 

HADITS-HADITS PALSU TENTANG KEUTAMAAN SHALAT DAN PUASA DI BULAN RAJAB
Oleh
Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas
Bagian Pertama dari Dua Tulisan 1/2


Apabila kita memperhatikan hari-hari, pekan-pekan, bulan-bulan, sepanjang 
tahun serta malam dan siangnya, niscaya kita akan mendapatkan bahwa Allah 
Yang Maha Bijaksana mengistimewakan sebagian dari sebagian lainnya dengan 
keistimewaan dan keutamaan tertentu. Ada bulan yang dipandang lebih utama 
dari bulan lainnya, misalnya bulan Ramadhan dengan kewajiban puasa pada 
siangnya dan sunnah menambah ibadah pada malamnya. Di antara bulan-bulan itu 
ada pula yang dipilih sebagai bulan haram atau bulan yang dihormati, dan 
diharamkan berperang pada bulan-bulan itu.

Allah juga mengkhususkan hari Jum’at dalam sepekan untuk berkumpul shalat 
Jum’at dan mendengarkan khutbah yang berisi peringatan dan nasehat.

Ibnul Qayyim menerangkan dalam kitabnya, Zaadul Ma’aad,[1] bahwa Jum’at 
mempunyai lebih dari tiga puluh keutamaan, kendatipun demikian Rasulullah 
Shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang mengkhususkan ibadah pada malam 
Jum’at atau puasa pada hari Jum’at, sebagaimana sabda beliau Shallallahu 
‘alaihi wa sallam.

“Artinya : Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi Shallallahu 
‘alaihi wa sallam, beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Janganlah 
kalian mengkhususkan malam Jum’at untuk beribadah dari malam-malam yang lain 
dan jangan pula kalian mengkhususkan puasa pada hari Jum’at dari hari-hari 
yang lainnya, kecuali bila bertepatan (hari Jum’at itu) dengan puasa yang 
biasa kalian berpuasa padanya.” [HR. Muslim (no. 1144 (148)) dan Ibnu Hibban 
(no. 3603), lihat Silsilatul Ahaadits ash-Shahihah (no. 980)]

Allah Yang Mahabijaksana telah mengutamakan sebagian waktu malam dan siang 
dengan menjanjikan terkabulnya do’a dan terpenuhinya permintaan. Demikian 
Allah mengutamakan tiga generasi pertama sesudah diutusnya Nabi Muhammad 
Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan mereka dianggap sebagai generasi terbaik 
apabila dibandingkan dengan generasi berikutnya sampai hari Kiamat. Ada 
beberapa tempat dan masjid yang diutamakan oleh Allah dibandingkan tempat 
dan masjid lainnya. Semua hal tersebut kita ketahui berdasarkan 
hadits-hadits yang shahih dan contoh yang benar.

Adapun tentang bulan Rajab, keutamaannya dalam masalah shalat dan puasa 
padanya dibanding dengan bulan-bulan yang lainnya, semua haditsnya sangat 
lemah dan palsu. Oleh karena itu tidak boleh seorang Muslim mengutamakan dan 
melakukan ibadah yang khusus pada bulan Rajab.

Di bawah ini akan saya berikan contoh hadits-hadits palsu tentang keutamaan 
shalat dan puasa di bulan Rajab.

HADITS PERTAMA
“Artinya : Rajab bulan Allah, Sya’ban bulanku dan Ramadhan adalah bulan 
ummatku”

Keterangan: HADITS INI “ MAUDHU’
Kata Syaikh ash-Shaghani (wafat th. 650 H): “Hadits ini maudhu’.” [Lihat 
Maudhu’atush Shaghani (I/61, no. 129)]

Hadits tersebut mempunyai matan yang panjang, lanjutan hadits itu ada 
lafazh:

“Artinya : Janganlah kalian lalai dari (beribadah) pada malam Jum’at pertama 
di bulan Rajab, karena malam itu Malaikat menamakannya Raghaaib...”

