Meramal Penari Telanjang :: Kesaksian dua orang Fortune Teller (Peramal) ;kesaksian Leonardo Rimba dan Vincent Liong
::::: Kesaksian Leonardo Rimba ::::: Banyaklah suka dukanya menjadi seorang peramal, walaupun kali ini yang akan saya ceritakan adalah pengalaman kami berdua: Vincent Liong dan saya. Sabtu minggu lalu tepatnya tanggal 17 Desember 2005 , persis satu minggu sebelum perayaan hari Natal, kami berangkat ke Kota Cipanas, karena ada job untuk main dukun-dukunan alias ramal-meramal dalam satu acara khusus; private party yang diadakan di satu hotel besar oleh suatu perusahaan swasta. Ada sekitar 100 orang peserta pesta berhari-hari itu, ditambah para personil entertainment. Ada pemain band, lengkap dengan penyanyinya; ada ahli body painting, ada ahli hair painting. Kami kebagian tugas menjadi peramal bagi mereka yang berminat. Sebenarnya itu job untuk saya sendiri, tetapi karena terlalu banyak yang mengantri, maka Vincent ikut membuka warung; duduk di sebelah saya, dan dengan happy memberikan wejangan-wejangan agar manusia semakin banyak beribadah... (ha ha ha) dan tawakal menghadapi hidup (again ha ha ha). No, it's not like that. Vincent memberikan solusi yang non-konvensional. Saya perhatikan dari sebelahnya kalau Vincent langsung bicara memakai kata ganti "elu dan gue" dengan para kliennya. Tidak perduli yang diajak bicara itu karyawan baru atau para manajer. It's ok for me. Yang konsultasi dengan saya kalibernya lebih berat. Itu nampaknya sudah terseleksi dengan sendirinya. Boss company itu konseling dengan saya, begitu juga para kepala divisi. Acara itu berlangsung di malam hari, setelah acara makan malam, tetapi sebelum puncak acara yang sepengetahuan kami akan diisi oleh satu group band dari Bogor yang akan membawakan lagu-lagu hard rock. --- Akhirnya setelah sekian puluh klien tertangani oleh Vincent dan saya, berangsur-angsur ruangan tempat kami praktek mulai kosong. Para peserta pesta hura-hura itu berangsur memenuhi ruang utama dimana MC yang cantik sudah mengadakan bermacam-macam game, dan band yang ditugaskan memainkan lagu-lagu hard rock sudah mulai beraksi. Vincent dan saya mulai mengambil makan malam yang tadi belum sempat kami ambil karena terlalu banyak yang mengantri minta diramal. Tiba-tiba... sekelompok gadis muda belia dan cantik jelita memasuki ruangan tempat kami praktek. Itu tidak menjadi masalah, tetapi mereka itu hanya mengenakan beha (BH) dan celana dalam (celam) saja. Saya melirik tanpa ekspressi, Vincent juga. Hm... ternyata penari telanjang. Rupanya ruangan kami yang letaknya lumayan strategis sudah ditetapkan secara "de facto" untuk menjadi kamar ganti para penari telanjang itu. Statusnya kan sama. Kami kan di kontrak oleh company. Mereka juga. Jadi sama dong, so nggak bisa complain. Lalu begitulah: betot beha, benerin celam, dsb... dilakukan oleh mereka dengan cara yang tidak seksama yang, anehnya, sama sekali tidak membuat kami risih. Anak-anak itu begitu lugu dan apa adanya. Tidak dibuat-buat, tidak membuat diri terlihat sexy; mereka wajar apa adanya. Dan, setelah puas dengan kedudukan beha dan celam masing-masing, duduklah mereka satu persatu di depan Vincent dan saya. Maunya apa? Diramal, of course. Dan itu menjadi pengalaman pertama bagi Vincent dan saya meramalkan wanita-wanita muda yang hanya mengenakan BH dan celana dalam! Apa yang ditanyakan? Hal-hal biasa saja: pacarnya yang bule dan ada di luar negri, suaminya yang tidak mau kerja dan menuntut setoran sebanyak 400 ribu sehari, kliennya, dsb. Dan mereka mengaku sebagai mahasiswi. Semuanya mahasiswi. Whatever, saya enjoy saja. Saya juga tahu kalau mereka mahasiswi, asli, dan juga bisa dibawa untuk haha hihi, dan lebih dari haha hihi. No problem. Sampai akhirnya mereka tiba-tiba dipanggil untuk naik ke atas panggung. Ramalan harus distop tiba-tiba ketika mereka harus naik panggung. Semua orang di ruangan kami pergi menonton para penari telanjang itu beraksi di atas panggung. Rupanya itu acara