berhubung ini masa pemilu jadi kita kasih yang serba pemilu sementara dunia
"ehek-ehek" kita tinggalkan dulu.. salam dari seorang caleg.....


S u r u p 
(Suara Merdeka, Kamis, 11 Maret 2004)

Oleh Emha Ainun Najib

PUTARAN zaman yang sedang kita alami sedang berada
pada masa surup. 
Orang 
Jawa bilang wayah surup. Menjelang senja. Asar hampir
habis, magrib 
akan 
tiba. Sedang berlangsung pergantian antara terang
dengan kegelapan.

Kata para nabi, jangan tidur pada saat-saat demikian.
Kalau seseorang 
tidur menjelang sampai melewati magrib, ia akan
mengalami beberapa 
kebingungan kejiwaan. Rohani manusia sedang sangat
lemah. Bahkan dekat 
dengan kegilaan. Itulah sebabnya, para tukang santet
dan tenung sangat 
menggemari saat-saat demikian dan menggunakannya untuk mengirimkan 
serangannya, selain saat fajar menjelang pagi.

Tentu saja surupnya sebuah hari adalah bagian dari
siklus hari, tetapi 
ada 
surup-surup lain dalam siklus yang lebih lama dan
lebih besar. Yang 
sederhana, ada siklus harian, ada siklus mingguan, ada
siklus bulanan, 
tahunan, periode, era, zaman, dan seterusnya. Kalau
Anda memakai siklus 
7, 
sebagaimana hampir semua kejadian alam dan sejarah
bisa ditandai, maka 
itu 
berarti bisa ada siklus 70 tahun, 700 tahun, 7.000
tahun, dan 
seterusnya. 
Sampai 7 juta tahun, 7 miliar tahun, sampai kalau Anda menghitung maha 
panjangnya sejarah alam semesta, maka Anda akan
menemukan siklus 7 
miliar 
tahun cahaya misalnya.

Dari indikasi-indikasinya, Anda bisa menghitung kapan
gempa, berapa 
skala 
Richter, kapan ada kepala negara jatuh, kapan manusia beramai-ramai 
menjadi binatang dengan segala jenis perilaku budaya
yang 
dibinatangkan. 
Pada putaran siklus yang mana azab atas umat Nabi Nuh,
Luth, dan 
seterusnya dulu berlangsung? Berapa lama Belanda
menjajah Indonesia, 
berapa lama Jepang menjajah, berapa lama Soeharto
berkuasa, dan sampai 
batas mana kebohongan reformasi sekarang ini akan
berakhir?

Pemilu 2004 adalah batas terakhir bagi manusia dan
bangsa Indonesia 
untuk 
melampiaskan kebodohan, kekonyolan, dan kehinaannya.
Karena sesudah itu 
tak ada puncak yang lebih puncak lagi. Tak ada
kebodohan yang lebih 
bodoh 
lagi. Tak ada kekonyolan yang lebih konyol lagi. Tak
ada kehinaan yang 
lebih hina lagi.

Di sekiar waktu 2004 adalah saat pergerakan dua arah:
satu arus menuju 
kehancuran dan kematian, arus lain menuju harapan dan
kehidupan baru. 
Anda 
tinggal mendaftarkan diri kepada yang mana. Di sekitar
waktu itu pula 
manusia Indonesia sedang menentukan pilihan untuk akan
hancur sama 
sekali 
atau percaya kepada harapan baru. Kalau bangsa
Indonesia masih memiliki 
sisa akal sehat, Pemilu 2004 adalah batas terakhir
terciptanya 
pemerintah 
yang jahat dan penghina rakyat kecil. Sesudah itu tak
ada waktu lagi. 
Kemungkinannya tinggal dua: gila bersama atau ada
kemusnahan yang cukup 
besar-besaran untuk sebuah matahari baru.

Pada saat surup mata kita rabun. Tidak memiliki daya
tangkap yang 
objektif 
terhadap cahaya dan terhadap kegelapan. Pada saat
surup, akal berada 
dalam 
keadaan paling tidak sehat. Orang sudah tidak bisa
membedakan pekerjaan 
mana yang menyelamatkannya dan mana yang
mencelakakannya. Orang tidak 
mengerti kapan merasa bangga kapan merasa malu. Orang
tidak paham apa 
yang 
harus diungkapkan apa yang harus disembunyikan. Orang
hampir tidak 
punya 
parameter tentang hampir apa pun. Tak ada baik dan
buruk, mulia atau 
hina, 
elegan atau konyol. Yang dimengerti hanya satu: yakni
menuruti selera 
dan 
nafsu sesaat.

Bangsa Indonesia tahu persis bahwa dirinya sengsara berpuluh-puluh 
tahun, 
tetapi mereka terus menyembah-nyembah tokoh-tokoh yang
bukan hanya tak 
mampu memberi harapan, tetapi yang bahkan telah
terbukti 
menyengsarakannya 
selama ini. Mereka bilang anti-KKN, tetapi tiap hari koran-koran mereka 
memuat Taufik Kiemas seakan-akan dia Presiden Republik Indonesia. Semua 
ribut anti-Orba, tetapi mereka mengerubungi Mbak Tutut
dan mengekspose 
fotonya di mana-mana. Seandainya ilmu ini sempit, maka
hanya satu 
kalimat 
yang bisa kita ucapkan: "Bangsa ini hanya punya satu
bakat, yakni bakat 
untuk hancur".

Itulah keadaan surup. Tahukah engkau apa yang
sebaiknya engkau lakukan 
pada saat surup? Begitu banyak orang, dari berbagai
profesi, yang 
berbusung dada merasa dirinya sedang berjaya dan
sedikit pun tak 
mengetahui bahwa sebenarnya dia sedang menuju
kehancuran. (29e) 
 
 
____________________________________________________
Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: 
http://groups.or.id/mailman/options/rantau-net
____________________________________________________

Kirim email ke