Keterangan: HADITS INI MAUDHU’

Kata Ibnul Qayyim (wafat th. 751 H): “Hadits ini diriwayatkan oleh ‘Abdur 
Rahman bin Mandah dari Ibnu Jahdham, telah menceritakan kepada kami ‘Ali bin 
Muhammad bin Sa’id al-Bashry, telah menceritakan kepada kami Khalaf bin 
‘Abdullah as-Shan’any, dari Humaid Ath-Thawil dari Anas, secara marfu’. 
[Al-Manaarul Muniif fish Shahih wadh Dha’if (no. 168-169)]

Kata Ibnul Jauzi (wafat th. 597 H): “Hadits ini palsu dan yang tertuduh 
memalsukannya adalah Ibnu Jahdham, mereka menuduh sebagai pendusta. Aku 
telah mendengar Syaikhku Abdul Wahhab al-Hafizh berkata: “Rawi-rawi hadits 
tersebut adalah rawi-rawi yang majhul (tidak dikenal), aku sudah periksa 
semua kitab, tetapi aku tidak dapati biografi hidup mereka.” [Al-Maudhu’at 
(II/125), oleh Ibnul Jauzy]

Imam adz-Dzahaby berkata: “ ’Ali bin ‘Abdullah bin Jahdham az-Zahudi, Abul 
Hasan Syaikhush Shuufiyyah pengarang kitab Bahjatul Asraar dituduh 
memalsukan hadits.”

Kata para ulama lainnya: “Dia dituduh membuat hadits palsu tentang shalat 
ar-Raghaa'ib.” [Periksa: Mizaanul I’tidal (III/142-143, no. 5879)]

HADITS KEDUA
“Artinya : Keutamaan bulan Rajab atas bulan-bulan lainnya seperti keutamaan 
al-Qur-an atas semua perkataan, keutamaan bulan Sya’ban seperti keutamaanku 
atas para Nabi, dan keutamaan bulan Ramadhan seperti keutamaan Allah atas 
semua hamba.”

Keterangan: HADITS INI MAUDHU’
Kata al Hafizh Ibnu Hajar al-‘Asqalany: “Hadits ini palsu.” [Lihat 
al-Mashnu’ fii Ma’rifatil Haditsil Maudhu’ (no. 206, hal. 128), oleh Syaikh 
Ali al-Qary al-Makky (wafat th. 1014 H)]

HADITS KETIGA:
“Artinya : Barangsiapa shalat Maghrib di malam pertama bulan Rajab, kemudian 
shalat sesudahnya dua puluh raka’at, setiap raka’at membaca al-Fatihah dan 
al-Ikhlash serta salam sepuluh kali. Kalian tahu ganjarannya? Sesungguhnya 
Jibril mengajarkan kepadaku demikian.” Kami berkata: “Allah dan Rasul-Nya 
yang lebih mengetahui, dan berkata: ‘Allah akan pelihara dirinya, hartanya, 
keluarga dan anaknya serta diselamatkan dari adzab Qubur dan ia akan 
melewati as-Shirath seperti kilat tanpa dihisab, dan tidak disiksa.’”

Keterangan: HADITS MAUDHU’
Kata Ibnul Jauzi: “Hadits ini palsu dan kebanyakan rawi-rawinya adalah 
majhul (tidak dikenal biografinya).” [Lihat al-Maudhu’at Ibnul Jauzy 
(II/123), al-Fawaa-idul Majmu’ah fil Ahaadits Maudhu’at oleh as-Syaukany 
(no. 144) dan Tanziihus Syari’ah al-Marfu’ah ‘anil Akhbaaris Syanii’ah 
al-Maudhu’at (II/89), oleh Abul Hasan ‘Ali bin Muhammad bin ‘Araaq al-Kinani 
(wafat th. 963 H).]