puncak! Tapi saat itu Vincent dan saya tidak menyadari bahwa itu acara puncak sampai para penari itu kembali lagi kurang dari 10 menit kemudian. Lho kok sudah balik? tanya saya. "Sudah, sudah selesai", kata mereka. "Nanti, dilanjutkan lagi, sekarang break dulu." Lha, tapi itu apa, nongol-nongol dari balik BH dan celam? Ternyata uang-uang kertas 100 ribuan yang dengan enaknya dicabutin dari BH dan celana dalam mereka, di depan kami. "Vincent, lihat tuh sawerannya!" bisik saya ke Vincent, "...langsung diselipin ke BH dan celana dalem." "Ha ha ha, gue mau juga dong," kata Vincent. "Gue juga mao," kata saya. Sayangnya gak ada yang nyelipin. Ada yang mau? --- Lalu apa yang dilakukan oleh adik-adik penari telanjang tadi setelah BH dan celamnya bersih dari noda berupa selipan uang cepek ceng yang berkibar-kibar itu? Tentu saja meneruskan ramalan yang tadi terputus dong. Meneruskan meramal dengan Vincent dan saya tentang prospek pacar baru maupun prospek keuangan pacar lama yang sudah agak membosankan itu. Habis mau apa lagi? We gave counsels as best as we could. Tapi itu confidential. Leonardo Rimba, Jakarta, 26 Desember 2005 ::::: Kesaksian Vincent Liong ::::: Melanjutkan tulisan mas Leonardo Rimba berjudul Meramal Penari Telanjang. Saya sedikit mencoba bercerita menurut versi sudut pandang saya setelah mas Leonardo Rimba menjabarkan persepsinya tentang pengalaman tersebut dalam tulisan di atas. Efek reaksi perasaan yang pertama kalinya tidak bisa saya duga, yang saya rasakan dalam keadaan ruangan dimana saya meramal adalah: pengalaman ketika ruangan tempat saya meramal dijadikan kamar ganti dan ruang persiapan penari telanjang, sambil saya meramal beberapa diantara penari telanjang tersebut. Tentunya pengalaman ini tidak akan menarik bilamana kami tahu sebelumnya bahwa kami akan meramal penari telanjang. Untungnya ini sifatnya surprise, sehingga banyak pelajaran baru yang bisa kami ambil hikmahnya, belajar melihat dan mengintepretasi simbol yang pada dasarnya netral, tanpa mencoba menerka-nerka sebelumnya. Meramal adalah berempati dengan orang lain yaitu klien yang saat itu saya hadapi. Seperti biasanya bilamana saya partneran meramal bersama mas Leonardo Rimba klien-klien yang sudah tahu fokus tujuan hidupnya dan meramal untuk menghadapi tujuan tersebut akan secara otomatis terseleksi (sinkronisasi) lalu minta diramal oleh mas Leonardo Rimba. Entah ini karena umur mas Leonardo Rimba yang dua kali lipat umur saya, karena pengalaman yang membuat mas Leonardo Rimba lebih soft dan menjawab pertanyaan klien secara lebih hati-hati atau karena ada hal lain. Klien yang minta diramal oleh saya cenderung adalah yang belum tahu focus, tujuan, pilihan hidup yang pasti, yang mengharapkan pemetaan pilihan solusi dan pilihan-pilihan solusi baru yang non-konvensional untuk menambah jumlah pilihan yang bisa dipilih untuk membantu diri mereka mengkontemplasikan-nya secara menyeluruh untuk memukan solusi permalasahan. Mungkin karena gaya saya yang terkesan menjadi diri sendiri dan tidak perduli terhadap anggapan orang soal pilihan yang saya pilih dengan segala konsekwensi-nya. ++++++++ Kesempatan untuk menghadapi empathy dari variasi permasalahan yang masih berantakan yang harus direkonstruksi ulang dari nol membuat saya memperoleh pengalaman yang sangat variatif yang menambah koleksi pilihan solusi yang lebih banyak yang terus berkembang dalam pengalaman saya meramal dan menolong orang. Seperti pengalaman Meramal Penari Telanjang; Persepsi saya soal Tari Telanjang (wanita yang telanjang sambil menari di depan umum yang secara legal boleh disentuh) yang biasanya oleh masyarakat di sekeliling saya dihubung-hubungkan dengan nafsu, emosi, dorongan sexual, dosa dan lain yang cenderung negatif malahan tidak bisa saya rasakan samasekali ketika saya meramal, berempati dengan para penari telanjang. Saya berhadapan dan secara emosional, menyatukan diri saya (berempathy) dengan sesosok individu manusia yang tidak lagi