HADITS KEEMPAT
“Artinya : Barangsiapa puasa satu hari di bulan Rajab dan shalat empat 
raka’at, di raka’at pertama baca ‘ayat Kursiy’ seratus kali dan di raka’at 
kedua baca ‘surat al-Ikhlas’ seratus kali, maka dia tidak mati hingga 
melihat tempatnya di Surga atau diperlihatkan kepadanya (sebelum ia mati)”

Keterangan: HADITS INI MAUDHU’
Kata Ibnul Jauzy: “Hadits ini palsu, dan rawi-rawinya majhul serta seorang 
perawi yang bernama ‘Utsman bin ‘Atha’ adalah perawi matruk menurut para 
Ahli Hadits.” [Al-Maudhu’at (II/123-124).]

Menurut al-Hafizh Ibnu Hajar al-‘Asqalany, ‘Utsman bin ‘Atha’ adalah rawi 
yang lemah. [Lihat Taqriibut Tahdziib (I/663 no. 4518)]

HADITS KELIMA
“Artinya : Barangsiapa puasa satu hari di bulan Rajab (ganjarannya) sama 
dengan berpuasa satu bulan.”

Keterangan: HADITS INI SANGAT LEMAH
Hadits ini diriwayatkan oleh al-Hafizh dari Abu Dzarr secara marfu’.

Dalam sanad hadits ini ada perawi yang bernama al-Furaat bin as-Saa-ib, dia 
adalah seorang rawi yang matruk. [Lihat al-Fawaa-id al-Majmu’ah (no. 290)]
Kata Imam an-Nasa-i: “Furaat bin as-Saa-ib Matrukul hadits.” Dan kata Imam 
al-Bukhari dalam Tarikhul Kabir: “Para Ahli Hadits meninggalkannya, karena 
dia seorang rawi munkarul hadits, serta dia termasuk rawi yang matruk kata 
Imam ad-Daraquthni.” [Lihat adh-Dhu’afa wa Matrukin oleh Imam an-Nasa'i (no. 
512), al-Jarh wat Ta’dil (VII/80), Mizaanul I’tidal (III/341) dan Lisaanul 
Mizaan (IV/430).]

HADITS KEENAM
“Artinya : Sesungguhnya di Surga ada sungai yang dinamakan ‘Rajab’ airnya 
lebih putih dari susu dan lebih manis dari madu, barangsiapa yang puasa satu 
hari pada bulan Rajab maka Allah akan memberikan minum kepadanya dari air 
sungai itu.”

Keterangan: HADITS INI BATHIL
Hadits ini diriwayatkan oleh ad-Dailamy (I/2/281) dan al-Ashbahany di dalam 
kitab at-Targhib (I-II/224) dari jalan Mansyur bin Yazid al-Asadiy telah 
menceritakan kepada kami Musa bin ‘Imran, ia berkata: “Aku mendengar Anas 
bin Malik berkata, ...”

Imam adz-Dzahaby berkata: “Mansyur bin Yazid al-Asadiy meriwayatkan darinya, 
Muhammad al-Mughirah tentang keutamaan bulan Rajab. Mansyur bin Yazid 
ada-lah rawi yang tidak dikenal dan khabar (hadits) ini adalah bathil.” 
[Lihat Mizaanul I’tidal (IV/ 189)]

Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albany berkata: “Musa bin ‘Imraan adalah 
majhul dan aku tidak mengenalnya.” [Lihat Silsilah Ahaadits adh-Dha’ifah wal 
Maudhu’ah (no. 1898)]

HADITS KETUJUH.
“Artinya : Barangsiapa berpuasa tiga hari pada bulan Rajab, ditu-liskan 
baginya (ganjaran) puasa satu bulan, barangsiapa berpuasa tujuh hari pada 
bulan Rajab, maka Allah tutupkan baginya tujuh buah pintu api Neraka, 
barangsiapa yang berpuasa delapan hari pada bulan Rajab, maka Allah 
membukakan baginya delapan buah pintu dari pintu-pintu Surga. Dan barang 
siapa puasa nishfu (setengah bulan) Rajab, maka Allah akan menghisabnya 
dengan hisab yang mudah.”

Keterangan: HADITS INI PALSU
Hadits ini termaktub dalam kitab al-Fawaa-idul Majmu’ah fil Ahaadits 
al-Maudhu’ah (no. 288). Setelah membawakan hadits ini asy-Syaukani berkata: 
“Suyuthi membawakan hadits ini dalam kitabnya, al-Laaliy al-Mashnu’ah, ia 
berkata: ‘Hadits ini diriwayatkan dari jalan Amr bin al-Azhar dari Abaan 
dari Anas secara marfu’.’”

Dalam sanad hadits tersebut ada dua perawi yang sangat lemah:
[1]. ‘Amr bin al-Azhar al-‘Ataky.
Imam an-Nasa-i berkata: “Dia Matrukul Hadits.” Se-dangkan kata Imam 
al-Bukhari: “Dia dituduh sebagai pendusta.” Kata Imam Ahmad: “Dia sering 
memalsukan hadits.” [Periksa, adh-Dhu’afa wal Matrukin (no. 478) oleh Imam 
an-Nasa-i, Mizaanul I’tidal (III/245-246), al-Jarh wat Ta’dil (VI/221) dan 
Lisaanul Mizaan (IV/353)]

[2]. Abaan bin Abi ‘Ayyasy, seorang Tabi’in shaghiir.
Imam Ahmad dan an-Nasa-i berkata: “Dia Matrukul Hadits (ditinggalkan 
haditsnya).” Kata Yahya bin Ma’in: “Dia matruk.” Dan beliau pernah berkata: 
“Dia rawi yang lemah.” [Periksa: Adh Dhu’afa wal Matrukin (no. 21), Mizaanul 
I’tidal (I/10), al-Jarh wat Ta’dil (II/295), Taqriibut Tahdzib (I/51, no. 
142)]

Hadits ini diriwayatkan juga oleh Abu Syaikh dari jalan Ibnu ‘Ulwan dari 
Abaan. Kata Imam as-Suyuthi: “Ibnu ‘Ulwan adalah pemalsu hadits.” [Lihat 
al-Fawaaidul Majmu’ah (hal. 102, no. 288).

Sebenarnya masih banyak lagi hadits-hadits tentang keutamaan Rajab, shalat 
Raghaa-ib dan puasa Rajab, akan tetapi karena semuanya sangat lemah dan 
palsu, penulis mencukupkan tujuh hadits saja.

[Disalin dari kitab Ar-Rasaail Jilid-1, Penulis Yazid bin Abdul Qadir Jawas, 
Penerbit Pustaka Abdullah, Cetakan Pertama Ramadhan 1425H/Oktober 2004M]
Foote Note
[1]. Zaadul Ma’aad (I/375) cet. Muassasah ar-Risalah.
sumber http://www.almanhaj.or.id

HADITS-HADITS PALSU TENTANG KEUTAMAAN SHALAT DAN PUASA DI BULAN RAJAB

Oleh
Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas
Bagian Terakhir dari Dua Tulisan 2/2


PENJELASAN PARA ULAMA TENTANG MASALAH RAJAB

[1]. Imam Ibnul Jauzy menerangkan bahwa hadits-hadits tentang Rajab, 
Raghaa-ib adalah palsu dan rawi-rawi majhul. [Lihat al-Maudhu’at 
(II/123-126)]

[2]. Kata Imam an-Nawawy:
“Shalat Raghaa-ib ini adalah satu bid’ah yang tercela, munkar dan jelek.” 
[Lihat as-Sunan wal Mubtada’at (hal. 140)]

Kemudian Syaikh Muhammad Abdus Salam Khilidhir, penulis kitab as-Sunan wal 
Mubtada’at berkata: “Keta-huilah setiap hadits yang menerangkan shalat di 
awal Rajab, pertengahan atau di akhir Rajab, semuanya tidak bisa diterima 
dan tidak boleh diamalkan.” [ Lihat as-Sunan wal Mubtada’at (hal. 141)]

[3]. Kata Syaikh Muhammad Darwiisy al-Huut: “Tidak satupun hadits yang sah 
tentang bulan Rajab sebagai-mana kata Imam Ibnu Rajab.” [Lihat Asnal 
Mathaalib (hal. 157)]

[4]. Kata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah (wafat th. 728 H): “Adapun shalat 
Raghaa-ib, tidak ada asalnya (dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam), 
bahkan termasuk bid’ah.... Atsar yang menyatakan (tentang shalat itu) dusta 
dan palsu menurut kesepakatan para ulama dan tidak pernah sama sekali 
disebutkan (dikerjakan) oleh seorang ulama Salaf dan para Imam...”