terpengaruh oleh tubuh; badan dan kulit luar tubuh fisiknya. Apakah seseorang menyentuh, meraba-raba, mencubit, menyelipkan uang di sekitar organ genital (sexual) sebagai alasan untuk boleh untuk sebentar saja memuaskan keinginan, keingintahuan untuk melakukan sentuhan fisikal dengan object pemuasan hasrat sexualnya, yaitu si penari telanjang. Fokus, meditasi, penyangkalan diri secara penuh pada pekerjaan yang dijalani, entah itu hanya sebagai object pemuasan sexual, telah mematikan reaksi dan emosi sexual si penari telanjang sendiri. Jika saya ditanyakan soal kapan saya merasakan empathy yang tingkat kebutuhan sexual emotional-nya secara ekstrim berada di tinggat paling rendah? Tentunya, saya memilih pengalaman meramal penari telanjang sebagai jawaban dengan nilai terbaik yang bisa saya pilih. Bahkan masih jauh lebih rendah bila dibanding empathy ketika meramal ahli metafisika dan kaum religius sekalipun. Pengalaman Meramal Penari Telanjang adalah pengalaman yang pertama kalinya tidak bisa saya ramalkan meskipun dalam pengalaman itu saya ada sebagai seorang peramal, ahli kejiwaan yang secara profesional telah dipercaya untuk disewa oleh para event organizer dan klien untuk bekerja dengan dibayar sekalipun. Bidang pekerjaan meramal dan metafisika secara lebih luas yang biasanya cenderung dibuat-buat agar tampak sakral, suci, tidak berego, dan lain sebagainya ;saya kira tidak bisa demikian lagi di kepala saya setelah saya mengalami pengalaman itu. Sharing pengalaman ini tidak saya tujukan untuk mendukung pekerjaan Penari Telanjang. Dari serangkaian konsultasi dua arah dengan empathy yang istilah kerennya ramal-meramal kepada sejumlah penari telanjang, tidak ada satupun diantara mereka yang tampak dengan senang hati akan memilih pilihan tersebut ;bila tidak terdesak sehingga tidak bisa memilih pilihan lain. Semoga saja sharing saya dan mas Leonardo Rimba membuka mata orang-orang yang masih munafik akan simbol-simbol kehidupan yang dipersepsikan secara egois. Di tengah masyarakat, banyak ahli bidang sosial, sampai religius mencari alasan untuk pembenaran diri dan kelompok sendiri dengan memainkan persepsi yang mengorbankan pihak lain sebagai pihak yang rendah, saya meyakini bahwa pada dasarnya sebuah simbol adalah netral. Simbol adalah sebuah individu dimana banyak pihak bisa mempersepsikannya sesuai kepentingan masing-masing. Mengalami empathy sebagai satu diantara mereka para penari telanjang malam itu, yang menjadi kambinghitam untuk memuaskan nafsu milik orang lain yang bukan kebutuhan, keinginan mereka ;bahkan mereka kosong tidak bernafsu. Terimakasih guru pengalaman Meramal Penari Telanjang... Aku mulai mampu melihat individu simbol-simbol netral yang tidak terkontaminasi persepsi yang egois itu. Ada yang mau nawarin Meramal Penari Telanjang lagi ?? (ups...ups...ups...) kami tunggu Vincent Liong Jakarta, 28 Desember 2005, pagi hari FAKTA Menurut pengalaman teman saya yang tinggal di Amerika perbedaan antara legal stiper di Amerika dan di indonesia adalah: Di Amerika You can see all but you cannot touch at all without their consent sementara di Indonesia You can touch but you cannot see all, and sometimes you can touch all. Karena hal tersebut maka jangan heran kalau di Amerika konsumen sex & porn shop kebanyakan adalah orang Arab dan Asia. [Yohanes 8:7] Mereka terus-menerus bertanya kepadanya. Oleh itu Yesus meluruskan badan-Nya dan berkata kepada mereka, "Sesiapa di kalangan kamu yang tidak berdosa boleh melemparkan batu pertama untuk merejam dia." [Yohanes 8:10] Yesus meluruskan badan-Nya lalu berkata kepada wanita itu, "Di manakah mereka? Tidak adakah orang yang menghukum kamu?" [Yohanes 8:11] "Tidak ada, tuan," jawabnya. NOTE: Mengapa tidak ada yang menghukum perempuan itu? Karena semua berdosa: Karena semua orang itu pernah menjadi klien dari para pelacur yang seprovesi dengan wanita tersebut. Hehehe Vincent Liong & Leonardo Rimba Adalah: peramal, konsultan, ahli kejiwaan, penyembuh di