Selanjutnya beliau berkata lagi: “Shalat Raghaa-ib adalah BID’AH menurut 
kesepakatan para Imam, tidak pernah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam 
menyu-ruh melaksanakan shalat itu, tidak pula disunnahkan oleh para khalifah 
sesudah beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan tidak pula seorang Imam pun 
yang menyunnahkan shalat ini, seperti Imam Malik, Imam Syafi’i, Imam Ahmad, 
Imam Abu Hanifah, Imam ats-Tsaury, Imam al-Auzaiy, Imam Laits dan selain 
mereka.

Hadits-hadits yang diriwayatkan tentang itu adalah dusta menurut Ijma’ para 
Ahli Hadits. Demikian juga shalat malam pertama bulan Rajab, malam Isra’, 
Alfiah nishfu Sya’ban, shalat Ahad, Senin dan shalat hari-hari tertentu 
dalam satu pekan, meskipun disebutkan oleh sebagian penulis, tapi tidak 
diragukan lagi oleh orang yang mengerti hadits-hadits tentang hal tersebut, 
semuanya adalah hadits palsu dan tidak ada seorang Imam pun (yang terkemuka) 
menyunnahkan shalat ini... Wallahu a’lam.” [ Lihat Majmu’ Fataawa 
(XXIII/132, 134)]

[5]. Kata Ibnu Qayyim al-Jauziyyah:
“Semua hadits tentang shalat Raghaa-ib pada malam Jum’at pertama di bulan 
Rajab adalah dusta yang diada-adakan atas nama Rasulullah Shallallahu 
‘alaihi wa sallam. Dan semua hadits yang menyebutkan puasa Rajab dan shalat 
pada beberapa malamnya semuanya adalah dusta (palsu) yang diada-adakan.” 
[Lihat al-Manaarul Muniif fish Shahiih wadh Dha’iif (hal. 95-97, no. 
167-172) oleh Ibnul Qayyim, tahqiq: ‘Abdul Fattah Abu Ghaddah]

[6]. Al-Hafizh Ibnu Hajar al-Asqalany mengatakan dalam kitabnya, Tabyiinul 
‘Ajab bima Warada fii Fadhli Rajab:
“Tidak ada riwayat yang sah yang menerangkan ten-tang keutamaan bulan Rajab 
dan tidak pula tentang puasa khusus di bulan Rajab, serta tidak ada pula 
hadits yang shahih yang dapat dipegang sebagai hujjah tentang shalat malam 
khusus di bulan Rajab.”

[7]. Imam al-‘Iraqy yang mengoreksi hadits-hadits yang terdapat dalam kitab 
Ihya’ ‘Uluumuddin, menerangkan bahwa hadits tentang puasa dan shalat 
Raghaa-ib adalah hadits maudhu’ (palsu). [Lihat Ihya’ ‘Uluumuddin (I/202)]

[8]. Imam asy-Syaukani menukil perkataan ‘Ali bin Ibra-him al-‘Aththaar, ia 
berkata dalam risalahnya: “Sesungguhnya riwayat tentang keutamaan puasa 
Rajab, semuanya adalah palsu dan lemah, tidak ada asalnya (dari Nabi 
Shallallahu ‘alaihi wa sallam).” [Lihat al-Fawaa-idul Majmu’ah fil 
Ahaaditsil Maudhu’ah (hal. 381)]

[9]. Syaikh Abdus Salam, penulis kitab as-Sunan wal Mub-tada’at menyatakan: 
“Bahwa membaca kisah tentang Isra’ dan Mi’raj dan merayakannya pada malam 
tang-gal dua puluh tujuh Rajab adalah BID’AH. Berdzikir dan mengadakan 
peribadahan tertentu untuk merayakan Isra’ dan Mi’raj adalah BID’AH, 
do’a-do’a yang khusus dibaca pada bulan Rajab dan Sya’ban semuanya tidak ada 
sumber (asal pengambilannya) dan BID’AH, sekiranya yang demikian itu 
perbuatan baik, niscaya para Salafush Shalih sudah melaksanakannya.” [Lihat 
as-Sunan wal Mubtada’at (hal. 143)]

[10]. Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin ‘Abdullah bin Baaz, ketua Dewan Buhuts 
‘Ilmiyyah, Fatwa, Da’wah dan Irsyad, Saudi Arabia, beliau berkata dalam 
kitabnya, at-Tahdzir minal Bida’ (hal. 8): “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi 
wa sallam dan para Shahabatnya tidak pernah mengadakan upacara Isra’ dan 
Mi’raj dan tidak pula mengkhususkan suatu ibadah apapun pada malam tersebut. 
Jika peringatan malam tersebut disyar’iatkan, pasti Rasulullah Shallallahu 
‘alaihi wa sallam telah menjelaskan kepada ummat, baik melalui ucapan maupun 
perbuatan. Jika pernah dilakukan beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam, pasti 
diketahui dan masyhur, dan ten-tunya akan disampaikan oleh para Shahabat 
kepada kita...

Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang paling banyak 
memberi nasihat kepada manusia, beliau telah menyampaikan risalah 
kera-sulannya sebaik-baik penyampaian dan telah menja-lankan amanah Allah 
dengan sempurna.

Oleh karena itu, jika upacara peringatan malam Isra’ dan Mi’raj dan 
merayakan itu dari agama Allah, ten-tunya tidak akan dilupakan dan 
disembunyikan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, tetapi karena 
hal itu tidak ada, maka jelaslah bahwa upacara tersebut bukan dari ajaran 
Islam sama sekali. Allah telah menyempurnakan agama-Nya bagi ummat ini, 
men-cukupkan nikmat-Nya dan Allah mengingkari siapa saja yang berani 
mengada-adakan sesuatu yang baru dalam agama, karena cara tersebut tidak 
dibenarkan oleh Allah:

“Artinya : Pada hari ini telah Kusempurnakan untukmu agamamu, dan telah 
Kucukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Kuridhai Islam jadi agama bagimu.” 
[Al-Maa-idah: 3]

KHATIMAH

Orang yang mempunyai bashirah dan mau mendengarkan nasehat yang baik, dia 
akan berusaha meninggalkan segala bentuk bid’ah, karena setiap bid’ah adalah 
sesat, sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:

“Artinya : Tiap-tiap bid’ah itu sesat dan tiap-tiap kesesatan di Neraka.”
[HSR. An-Nasa'i (III/189) dari Jabir radhiyallahu ‘anhu dalam Shahih Sunan 
an-Nasa-i (I/346 no. 1487) dan Misykatul Mashaabih (I/51)]

Para ulama, ustadz, kyai yang masih membawakan hadits-hadits yang lemah dan 
palsu, maka mereka digo-longkan sebagai pendusta.

Sebagaimana Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

Dari Samurah bin Jundub dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau 
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barang-siapa yang menceritakan satu 
hadits dariku, padahal dia tahu bahwa hadits itu dusta, maka dia termasuk 
salah seorang dari dua pendusta.” [HSR. Ahmad (V/20), Muslim (I/7) dan Ibnu 
Majah (no. 39)]