sisi non fisikal, pengajar Tarot dan ilmu Intepretasi PrP ;yang berpengalaman, yang dapat anda sewa jasanya untuk melayani anda dalam service profesional kami baik secara privat maupun untuk acara massal yang anda atau klien anda (bila anda seorang event orgenizer). Untuk acara yang sifatnya massal biasanya kami tampil menggunakan tarot meski sebenarnya tanpa Tarot pun sama saja kwalitasnya. Aliran metode Vincent Liong dan Leonardo Rimba berbeda satu sama lain, kami mengembangkan metode kami sendiri-sendiri yang unique. Untuk meramal banyak orang dalam acara publik kami bekerja bersama-sama agar dapat tertangani dengan baik. Untuk konsultasi privat biasanya kami bekerja sendiri-sendiri. Tarif: Rp. 350.000,-/ satu jam Language: Indonesia & Bahasa Inggris Daerah Cakupan: Jakarta dan sekitarnya. -Praktek Sesuai Perjanjian- Untuk di luar Jakarta kami dapat melayani asalkan disiapkan tranportasi pergi & pulang & akomodasi. Untuk acara yang sifatnya public atau melalui event organizer harap kirim proposal seminggu sebelumnya ke: * Email Vincent Liong: <[EMAIL PROTECTED]> * Email Leonardo Rimba: <[EMAIL PROTECTED]> * Maillist Vincent Liong, email: [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED] Harap Join maillist sebelum mengirim email: http://groups.yahoo.com/group/vincentliong/join ... Hubungi Kami 7x24 Hours Costumer Service Representative Vincent Liong Vincent Liong's Hp: (62)813-1679-5160 Leonardo Rimba's Hp: (62)818-183-615 Phone&Fax: (62)21-5482193,5348567,5348546 Address: Jl. Ametis IV G/22 Permata Hijau, Jakarta Selatan 12210 -Indonesia Vincent Liong & Leonardo Rimba di Denpasar, Bali tanggal 3-11 Januari 2006 Kami ingin memberitahukan bahwa Vincent Liong & Leonardo Rimba akan liburan di kota Denpasar, Bali pada: 3-11 Januari 2006. Selama di Bali Vincent Liong & Leonardo Rimba akan tinggal di rumah guru kami I Putu Ngurah Ardika di Denpasar. Bagi yang membutuhkan layanan konsultasi, sekedar ketemuan, ramal-meramal (dengan atau tanpa Tarot) dan lain sebagainya baik secara privat atau massal di Denpasar, Bali ;baik dengan Vincent Liong, dengan Leonardo Rimba atau dengan kami berdua sekaligus silahkan menghubungi kami per-Hp sebelumnya untuk membuat appointment dan janjian tempat ketemuan di: * Hp Vincent Liong; 081316795160 * Hp Leonardo Rimba; 0818183615 Tarif Konsultasi: Rp.350.000,-/Jam Bagi yang tidak mampu kami menerima bayaran alakadarnya atau bahkan cuma-cuma. Untuk Pers yang ingin melakukan wawancara &/ liputan, Gratis. Selama berada di Denpasar, Bali (3-11 Januari 2006) kami tidak membuka email & internet tetapi membawa dan mengaktifkan handphone. Konformasi appointment via email harap dikirim sebelum tgl 11 Januari 2005. Konvormasi via email di: * [EMAIL PROTECTED] * [EMAIL PROTECTED] Join: [EMAIL PROTECTED] http://groups.yahoo.com/group/vincentliong/join Atas perhatiannya kami ucapkan terimakasih -Vincent Liong- Jakarta, 23 Desember 2005 7x24 Hours Costumer Service Representative Vincent Liong Vincent Liong's Hp: (62)813-1679-5160 Leonardo Rimba's Hp: (62)818-183-615 Phone&Fax: (62)21-5482193,5348567,5348546 Address: Jl. Ametis IV G/22 Permata Hijau, Jakarta Selatan 12210 -Indonesia Send instant messages to your online friends http://au.messenger.yahoo.com ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> Give at-risk students the materials they need to succeed at DonorsChoose.org! http://us.click.yahoo.com/iEagnA/LpQLAA/HwKMAA/wf.olB/TM --------------------------------------------------------------------~-> posting : psikologi_net@yahoogroups.com berhenti menerima email : [EMAIL PROTECTED] ingin menerima email kembali : [EMAIL PROTECTED] keluar dari milis : [EMAIL PROTECTED] ---------------------------------------- sharing artikel - kamus - web links-downloads, silakan bergabung di http://psikologi.net ---------------------------------------- Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/psikologi_net/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/