MARAJI’
[1]. Shahih al-Bukhari.
[2]. Shahih Muslim.
[3]. Sunan an-Nasaa-i.
[4]. Sunan Ibni Majah.
[5]. Musnad Imam Ahmad.
[6]. Shahih Ibni Hibban.
[7]. Zaadul Ma’aad fii Hadyi Khairil ‘Ibaad, oleh Syaikhul Islam Ibnu Qayyim 
al-Jauziyyah, cet. Mu-assasah ar-Risalah, th. 1412 H.
[8]. Maudhu’atush Shaghani.
[9]. Al-Manaarul Muniif fish Shahih wadh Dha’if, oleh Syaikhul Islam Ibnu 
Qayyim al-Jauziyyah.
[10]. Al-Maudhu’at, oleh Imam Ibnul Jauzy, cet. Daarul Fikr, th. 1403 H.
[11]. Mizaanul I’tidal, oleh Imam adz-Dzahaby, tahqiq: ‘Ali Muhammad 
al-Bajaawy, cet. Daarul Fikr.
[12]. Al-Mashnu’ fii Ma’rifatil Haditsil Maudhu’, oleh Syaikh Ali al-Qary 
al-Makky.
[13]. Al-Fawaa-idul Majmu’ah fil Ahaadits Maudhu’at oleh asy-Syaukany, 
tahqiq: Syaikh ‘Abdurrahman al-Ma’allimy, cet. Al-Maktab al-Islamy, th. 1407 
H.
[14]. Tanziihus Syari’ah al-Marfu’ah ‘anil Akhbaaris Syanii’ah al-Maudhu’at, 
oleh Abul Hasan ‘Ali bin Muhammad bin ‘Araaq al-Kinani.
[15]. Taqriibut Tahdziib, oleh al-Hafizh Ibnu Hajar al-‘Asqa-lany, cet. 
Daarul Kutub al-‘Ilmiyyah.
[16]. Adh-Dhu’afa wa Matrukin, oleh Imam an-Nasa-i.
[17]. At-Taghib wat Tarhib, oleh Imam al-Mundziri.
[18]. Silsilah Ahaadits adh-Dha’ifah wal Maudhu’ah, oleh Imam Muhammad 
Nashiruddin al-Albany.
[19]. Al-Laali al-Mashnu’ah, oleh al-Hafizh as-Suyuthy.
[20]. Adh-Dhu’afa wal Matrukin, oleh Imam an-Nasa-i.
[21]. Al-Jarhu wat Ta’dil, oleh Imam Ibnu Abi Hatim ar-Razy.
[22]. As-Sunan wal Mubtada’at, oleh Muhammad Abdus Salam Khilidhir.
[23]. Asnal Mathaalib fii Ahaadits Mukhtalifatil Maraatib, oleh Muhammad 
Darwisy al-Huut.
[24]. Majmu’ Fataawa, oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah.
[25]. Al-Manaarul Muniif fis Shahih wadh Dha’if, oleh Syaikhul Islam Ibnu 
Qayyim al-Jauziyyah.
[26]. Tabyiinul ‘Ajab bimaa Warada fiii Fadhli Rajab, oleh al-Hafizh Ibnu 
Hajar al-‘Asqalany.
[27]. Ihya’ ‘Uluumuddin, oleh Imam al-Ghazzaly.
[28]. At-Tahdziir minal Bida’, oleh Imam ‘Abdul ‘Aziz bin ‘Abdullah bin 
Baaz.
[29]. Misykaatul Mashaabih, oleh Imam at-Tibrizy, takhrij: Imam Muhammad 
Nashiruddin al-Albany.

[Disalin dari kitab Ar-Rasaail Jilid-1, Penulis Yazid bin Abdul Qadir Jawas, 
Penerbit Pustaka Abdullah, Cetakan Pertama Ramadhan 1425H/Oktober 2004M]
sumber http://www.almanhaj.or.id

 
 
------------------------------------------------------
selanjutnya, artikel dari: Triyatmoko Luluk" <[EMAIL PROTECTED]:
 
Berkenaan bulan Rajab dikatakan oleh Ibnu Hajar:

"Tentang keutamaan bulan Rajab ini, baik untuk berpuasa, untuk berpuasa 
tertentu, maupun untuk shalat malam tertentu, tidak ada hadits shahih 
yang bisa dijadikan hujjah. Pernyataan saya ini telah diperkuat dengan 
tegas oleh Imam Abu Ismail al-Harwi, seorang hafidz yang kami 
meriwayatkan darinya hadits-hadits yang bersanad shahih dan begitu juga 
kami riwayatkan dari perawi-perawi lain."

Termasuk di dalamnya do'a menyambut Sya'ban dan Rajab. Do'a ini 
disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad. Tentang 
hadits ini al-Bukhari dan an-Nasa'i berkata: "Ini hadits munkar." 
Masalah ini lebih luasnya dapat dilihat dalam terj. Al-Bida' al-Hauliyah

karya Abdullah bin Abdul Aziz at-Tuwaijiry (Ritual Bid'ah dalam Setahun,

Darul Falah, 2003).

Perkataan bahwa penjelasan ini akan menghilangkan semangat masyarakat 
beribadah adalah perkataan yang kurang tepat karena beribadah harus 
berlandaskan keikhlasan kepada Allah subhanahu wa ta'ala dan ittiba' 
kepada tuntunan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Tidak 
sepatutnya seseorang ingin menggiatkan ibadah tanpa alasan. Ingatlah 
riwayat tentang tiga orang shahabat yang ingin beribadah melebihi 
Rasulullah namun dikecam oleh beliau.

Contoh nyata dalam masalah ini adalah tentang hadits-hadits palsu 
keutamaan membaca surat tertentu pada waktu tertentu. Yang paling 
populer di negeri kita mungkin kebiasaan mengkhususkan membaca surat 
Yasin pada malam Jum'at. Setahu saya tidak ada riwayat yang shahih 
melandasi pengkhususan tersebut. Justru yang ada adalah riwayat berikut:

Dari Abu Sa'id al-Khudri radiyallaahu anhu, Nabi shallallaahu 'alayhi 
wasallam:

"Barang siapa yg membaca surat al-Kahfi pada hari Jum'at akan diberikan 
cahaya di antara dua Jumat." (HR. al-Hakim dan al-Baihaqi, dishahihkan 
oleh Syaikh al-Albani).

Namun justru Sunnah ini terlupakan dan digantikan oleh bid'ah.

Ingatlah pesan para salaf kita bahwa sedikit ibadah sesuai Sunnah lebih 
baik daripada banyak ibadah bid'ah.
Allahu ta'ala a'lam.
Demikian, semoga Allah senantiasa memberikan hidayah dan petunjukNya ke jalan 
yang lurus.semoga bermanfaat
Wassalaamu 'alaikum warahmatullahi wabarakaatuh,




            
---------------------------------
Start your day with Yahoo! - make it your home page 

[Non-text portions of this message have been removed]



posting : psikologi_net@yahoogroups.com
berhenti menerima email : [EMAIL PROTECTED]
ingin menerima email kembali : [EMAIL PROTECTED]
keluar dari milis : [EMAIL PROTECTED]
----------------------------------------
sharing artikel - kamus - web links-downloads, silakan bergabung di 
http://psikologi.net
---------------------------------------- 




SPONSORED LINKS 

Colleges and universities School education 



---------------------------------
YAHOO! GROUPS LINKS 




    Visit your group "psikologi_net" on the web.
  
    To unsubscribe from this group, send an email to:
 [EMAIL PROTECTED]
  
    Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service. 


---------------------------------



                
---------------------------------
 Start your day with Yahoo! - make it your home page 

[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Give underprivileged students the materials they need to learn.
http://us.click.yahoo.com/QqgxvB/2zNLAA/HwKMAA/wf.olB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

posting : psikologi_net@yahoogroups.com
berhenti menerima email : [EMAIL PROTECTED]
ingin menerima email kembali : [EMAIL PROTECTED]
keluar dari milis : [EMAIL PROTECTED]
----------------------------------------
sharing artikel - kamus - web links-downloads, silakan bergabung di 
http://psikologi.net
---------------------------------------- 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/psikologi_net/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Kirim email ke